21. Pola pikir

86.9K 10.6K 300
                                    

"Pegangan, Na. Gue takut disabet sama 'seseorang' kalo lo kenapa-napa."

Perdebatan itu bisa dilerai berkat campur tangan Julia. Hasilnya Cheryl menang dan Naresh menatap penuh ketajaman. Seraya terus melayangkan ancaman pada Cheryl, Naresh memasangkan jaket pada Nara. Diritsleting tinggi juga tudung yang dipakaikan.
Mungkin cowok itu teringat pada terakhir kali Nara diboncengnya dan berakhir sakit. Padahal Nara bukan tidak bisa naik motor. Nara beberapa kali naik ojol, hanya mungkin kebetulan saja waktu itu memang waktunya Nara sakit.

Cowok itu. Ck! Nara tidak selemah itu padahal.

"Lo tenang aja gue udah pro. Papa gue abdi negara, ditugasin di daerah, jadi dari SMP gue udah bawa motor sendiri karena ke sekolahnya jauh. SMA baru deh dititipin di sini. Udah kayak anak ayam nggak sih."

Cheryl terkekeh dan mulai melajukan motornya. Nara melingkarkan tangannya di perut Cheryl.

"Sorry Na, gue nyeret lo buat ikut. Tapi ini karena gue penasaran, ada yang pengen gue omongin banget," ucap Cheryl dengan sedikit menolehkan wajah. Jalanan lenggang dan Cheryl membawa motornya dengan cukup santai.

"Omongin apa?"

"Gue tau soal rencana lo buat selingkuh sama Naresh."

Nara terdiam. Ada rasa waswas yang kini menjalar di dalam dadanya.

"Jangan nyerah Na, gue suka cara lo. Ayo balas mereka dengan slay."

Eh, Cheryl mendukungnya?

"Jangan bar-bar kayak gue dulu. Lo pasti ingetkan soal gue sama Riana? Awalnya itu tuh keliatan keren, lo gampar cewek yang rebut cowok lo. Tapi nyatanya lo malah jadi keliatan negatif. Dianggap tukang kekerasan lah, bar-bar lah. Padahal gue cuma kasih satu tamparan, sementara sakit yang dia kasih ke gue lebih dari itu."

Itu kejadian waktu kelas 10, dan satu sekolah benar-benar heboh karenanya. Cheryl menampar Riana di kantin saat istirahat hingga banyak sekali yang menyaksikan.
Nara mendengar dari Keysha jika alasannya karena pacar Cheryl selingkuh dengan Riana.

"Gue benaran baru di kota ini. Riana itu temen pertama gue dan yang paling deket banget. Lo pasti paham rasanya dikhianati kayak gimana."

Nara menyunggingkan senyum satu sudut. Ya, dirinya benar-benar paham bagaimana rasanya.

"Setelah kejadian itu lucunya malah gue yang dijauhi. Di situ gue paham kalo lo didukung bukan karena bener, tapi karena punya circle. Riana asli orang sini, banyak temen-temen dari SMPnya, banyak yang dukung dia meski notabenenya salah." Cheryl berdecak kesal. Wajahnya kentara sekali begitu kesal.

"Gue yang nyatanya korbannya malah dapet stigma negatif. Gue nggak marah sih, tapi jujur aja lo juga pernah mandang negatif gue 'kan?"

Nara tertohok, dia memang pernah berpikir Cheryl jahat. Dengan agak sungkan Nara mengangguk.

"Nggak papa bukan salah lo kok, lagian selama ini lo nggak pernah ngehindari gue atau nunjukin rasa benci."

Cheryl membelokkan motornya, kali ini mereka mulai memasuki jalan raya.

"Citra gue tuh ancur banget. Gue jadi seolah tokoh antagonis yang patut dibenci. Bahkan buat adek kelas yang nggak liat kejadiannya pun, karena dapet desas-desus mereka langsung nggak suka sama gue. Anak-anak yang waktu di UKS itu inget nggak? Yang kayak gitu tuh bukan hal aneh lagi buat gue, Na."

Nara memerhatikan pantulan wajah Cheryl di spion. Meski ekpresinya kini terihat santai, tapi dihakimi dengan tidak adil seperti itu bukan hal yang mudah diterima.

"Awalnya gue down banget sampe nggak mau sekolah. Pengen balik ke Ortu. Tapi Rafly sama Naresh selalu ada dan bantu gue bangkit. Btw Rafly itu cowok gue."

Selingkuh, Yuk? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang