"Kenapa kalian ninggalin kita?"
Cheryl menampilkan cengirannya pada Nara. Mereka kini sudah duduk di salah satu meja restoran cepat saji. "Kita tadi ada hal yang mendesak, Na."
"Bohong," tukas Nara dengan mata yang sedikit menyipit.
"Eh bonekanya lucu banget." Cheryl mengalihkan pembicaraan dengan mengusap-usap boneka yang Nara taruh di kursi sampingnya. Badannya saja kalah besar, repot kalau harus selalu Nara pangku apalagi mau makan.
"Si lemes itu lumayan manis juga ternyata," gumam Cheryl kemudian dia tertawa kecil.
"Eh Na, minggu depan jalan lagi, yuk?" ajak Cheryl.
"Terus nanti ditinggalin lagi." Padahal Nara sudah bilang ke Mamanya kalau dia mau main dengan Cheryl. Meskipun dengan Naresh pun tetap seru.
"Nggak-nggak, janji kok sumpah. Kalo mau kita aja yang jalan, cowok nggak usah diajak."
"Nggak bisa."
Cheryl memasang wajah murung. "Yah, Na. Lo kapok ya?"
"Bukan, minggu depan itu waktu lomba."
"Oh ya? Lokasinya di mana? Gue pengen ikut dong." Cewek jangkung itu terlihat antusias.
"SMAN 2."
"Oke, gue bakal jadi supporter lo, Na."
"Mana bisa 'kan ngerjainnya juga di ruangan."
"Iya juga sih. Tapi pokoknya gue sama Rafly bakal hadir."
"Jadi mau go public?"
"Nggak lah," elak Cheryl santai. "Tenang Rafly bisa cosplay jadi apa aja kok."
Obrolan mereka harus terhenti karena Rafly dan Naresh kembali dengan membawa makanan mereka.
"Makasih." Nara tersenyum kemudian mulai sesi makan dengan khusyuknya. Semua yang di sini sudah tahu, jadi Nara tak perlu menjelaskan ulang atau merasa sungkan.
"Udah buka hp?" tanya Naresh yang ditanggapi gelengan dari Nara.
"Pak Abdi bilang besok kita ada pemantapan kemungkinan sampe malem. Jadi setelah makan, kita langsung pulang."
Nara mengangguk.
"Loh pulang?" Cheryl terlihat kurang setuju. "Masih siang loh."
"Nara harus istirahat."
Cheryl mendesah kecewa. Karena menonton di tempat berbeda, dia belum melakukan keseruan apa pun dengan Nara.
"Kalian main aja, gue izinin ke Bunda."
"Serius Resh?" Mata Cheryl berbinar. "Wah baiknya ayang aku."
Nara mendongak dan secara kontan menatap Cheryl. Cheryl pun baru tersadar dan menepuk bibirnya.
"Jangan salah paham, Na. Ungkapan ayang dari gue ke Naresh itu artinya nggak beda dari ngatain bego. Soalnya Naresh jijik banget dipanggil gitu, dan gue ngerasa dunia nggak adil kalo nggak bikin Naresh kesel, jadi Sorry, udah kebiasaan, hehe...." Cheryl menyengir seraya menepuk jidatnya. Satu lagi kartu memalukannya terbuka di depan Nara.
Nara mengangguk mengerti seraya tersenyum usil. Ia pun meneguk minumannya sebelum mencondongkan tubuh pada Naresh yang duduk di sampingnya itu.
"Ayang," panggil Nara tak terlalu keras dan hanya bisa didengar Naresh saja.
"Ya?" sahut Naresh seraya menatap Nara.
Nara menatap baik-baik raut Naresh. Kok ... tidak terlihat seperti orang kesal ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuh, Yuk? [TAMAT]
Teen FictionNara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-orang yang akan menatapnya iba. Berkata seberapa menyedihkan dia, ditikung sahabat sendiri. Tidak, it...