O8 : None Of My Business

41 7 0
                                    

Shanum yang baru keluar dari kamar mandi berjalan menuju dapur. Ia membuka kulkas, bermaksud untuk memasak sesuatu sebagai sarapan untuknya dan juga Sila. Omong-omong, kemarin saat Sila baru saja pulang, Aksa langsung pergi memutuskan untuk tidur di rumah sakit sekalian menemani ibunya.

"Ah..." Shanum mematung di depan kulkas yang ternyata kosong. Hanya berisi air mineral dingin dan beberapa botol sirup. Gadis itu menggaruk rambut bingung. Lantas menoleh pada Sila yang sedang melipat baju di sofa depan TV.

"Kenapa kulkasnya kosong?" gumam Shanum geleng-geleng kepala, "Yah, cowok kayak dia mana ngerti ngisi kulkas begini." perlahan ia mendekati Sila dan duduk disampingnya, "Kita makan bubur aja yuk di bawah?"

Sila menoleh, "Eh, Kakak aja gapapa. Aku jarang sarapan jadi gapapa kok."

"Sarapan itu penting," balas Shanum melipat kedua tangan di dada, "Kamu kalau sekolah nggak pernah sarapan?"

Gadis berumur dua belas tahun itu menggeleng pelan.

Shanum menghela nafas, "Ayo ke bawah. Kamu harus sarapan," ajaknya menarik lengan Sila untuk segera bersiap.

...

Di bawah, mereka bertemu Aksa yang baru saja memarkir motor hitam kesayangannya. Ketiganya memutuskan untuk sarapan bersama.

"Kamu mau itu?" tanya Aksa pada Sila yang sejak tadi menatap ke arah penjual kue cubit.

Sila menggeleng pelan, "Enggak."

"Beli aja." ujar Aksa mengeluarkan selembar uang dari saku celananya, "Beliin Amas juga."

Sila mengambil uang itu dan langsung pergi menuju penjual kue cubit di seberang. Setelahnya Aksa berdiri hendak membayar bubur ayam yang menjadi sarapan ketiganya. Padahal Shanum sudah berniat ingin mentraktir sebagai balas budi.

Shanum melirik Aksa yang sudah duduk disebelahnya. Cowok itu sibuk menghitung uang di dalam sebuah amplop coklat ditangan.

"Lo balapan lagi?"

Aksa menoleh sekilas, "Tahu apa lo?"

"Kalau balapan begitu yang menang dapat duit kan?"

Ia hanya berdehem pelan sebagai balasan.

"Jadi lo semalam malah balapan bukannya ke rumah sakit?" tanya Shanum, lagi.

"Gue ke rumah sakit," jawab Aksa jengkel, "Diem aja deh lo mendingan."

Shanum mencibir sebal, "Kasihan mama lo." balasnya kini menatap Aksa dengan tumpuan siku di meja, "Jangan balapan lagi. Pikirin Sila sama mama lo,"

Aksa mendecih, "Anak orang kaya kayak lo tahu apa sih?"

Shanum tersentak mengerjap kaget lantas berdehem pelan berusaha menguasai diri, "Yang kaya kan papa gue."

"Sama aja."

"Lagian, lo tinggal di apartemen kayak begini berarti sama aja kan kayak gue?" balas Shanum tak mau kalah, "Gue tahu ya apartemen ini harganya nggak murah."

Aksa mengangguk pelan, "Yang kaya kan papa gue."

"Sialan."

...

"Udah gila beneran lo, Sha." ucap Vio menyenderkan punggungnya ke kursi, "Keluarga lo lebih gila sih."

NeverthelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang