Setelah membayar taksi, Nara pun berjalan ke arah pekarangan rumah bercat putih itu. Gerbangnya terbuka lebar hingga Nara cukup langsung berjalan ke arah pintu. Sekarang jam 10 pagi, harapnya Naresh tidak sedang pergi keluar.
Nara menekan bel kemudian mundur dua langkah menunggu. Terdengar suara langkah dari arah dalam hingga ia tak perlu menakan bel untuk kedua kalinya.
"Hallo, cari siap--Nara?"
"Cheryl?" Mata Nara membelalak begitu pintu terbuka lebar dan menampakkan Cheryl dengan sebelah tangan mendekap toples.
Sial, kenapa Nara tidak terpikir bahwa Cheryl mungkin mengunjungi Naresh. Hari libur, wajar main ke rumah pacar. Sekarang bagaimana kalau Cheryl salah paham akan kedatangannya.
"Cher, sorry gue nggak maksud apa-apa, gue cuma--"
"Masuk-masuk Na, mau ketemu Naresh 'kan?" ucap Cheryl yang terlihat biasa-biasa saja. Gesturnya santai sekali, bahkan dia sambil mencemili makanan di toplesnya.
Nara menggigit bibirnya. Cheryl sepertinya sadar selama ini Nara ngintilin Naresh, Nara harus menjelaskan sebelum Cheryl benar-benar salah paham dengannya. Nara tidak sedikit pun punya niat merebut seseorang dari seseorang.
"Cher, gue bener-bener minta maaf."
"Eh maaf?" Cheryl terlihat mengernyit. "Buat apa?"
"Sorry kalo gue ngedektin Naresh, tapi gue nggak bermaksud ganggu kalian, gue nggak tau kalo...."
"Nggak tau?"
"Nggak tau kalo ... kalian pacaran."
"Pacaran?" ulang Cheryl. "Maksudnya gue sama Naresh?"
Nara mengangguk. "Yang kemarin-kemarin gue nggak tau, tapi sumpah gue nggak bakal bocorin ke siapa pun kok tentang kalian."
Cheryl menatap Nara. Bibirnya pelan-pelan bergerak hingga gelak tawa membuncah tanpa bisa ditahan.
Nara terbingung.
"Duh sorry Na," Cheryl berusaha menghentikan tawanya. "Lo lucu banget abisnya. Emang bikin salah paham sih lo liat gue ada di sini, tapi gue bukan pacar Naresh hahaha...."
Cheryl bilang 'kan Backstreet, jadi ini tuh pasti hanya alasan dia untuk menutupi. Tapi Nara sudah tahu yang sebenarnya. Cheryl tak perlu berbohong di hadapannya.
"Bukan? Tapi gue liat nama kontak lo di hp Naresh manis banget."
Tawa Cheryl berhenti, matanya melebar kaget. Tawanya hilang tak tersisa digantikan raut risau.
"Lo liat Na?" Cheryl mendekat dengan wajah serius. Ia sedikit menunduk karena tubuhnya yang lebih tinggi dari Nara.
"Lo jangan bilang siapa-siapa ya?"
Nara mengangguk. "Tapi lo nggak marah sama gue 'kan?"
"Marah buat apa?" Cheryl menatap penuh tanya. Sebelum ia mengusap wajahnya. "Anjir kok gue malu banget ya. Namanya geli banget lagi. Na beneran nggak bakal bilang siapa-siapa 'kan?"
Nara mengangguk. Nara tak punya alasan juga untuk menyebarkan hubungan mereka.
Cheryl menghela napas lega.
"Lo tau nggak kalo ada orang di dunia ini yang seumur hidupnya nggak pernah nge-save nomor? Naresh itu. Bahkan kalo presiden kontak dia sekali pun dia nggak bakal repot-repot nyimpen. Gue kesel 'kan nomor gue nggak dia save mulu, yaudah gue diem-diem lakuin sendiri dan pake nama menggelikan itu," Cheryl meringis seraya mengusap wajahnya, malu.
"Termasuk nomor Ayah sama Bunda, itu gue yang save. Kurang ajar emang, nomor ortu sendiri pun nggak dia simpan."
Nara termenung. Ternyata Cheryl sudah sangat akrab dengan keluarga Naresh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuh, Yuk? [TAMAT]
Teen FictionNara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-orang yang akan menatapnya iba. Berkata seberapa menyedihkan dia, ditikung sahabat sendiri. Tidak, it...