Chapter-26

2.7K 231 12
                                    

Gadis itu masih saja terlelap. Kini dia meraung-raung kesakitan. Dia sudah tidak berada di dalam kamarnya. Tapi ini juga bukan tempat asing baginya.

Gadis itu sedang terbaring di atas sebuah meja. Seperti meja operasi. Hanya saja, tidak ada benda-benda tajam di sekitarnya.

Dia terus meraung kesakitan. Orang yang mendengarnya pasti akan ketakutan. Terlukis betapa besar rasa sakit yang dirasakan oleh gadis itu.

Tapi, tidak semua orang akan merasa iba pada dirinya. Seseorang yang bahkan tersenyum puas melihat gadis itu kesakitan.

Orang itu duduk tepat di sebelah gadis itu. Menikmati harinya seperti tidak ada yang terjadi. Sesekali dia melirik gadis itu dan selalu tersenyum sinis.

"Aku mengharapkan kebangkitamu, wahai Sang Penghancur" bisiknya di telinga gadis itu.

Tepat saat pemuda itu berbisik, gadis itu berteriak begitu keras dan nyaring. Membuat telinga siapapun pasti akan terasa sakit begitu mendengarnya.

Setelah itu, gadis itu kembali diam. Kali ini sudah tidak ada raungan-raungan tanda kesakitan.

Orang itu tersenyum lalu kembali membisikkan sesuatu.

"Ifreet telah bangkit sepenuhnya"

•••

"Kazuki, apa kau yakin ini tempatnya?" tanya Reika.

"Ya"

"Tapi ini kerajaan pusat. Tidak mungkin mereka menculik 'Ifreet'. Mereka bahkan yang mendapatkan ramalan dan kutukan itu" ujar Akira.

"Bukan 'mereka' yang menculiknya. Tapi 'dia'." balas Kazuki.

Mereka kini berdiri di depan Kerajaan Pusat. Kerajaan yang mengontrol istana-istana di sekitar mereka.

"Kazuki apa kau yakin?" kali ini, Riku yang bertanya.

"Aku tak pernah seyakin ini"

Mereka segera berjalan masuk ke dalam kerajaan. Sebelum itu, Riku memisahkan diri dari rombongan. Dia meraih ponsel yang berada di dalam sakunya. Dia menelpon seseorang. Sebelum akhirnya Reika mengajaknya untuk segera menyusul mereka.

Lagi-lagi, mereka dicegat oleh para penjaga pintu kerajaan. Tapi, karena Akira ikut bersama mereka, kali ini mereka tidak perlu membuat pingsan penjaga pintu.

Mereka segera masuk dan menghadap Sang Raja.

"Hormat kami, Yang Mulia" ujar Akira seraya membungkukkan badannya diikuti oleh ketiga temannya.

Seperti biasa, raja yang sedang berada di hadapan mereka, masih sangat muda. Seperti Akira. Orang-orang pasti akan mengira bahwa mereka itu pangeran bukan seorang raja.

"Tidak perlu memanggilku seperti itu. Umur kita sama kan? Namaku Sakakibara Hisame. Kalian bisa memanggilku Hisame. Jadi, ada perlu apa kalian datang kesini?" tanyanya.

"Kami datang untuk mendiskusikan suatu masalah yang sangat penting" jawab Akira.

"Masalah apa itu?"

"Sayangnya, kita tidak bisa membicarakan hal itu disini"

"Baiklah mari ikuti aku"

"Tunggu!". Tiba-tiba saja, Kazuki berteriak.

"Ada apa?" tanya Hisame.

"Maaf atas kelancanganku, tapi, aku ingin penasihatmu mengakui perbuatannya" jawab Kazuki. Dia terlihat sangat marah.

"Penasihatku?". Hisame terlihat bingung lalu menatap penasihat kerajaan yang berdiri tepat di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan, Alex?" tanya Hisame. Pria bernama Alex itu, segera menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Snow GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang