14. Rencana

94.8K 9.7K 498
                                    

"Resh, gue cantik kok, nggak bakal malu-maluin kalo lo jadiin pasangan."

"Gue juga pinter, bisa diandelin di situasi tertentu."

"Gue lumayan ngerti sopan santun."

Naresh menghela napas. Cewek di sampingnya sedari tadi tak berhenti mengucapkan kalimat-kalimat yang mungkin maksudnya agar Naresh tergoda dan menyetujui ajakan gila yang masih tetap bersarang di kepalanya.

"Udah?" Naresh mencondongkan wajahnya pada Nara. Tak ada raut tertarik atau semacamnya.

"Resh, jangan nyebelin sekali aja." Nara mencebik. Usahanya mendapat penolakan secara mutlak lagi.

Naresh menulikan telinga. Dia pun membaringkan wajahnya ke atas meja dengan mata terpejam. Tidak peduli.

"Resh, gue tau loh lo nggak pernah tidur di kelas, segitunya nggak mau nanggepin gue."

"Heem."

Nara mengumpat dalam hati. Tangan kirinya mengepal. Namun kemudian dia menarik napas. Melepas semua energi negatifnya dan kembali tersenyum. Ia harus bersabar, sangat ekstra bersabar. Agar si cowok batu ini bisa terayu. Dari komik-komik yang Nara baca begitu. Si cewek gencar ngejar si cowok, lalu si cowok yang semula menolak si cewek lama-lama akan terbiasa dan akhirnya menerima si cewek itu.

"Gue janji deh Resh, gue bakal bikin lo jadi juara pertama. Gue nggak bakal belajar, kalo perlu gue juga bakal ngosongin beberapa jawaban."

Nara  ikut membaringkan kepalanya masih mencoba manarik atensi cowok batu itu.

"Jangan bertindak bod--" Naresh tak melanjutkan perkataannya. Dia terkaget begitu membuka mata  mendapati Nara berada tepat di hadapannya dengan jarak yang lumayan dekat.

Naresh menggerakkan telunjuknya untuk mendorong kening Nara namun cewek itu menangkapnya. Menggenggamnya cukup kuat.

"Resh gue disebut pinter bukan karena hasil kasihan guru ya. Kalo lo nggak mau bikin komitmen selingkuh sama gue, gue bakal ngejar lo kayak orang gila. Dan nanti orang-orang dengan sendirinya bakal mikir, 'oh Nara ngejar Naresh, Rega udah dibuang.' Nah, itu nggak terlalu buruk kok." Nara menatap Naresh dengan penuh berani. Bahkan kalau digambarkan di bola matanya ada bara api tekad kuat yang membara-bara.

"Jangan macem-macem."

"Dari sudut mana pun lo lebih baik dari Rega. Jadi orang-orang pun juga bakal mikir wajar aja dong gue ngejar lo. Pokoknya nggak bakal jatuhin kelas gue. Yang ada orang bakal nilai gue keren karena udah upgrade."

"Berhenti berspekulasi sendiri."

"Oh kayaknya sekarang gue harus nyusun rencana. Hmmm... Gimana kalo teriak di lapangan? Atau ngikut pengumuman di speaker sekolah. 'Naresh I love you....' gitu."

"Harga diri lo bakal jatuh."

Nara mendengkus. "Nggak usah bahas harga diri sama orang yang lagi dendam. Terus kalo lo emang kasian sama harga diri gue...," Nara mengubah tatapan menjadi memelas, "bantu gue ya?" ucapnya dengan penuh permohonan.

"Nggak."

Nara menggigit bibirnya, menahan agar tidak berdecak. "Resh, gue juga bisa loh guling-guling di tengah jalan. Nangis-nangis bilang pengen Naresh." Wajah memelasnya kembali diganti dengan delikan sinis penuh ancaman.

"Oh ya?" Sayangnya Naresh tak terpengaruh. Ia malah menatap remeh cewek yang punya ego tinggi itu. "Yaudah tinggal lakuin," tantangnya.

Nara merapatkan bibirnya, kehilangan kata. Ia pun mengubah posisinya. Kini keningnya yang bersentuhan dengan meja. Ia mengetuk-ngetukkan pelan. Menahan sumpah serapah yang sudah berkumpul di dalam mulutnya minta dikeluarkan.

Selingkuh, Yuk? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang