Aku tau kalian berusaha buat positive thinking, tapi hati was-was 'kan? Ehehe....
oOo
Kepala Nara mulai dipenuhi dengan praduga-praduganya. Nama kontak Cheryl di ponsel Naresh membuat Nara mulai memikirkan hal-hal yang sebelumnya dia abaikan begitu saja.
Cheryl yang berkata dia punya hubungan tapi backstreet, kotak bekal warna hijau yang Cheryl bawa sama dengan kotak yang ada di bangku Naresh, malah pagi tadi Cheryl juga membawakan bukunya.
Kalau tidak ada hubungan apa-apa, semua itu tidak akan terjadi 'kan?Tadi Naresh juga menyuruh Nara untuk tidak berburuk sangka. Apa maksudnya agar Nara tidak menganggap dia jahat karena tidak membantu Nara? Naresh bukan tidak ingin membantu, tapi dia memang tidak bisa membantu?
Karena Naresh pacar Cheryl. Cheryl pacar Naresh. Jadi, Naresh tak mungkin selingkuh dengannya.
"Bego."
Nara menepuk keningnya. Cheryl Backstreet karena tidak ingin ada yang mengganggu hubungan mereka, tapi bisa-bisanya Nara malah mendekati cowoknya. Kalau seperti itu apa bedanya Nara sama Keysha. Nara tahu sakitnya seperti apa. Nara pasti sudah gila kalau sampai melakukan hal seperti itu pada orang lain juga.
"Otak lo udah karatan ya." Nara mengetuk-ngetuk kepalanya. Ingin rasanya ia berteriak kencang sekali, merutuki kebodohannya itu.
Nara menggigit bibirnya ia melirik jam tangannya. Nara sampai lupa dirinya sudah terlalu lama berada di toilet. Nara sekarang harus segera bergegas sebelum Bu Aini marah.
Sepanjang koridor yang dia lewati sangat sepi dan sudah jelas Nara yang paling terakhir sampai di ruangan itu
"Maaf, Bu." Nara menampilkan cengiran begitu Bu Aini menatapnya. Untungnya Bu Aini ini terkenal baik dan lembut, jadi sepertinya Nara akan selamat.
"Duduk-duduk."
Nara pun melangkahkan kaki ke dalam, namun tak lama kemudian ia mematung bingung. Ada dua bangku yang kosong. Yang pertama di depan Jonathan yang paling ujung sana, yang kedua di yang paling awal, depan Naresh. Meski Nareshnya tengah konsultasi dengan Pak Abdi di depan, tapi Nara bisa yakin pasti dari tas cowok itu yang tersimpan di kursinya.
Sebelumnya Nara tidak akan ragu untuk memilih duduk dengan Naresh, pertama karena dia kenal, kedua karena punya misi. Namun sekarang sepertinya Nara lebih baik duduk dengan orang yang hanya Nara tahu sebatas namanya itu.
Nara hendak berjalan ke arah Jonathan, namun tiba-tiba kedua bahunya dipegang, tubuhnya setengah diputar dengan begitu mudah lalu didorong dan didudukkan pada kursi begitu saja. Tanpa ada perlawanan yang menegaskan tubuhnya setidak punya tenaga itu.
"Ngalangin jalan," ucap orang di belakang Nara. Yang tanpa Nara menoleh pun tahu itu Naresh. Si pelaku.
Cowok itu pun setengah memutari meja lalu duduk di kursinya, hadapan Nara. Yang membuat Nara melayangkan tatapan tidak percaya.
Nara 'kan ingin duduk dengan Jonathan, kenapa malah berakhir di sini. Kalau menghalangi jalan tinggal bilang permisi, Nara 'kan bisa menyingkir.
"Gue mau duduk sama Jonathan."
"Jonathan?"
Nara mengangguk. Naresh menoleh ke arah cowok dengan rambut kriwil juga kacamata tebal yang frame-nya anak pintar sekali.
"Nggak keren," komentar Naresh. Tubuh Jonathan cenderung kurus dengan tinggi yang hanya memenuhi standar minimal cowok saja.
"Mau adu siapa yang paling lemah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuh, Yuk? [TAMAT]
Teen FictionNara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-orang yang akan menatapnya iba. Berkata seberapa menyedihkan dia, ditikung sahabat sendiri. Tidak, it...