"Tante Fio pingsan, jadi dibawa ke Rumah Sakit. Mama ini baru nyampe. Kamu pulang sendiri nggak papa? Maaf tadi hpnya lowbat jadi Mama baru bisa ngehubungi, kamu pasti udah lama ya nunggu?"
Nara mendengarkan penjelasan Mamanya dari ponsel yang kini menempel di telinganya. Ada riak kecewa yang cepat-cepat ia ganti dengan senyum memaklumi.
"Iya, nggak papa. Nara pulang sendiri aja."
"Maaf ya sayang. Hati-hati di rumahnya, dikunci jangan lupa. Kalau ada yang nggak dikenal jangan dibuka."
"Iya." Nara terkekeh kecil.
"Serius, Dek."
"Iya-iya Mama."
" Oke, Love you."
"Too."
Nara menurunkan ponselnya. Ia menghela napas seraya menatap jalanan yang lebih lenggang setidaknya dibanding saat bel pulang tadi berbunyi.
Nara duduk sendirian di halte. Anak-anak sekolahnya sudah pergi, hanya sebagian kecil yang punya kepentingan ekskul dan itu pun di dalam bukan di sini.Nara mulai membuka aplikasi taksi online. Udara mulai dingin diikuti cahaya matahari yang redup tertutup awan. Nara sama sekali tidak membawa jaket, dia mungkin tidak akan kuat jika harus naik ojek.
"Nara?"
Merasa namanya dipanggil, Nara pun menoleh ke sumber suara. Seorang cewek sebaya dengannya menghampiri dengan senyum yang cerah. Seragam mereka yang berbeda menunjukkan bahwa dia bukan siswi dari sini.
"Eh beneran Nara, nggak nyangka bisa ketemu di sini." Cewek itu meraih tangan Nara lalu berjingkrak riang seperti tingkah umum para cewek ketika bertemu teman lamanya. Terlihat begitu senang.
Namun berbanding terbalik dengan Nara. Bukannya ikut senang, dia malah seketika tegang dengan mata melebar kaget seolah melihat monster.
"Eu, sorry. Gue harus pulang," Nara segera bangkit berdiri lalu melepas paksa tangannya dari cewek itu. Ia pun mengambil langkah cepat untuk menjauh.
Namun cewek itu ternyata punya kegigihan cukup tinggi. Dia mengejar Nara lalu memegang pergelangannya.
"Na, dengerin gue dulu."
Nara mencoba menarik tangannya, namun tenaga dia kalah kuat.
"Na, gue mohon sebentar aja."
Nara menunduk dalam menghindari tatapan cewek itu sementara tubuhnya kini mulai terlihat menggigil. Kilasan-kilasan bayangan mengerikan muncul di kepalanya membuat dadanya kini terasa terhimpit dengan napas mulai terasa berat.
"Orangnya nggak mau, nggak liat?" Suara berat seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakang Nara. Dia meraih tangan Nara dan membantunya lepas dari cewek itu.
Naresh, gumam Nara begitu melihat siapa itu. Nara mengusap wajahnya yang kini pasti terlihat pucat. Ia berusaha terlihat baik-baik saja meskipun gagal. Ketakutannya terlalu besar.
"Lo siapa?" tanya Naresh dengan raut dingin dan tatapan yang tidak bersahabat.
"Gue Tiara, temen SDnya Nara. Gue nggak ada maksud buruk kok."
Naresh melirik Nara dengan ujung matanya. Dia ragu melihat dengan benar atau tidak, tapi Nara seperti menggeleng kecil.
"Tapi yang gue liat nggak gitu."
"Barusan gue emang agak maksa, tapi sumpah nggak ada niat buruk, gue cuma pengen ngomong sama Nara," jelas Tiara terlihat bersungguh-sungguh. Dia tidak terlihat seperti orang jahat, justru seperti orang yang penuh dengan rasa bersalah. Hal yang tentu tak bisa Naresh abaikan begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/329133868-288-k474212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuh, Yuk? [TAMAT]
Teen FictionNara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-orang yang akan menatapnya iba. Berkata seberapa menyedihkan dia, ditikung sahabat sendiri. Tidak, it...