4. Trash

98.3K 10.4K 603
                                        

"Nara!"

Nara yang baru saja melangkah ke dalam kelas langsung disambut pekikan dari Keysha. Cewek itu langsung menangkup kedua sisi wajah Nara, menggerak-gerakan ke kiri dan ke kanan seolah memastikan keadaanya. Yang mau tak mau membuat Nara Si berpostur lebih pendek itu sedikit berjinjit.

"Nggak terjadi apa-apa sama lo 'kan semalam?"

"Gwe bwaik-bwaik ajwa." ucapan Nara tidak begitu jelas karena kedua pipinya yang ditekan menyempitkan gerak bibirnya.

Keysha menghela napas lega lalu melepaskan Nara. Tangannya kini berubah berlabuh pada bahu cewek itu. Wajahnya yang sedikit menunduk dengan tatapan lembut. Mereka sekarang tampak seperti adik dan kakak. Dulu mungkin orang-orang akan menilai begitu, tapi sekarang ada beberapa penghuni kelas yang langsung memutar bola mata begitu melihatnya.

"Nanti malam lo bakal sendiri lagi? Kalo gitu gue nginep di rumah lo aja ya?"

Nara menggeleng. "Nggak perlu. Mama sama Papa katanya nggak bakal nginep di sana lagi. Tadi subuh-subuh mereka pulang. Katanya operasi Tante udah berhasil."

"Beneran?"

"Iya." Nara tersenyum. "Makasih ya udah khawatirin gue, udah perhatian sama gue."

"Itu 'kan udah hal biasa sebagai sahabat lo."

"Oh ya," Nara teringat sesuatu. "Makasih juga buat makanan yang semalam."

Kening Keysha berkerut samar. Raut hangatnya perlahan menghilang. "Maksudnya?" tanyanya dengan wajah sedikit memiring.

"Makanan yang lo gofood-in semalam," rinci Nara. "Tau aja gue lagi pengen itu."

"Gue nggak pesenin lo apa-apa, Na."

Kini kening Nara juga ikut berkerut. "Masa sih? Abang-Abangnya bilang itu dari temen gue."

"Setelah VC sama lo, gue langsung tidur," jelas Keysha yang tanpa dirinya sadari kini suaranya berubah dingin.

"Kalau bukan lo, terus siapa?" Nara pun tak menyadarinya karena sekarang dia berubah panik. Bagaimana jika ada yang berniat jahat padanya? Meskipun sampai sekarang juga belum ada tanda-tanda keracunan pada dirinya.

"Lo sekarang punya temen, Na?"

"Nggak kok."  Nara menggeleng dan mulai menggigiti kuku jarinya dengan raut berpikir.

Sementara Keysha tak menanggapi lagi. Namun tangannya yang menjuntai terlihat meremas-remas.

oOo

Nara mengetuk-ngetuk pensilnya pada permukaan meja. Matanya terlihat menerawang, otaknya terisi hipotesis-hipotesis tentang semalam. Ia menjadi overthinking hanya karena makanan.

Setelah Naresh dan Rafly pergi, Nara keluar untuk untuk mengunci pintu. Di sana ia ingat pada makanannya yang sudah berubah tak layak dimakan. Nara sempat kecewa, namun ia terlalu malas memesan ulang. Saat itu ia memutuskan menahan lapar saja dan pergi tidur. Namun, tak beberapa lama, sebuah makanan kembali datang. Ternyata perutnya tersiksa, hingga lebih unggul bekerja daripada otaknya. Nara langsung memakannya saja. Tanpa ada pikiran bahwa bisa saja itu tindakan dari orang jahat.

"Kalo bukan Keysha lalu siapa?" gumamnya. Mamanya selalu melarang Nara memakan junkfood. Dia juga sering mewanti-wanti keluarganya untuk tidak memberi Nara makanan kurang sehat. Jadi jika Nara menuding sepupunya sebagai pelaku, itu jelas tidak mungkin.

"Pagi, Na."

Nara mendongak dan mendapati Rafly yang berjalan terjeda-jeda dengan bantuan kruk. Kelopak mata Nara sedikit melebar.
Ada dua kekagetan yang kini diterimanya. Rafly yang menyapa--padahal sebelum-sebelumnya mereka jarang sekali berbicara, dan yang kedua cowok itu masih terluka, kenapa malah sekolah, harusnya dia memulihkan diri lebih dulu.

Selingkuh, Yuk? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang