Chapter-14

3.6K 299 1
                                    

Author Pov

"Haru onii-chan" ujar Yuki sambil menunjuk kearah Haru. Riku yang melihat kejadian itu hanya bisa membuat mulutnya berubah bentuk menjadi 'O'. Kazuki hanya diam.

"Ja-jadi kalian berdua bersaudara?!!" tanya Riku dengan nada terkejut. Yuki menganggukkan kepalanya. "Tapi, baru kali ini Yuki memanggilku dengan sebutan 'onii-chan' " ujar Haru dengan wajah memerah karena malu.

Yuki segera menyikut Haru. "Aniki!!" ucap Yuki kesal. "Sakit tahu!" protes Haru sambil memegangi perutnya. "Oi, Kazuki! Kau tidak terkejut?" tanya Yuki heran. "Mmm? Memangnya harus terkejut ya?" tanyanya datar. Yuki memandangnya dengan tatapan pasrah. "Terserah" tanggap Yuki datar.

"Aku sudah mengetahuinya. Jadi untuk apa aku terkejut?"

"Eh? Kau sudah tahu?"

"Tentu saja!"

Yuki memanyunkan bibirnya beberapa senti kemudian memandang Haru dengan tatapan kesal.

"Nani yo? (apa?)" tanya Haru heran.

"Kau yang memberitahukannya?" tuduh Yuki.

"Mochiron chigaimasu! (tentu saja tidak!)".

"Kalau begitu, siapa yang memberitahukannya?"

"Aku tahu dari data milik Haru" sahut Kazuki tiba-tiba. "Eh? Data?" tanya Riku heran. "Setiap anggota M.E.O pasti memiliki data yang telah di kumpulkan oleh Itsuko-sama. Aku sempt melihatnya" jelas Kazuki. Yuki hanya ber-oh tanpa bisa mengucapkan apa-apa lagi.

"Aku harus pergi" seru Kazuki lalu berjalan menuju pintu keluar disusul Riku. "Aku juga harus pergi. Ada sesuatu yang perlu aku kerjakan" ujar Haru mengikuti Kazuki dan Riku yang sudah berada di luar ruangan. Yuki kembali merebahkan dirinya dan segera terlelap dalam mimpi.

Kazuki Pov

Aku menghela nafas berat lalu menyegerakan diri keluar dari ruangan Yuki dan berjalan menuju ruanganku.

'Aku tahu dari data milik Haru'

Mukaku memerah kembali ketika mengingat apa yang barusan aku katakan tadi. Sebenarnya, semua itu bohong. Jantungku hampir berhenti ketika mengetahui bahwa Haru dan Yuki itu bersaudara. Mereka tidak seperti saudara. Aku tidak menemukan kemiripan sama sekali.

Aku mengumam tidak jelas hingga sampai di depan pintu kamarku. Entah sejak kapan Haru berdiri disana. Aku terkejut melihatnya.

"Haru? Nani shiteruno? (apa yang kau lakukan?)" tanyaku.

"Nani mo arimasen. Chōdo kokuhaku o kikitaidesu (tidak ada. Hanya ingin mendengar sebuah pengakuan)" jawabnya.

"Doiu imadesu ka (apa maksudmu?)"

"Kau pasti mengerti maksudku kan?"

"Gomen, temo, ore wa hontoni rikai shite imasen (maaf, tapi, aku benar-benar tidak mengerti)"

"Hhh... Baiklah aku akan segera menanyakannya. Tapi, kau harus menjawabnya dengan jujur" ujar Haru sambil berjalan kearahku.

"Hai, hai... (baiklah, baik)".

"Omae Yuki ga suki? (kau menyukai Yuki?)" tanya Haru sambil menatap mataku lekat-lekat.

"Uzakenna yo! (jangan bercanda)" sahutku sinis. Haru menatapku dengan tatapan ingin tahu. "Hhh... aku tidak menyukainya" lanjutku datar. Kemudian berusaha berjalan menuju ke kamarku dan tidak lagi memperdulikan Haru.

Haru nampaknya terdiam ketika aku menjawab pertanyaan. Ku harap dia tidak menanyakan hal itu lagi. Tapi, pemikiranku kali ini salah. Buktinya, Haru tetap menghalangi jalanku.

Snow GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang