⋆kepercayaan itu setara dengan kejujuran.⋆
__________Akhirnya setelah semua mata pelajaran telah usai, Galih langsung berlari keluar dari kelasnya begitu bel berbunyi. Adrian hanya menatapnya, ia tak peduli. Mungkin Galih hanya ingin cepat-cepat pulang.
Galih berlari di koridor-koridor kelas, menerobos para murid yang berjalan berlawanan arah dengannya. Tak peduli dengan teriakan dan sumpah serapah yang mereka ucapkan padanya ketika ia menabrak atau tak sengaja menginjak kaki mereka.
Hingga Galih menemukan seseorang yang ia cari, ia terus menerobos. Sampai akhirnya Galih melihat Sheryl berada di depan kelasnya sambil mengobrol dengan Dafa, ia berhenti.
"Sher!"
Demi mendengar teriakan itu, Sheryl menoleh, ia melihat Galih yang melambaikan tangannya tinggi-tinggi.
"Kalo gitu gue duluan ya, Ryl?"
Sheryl mengangguk, "Hati-hati di jalan, Fa."
Setelah itu Dafa mengangguk sambil tersenyum, berjalan pergi tanpa menghilangkan senyumnya.
"Ngapain tadi?" Tanya Galih setelah ia berhasil sampai di depan Sheryl.
"Kepo." Jawab Sheryl melangkah mendahului Galih.
"Lah?"
Galih menyusul Sheryl, "Lo udah bilang sama bokap lo?"
"Udah."
"Gimana?"
"Nggak usah dijemput, gue masih ada urusan."
"Kok gitu?"
"Terus gimana?"
"Lo kan bisa bilang kalo mau dianter pulang sama temen lo yang paling ganteng, manis, pinter, dan baik ini." Ucap Galih seraya menyunggingkan senyum sombong.
"Najis."
"Lah? Kan bener, Sher."
Sheryl diam, ia sudah malas menanggapi. Daripada ia lelah sendiri nanti nantinya, lebih baik biarkan saja, diiyakan saja.
Sampai di parkiran, alis Sheryl hampir bertaut. "Lo nggak bawa helm, bang?"
"Nggak." Galih menjawab dengan santai.
Sheryl menghela napasnya, sabar.
Akhirnya mereka menaiki motor Galih menuju rumah Malvin, seperti yang dijanjikan Galih pagi hari di kantin tadi.
"Lo nggak bisa ati-ati, bang?!" Tanya Sheryl mengencangkan suaranya setelah dari tadi Galih hanya ber "hah, hah, hah" ketika Sheryl tanya.
"Ini udah ati-ati, Sher!"
Akhirnya Sheryl geram, ia yang sedari tadi mati-matian hanya berpegangan pada pundak Galih karena kecepatan motor yang dikemudikan Galih agar tidak jatuh, malah Galih dengan santainya berkata ini adalah kecepatan yang sudah hati-hati. Yang benar saja. Sheryl menempeleng kepala Galih.
Galih yang menerimanya malah menarik gas, yang membuat motor melaju semakin cepat dalam keadaan tidak seimbang.
"BANG!" Sheryl berteriak, ia memeluk Galih erat-erat, refleks.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian Pertama
Teen Fiction( PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!! ) Adrian telah merenggut ketenangan hidup Sherryl. Namun dibalik itu semua, hidup Sheryl yang mulanya abu-abu putih, kini menjadi lebih berwarna. Entah itu kuning, merah, juga hitam. [❗Cerita ini tidak ada hubunganny...