Chapter-9

5K 366 6
                                    

Bagaimana dengan ceritaku sejauh ini? Readers jangan cuman diam dong. Aku akan menerima segala saran kok...

YUKI POV

"Kazuki? Apa yang kau lakukan?".

Aku terkejut saat melihat Kazuki berada di halaman depan markas. Tapi, anehnya, dia tidak memakai kacamata.

Setahuku Kazuki sedang merapikan kerusakan tadi malam. Apa itu sudah selesai? Tapi itu tidak mungkin. Salah satu dindingnya kan jebol. Tidak mungkin dia bisa memperbaikinya secepat itu.

Kazuki sekarang sedang berdiri diantara kerumunan orang. Aku tidak mengenal mereka. Itsuko-sama juga tidak ada diantara kerumunan tersebut. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi disini?

"Kazuki, apa yang kau lakukan?" tanyaku bingung. Kazuki yang sedang asyik mengobrol dengan seseorang datang menghampiriku. Dia terlihat heran.

"Dare? (siapa ya?)" ujarnya balas bertanya. Aku semakin bingun. Apa mungkin Kazuki amnesia?

"Chinatsu Yuki desu. Menba M.E.O" jawabku. Kazuki tersenyum lalu mendekatiku lebih dekat. Sangat dekat. Aku mundur beberapa langkah. Tapi dia tetap maju.

Kazuki membungkuk di hadapanku sambil memegang tanganku lalu menciumnya.

"Ka-ka-kazuki? Anata no nani ga mondai ni natte iru nodesu ka?! (Ada apa denganmu?!)" tanyaku panik. Tapi, dia tidak menggubrisnya.

"Hime... Watashi wa anata o mukae ni kimashita (Putri... Aku datang untuk menjemputmu)" jawabnya dengan tenang. Putri? Maksudnya aku? Aku benar-benar tidak mengerti. Dia berdiri di belakangku lalu melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Ikimashou (ayo kita pergi)" bisiknya pelan di telingaku. Aku menatap wajahnya sambil tersenyum. Dia juga tersenyum. Aku melirik Riku, dia hanya menatap kejadian ini dengan tatapan tidak percaya. Dengan perlahan, aku melepaskan tangannya dari pinggangku.

Sekarang, Kazuki hanya memegang tangan kananku untuk mengajakku pergi ke, entahlah aku tidak tahu. "Īkagen'ni shite! (ayo!)" ujar Kazuki menarik tanganku. Tapi, aku tidak bergerak.

"Ada apa tuan putri?" tanyanya. Aku tidak menjawabnya. Seperti perkiraanku dia datang menghampiriku. Aku tetap diam. Kazuki menyentuh daguku dengan tangan kanannya. "Ikimashou, Hime..." ujarnya sambil menatap mataku. Aku tersenyum.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Aku yang menamparnya. Aku dapat melihat ekspresi di wajahnya kalau dia terkejut. "Watashi kara nigeru! (menjauh dariku!)" bentakku. Kini, seluruh mata memandang kearahku termasuk Riku. "Aku tahu kau bukan Kazuki!" lanjutku lagi.

"Hahahaha...." dia tertawa dengan keras. Lalu, perlahan-lahan berubah ke bentuk aslinya.

"Anata ga tadashīdesu. Boku no namae o shōkai... (kau benar. Perkenalkan namaku..)" belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, aku langsung memotongnya.

"Tidak perlu! Aku tidak membutuhkan nama dari orang aneh sepertimu!". Aku melihat Riku. "Ikimashou, Riku..." ajakku datar sambil berjalan memasuki ruangan. Riku mengikutiku dari belakang.

"Cih! Gōman'na on'nanoko! (gadis sombong!)" gerutu lelaki tadi.

Srett!!

Aku mengeluarkan pisauku yang saat itu berada di dalam sakuku lalu melempar benda itu kearahnya. Hal itu membuatnya terkejut sehingga tidak dapat menghindar dan menyebabkan bajunya sobek di bagian leher.

"Urusai! (berisik!)" bentakku datar.

"Teishi! (berhenti!)". Sebuah suara mengagetkanku. Laki-laki yang menyamar sebagai Kazuki langsung memperbaiki sikapnya. Itsuko-sama datang menghampiri kami yang berada di tengah kerumunan.

Snow GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang