Riku Pov
Hari sudah menjelang malam, Yuki masih tidak sadarkan diri. Sepertinya aku terlelap di pinggirang kasurnya. Bubur yang di buat Ryuka sudah mencair. Dia sempat frustasi tadi. Tapi sekarang hanya tinggal kami berdua. Aku dan Yuki.
Wajah Yuki saat terlelap tidak seperti biasanya. Dia seperti menahan rasa sakit. Sesekali dia meringis kesakitan. Aku tak tega membangunkannya dan tak ingin membiarkannya dalam keadaan seperti itu.
Aku lebih memilih untuk tidak membangunkannya. Tiba-tiba saja Kazuki masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah khawatir.
"Ada apa?" Tanyaku. Kazuki hanya diam memandang kearah Yuki dengan ekspresi yang tak bisa di gambarkan.
Rasanya dia seperti menghiraukanku. Pandangannya hanya fokus pada gadis yang terkulai lemas di ranjangnya.
"Riku, bisakah kau biarkan aku menemani Yuki?" Tanyanya pelan. Aku mengangguk. Lalu pergi meninggalkan mereka.
Berjalan menyusuri lorong. Tanpa di sengaja, aku melewati perpustakaan. Lampu di dalamnya menyala.
Tap! Tap!
Kuberjala memasuki perpustakaan itu. "Halo... apa ada orang?" Tanyaku memastikan. Tak terdengar balasan. Aku hanya mengamati rentetan buku yang begitu banyak. Aku teringat tentang rak buku di perpustakaan sekolah. Sudah lama aku tidak berkunjung kesana. Sejak aku bertemu dengan Yuki.
Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada sebuah buku tua yang tergeletak di lantai perpustakaan. Aku meraih buku itu. Sepertinya seseorang sedang membacanya dan lupa mengembalikannya.
Aku melihat tulisan yang tertulis di dalamnya. Tulisan kuno. Rasanya aku pernah mengenal tulisan itu. Ku perhatikan satu persatu kata yang tertera disana. Ajaibnya, aku mengerti.
"Gadis yang menghilang akan kembali. Seseorang akan memulainya dia juga yang akan mengakhirnya. Tidak bisa dihilangkan tidak bisa dimusnahka. Saat itu terjadi nyawalah taruhannya"
"Apa maksudnya?" Gumamku. Lalu kulihat nama seseorang tertera di bawahnya.
Salam,
Kekuichi"Kekuichi? Siapa itu?". Rasa penasaran semakin menyelimutiku. Aku berniat untuk membaca buku ini. Tapi, keadaan disini terlalu gelap. Jujur saja, aku tidak suka gelap.
Kuputuskan untuk membawa buku itu ke dalan kamar. Aku ingin membacanya dari awal. Tapi, saat aku mengangkat buku itu. Secarik kertas jatuh ke lantai. Aku mengambilnya.
Tap!Tap!
Deg!
Terdengar suara hentakan kaki. Secepat mungkin aku keluar dari ruangan itu dengan mengenggam secarik kertas. Bukunya ku tinggalkan disana.
Kazuki Pov
Aku duduk sebelah Yuki. Perasaan bersalah menyelimutiku. Kini aku mengerti Yuki tidak membunuhnya melainkan 'Ifreet'.
Kupandangi wajahnya yang seperti menahan rasa sakit. Aku tidak ingin melihatnya seperti ini. Tapi aku ragu untuk membangunkannya.
Gadis ini, gadis yang terbaring lemah di hadapanku memiliki jalan cerita yang rumit. Dia memiliki begitu banyak penderitaan yang harus dia lalui sendiri.
Bodoh sekali aku baru menyadarinya sekarang. Sekarang kata 'maaf' pun rasanya tak cukup.
Tanpa kusadari tanganku mengenggam tangan gadis itu dengan erat.
"Gomen ne..." lirihku pelan. Hanya itu yang mampu kuucapkan.
"Tidak apa-apa". Sebuah suara mengagetkanku. Gadis itu terbangun. Dia tersenyum kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Girl
FantasyJika semua di dunia ini beku apa yang akan kau lakukan? Jika hati dan sifatmu seperti salju, begitu rapuh dan dingin, dapatkah kau menerimanya?