Nara menyandarkan tubuhnya. Kakinya bersila dengan sebuah selimut yang membungkusnya. Keysha yang membawakan untuknya. Bahkan dia juga yang memasangkan pada Nara dengan telaten.
Nara menggulir bola matanya, melirik Keysha dari arah sudut. Keadaannya yang sedang sakit membuatnya tak harus memaksakan diri terlalu jauh untuk tersenyum. Nara tak harus menyembunyikan raut datarnya karena Keysha hanya akan menilai sebagai rasa sakit.
"Aaa...."
Keysha mengarahkan potongan apel pada mulut Nara yang diterima Nara dengan seulas senyum.
"Enak," gumam Nara seraya mengunyah.
"Buat apel kapan lo bilang nggak enak." Keysha menggeleng kecil seraya tersenyum. Ia kembali mengambil apel dan mengupasnya lagi.
"Naresh baik juga ya nengokin ke sini," ucap Keysha menyinggung cowok yang sudah pulang sekitar lima menit yang lalu.
"Hari ini jadwal latihan, cuma karena gue sakit, jadi Naresh anterin soal dari Bu Aini ke sini," jelas Nara.
Jika Keysha selama ini bisa semulus itu berakting di hadapan Nara. Nara juga ingin mencoba seberapa cewek itu akan tertipu oleh trik mangsanya sendiri. Bagaimana jika orang yang selama ini dirinya bodohi, membodohinya balik.
"Oh kirain."
Nara berdecih dalam hati. Kalo dia temen gue, lo bakal berusaha jauhin 'kan, Key?
Dada Nara kembali memberat, seolah menolak berbagi udara dengan sosok yang benar-benar membuat kepalanya serasa dibelah, saking tidak habis pikir dengan yang semua dia lakukan. 12 tahun itu bukan waktu yang sedikit. Penyataan Tiara membuatnya berspekulasi jika selama ini nungkin bukan dirinya yang tidak punya teman, tapi Keysha yang membuatnya. Memang terlalu dini untuk berspekulasi, tapi dari sekarang Nara benar-benar tak bisa memandang baik lagi cewek di hadapannya.
"Lo nggak ngira gue temenan sama dia 'kan. Hih amit-amit, kuping gue bisa robek lama-lama." Nara memasang wajah julid yang membuat tawa Keysha meledak seketika.
"Hush, jangan gitu. Siapa tau Naresh emang bisa jadi temen lo."
"Males ah." Nara kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Keysha. Tangannya ia lingkarkan pada tubuh cewek itu.
"Gue udah lelah lawan takdir. Cukup lo aja yang jadi sahabat sejati gue." Nara berucap dengan pandangan yang menajam.
Sementara Keysha yang tidak bisa melihat itu hanya tersenyum dan menepuk-nepuk kepalanya. "Jangan gitu, semangat dong. Semua pasti ada jalannya, meskipun gue nggak masalah buat jadi sahabat lo satu-satunya."
Tai.
oOo
"Na, nggak ikut upacara?"
Cheryl mengernyitkan dahi begitu Nara berjalan ke arah yang berbeda dari anak-anak yang lainnya. Dia juga tidak terlihat membawa topi yang menjadi atribut wajib saat upacara.
"Gue mau ke UKS."
"Lo masih sakit?"
"Bukan. Cuma ya kalo ngikut upacara takutnya sakit lagi."
Cheryl terdiam sejenak, terlihat berpikir. "Gue ikut lo aja deh," putusnya, melepas topi yang sudah dipakai lalu berjalan ke arah Nara. Dia mengamit tangan cewek itu dan melangkah bersama ke arah UKS.
"Lo sakit?"
"Nggak. Cuma kebetulan gue nggak bawa sunscreen. Jadi daripada nyiksa kulit gue, gue nggak ikut upacara aja."
"Tapi, kalo nanti dimarahin?"
"Na, ini juga urgent. Kulit itu aset utama cewek. Bukan soal hitam atau putihnya, tapi kulit belang itu nggak banget," bela Cheryl dengan alasan buatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuh, Yuk? [TAMAT]
Teen FictionNara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-orang yang akan menatapnya iba. Berkata seberapa menyedihkan dia, ditikung sahabat sendiri. Tidak, it...