33. Sampah

96K 11K 620
                                    

Nara masih memeluk tangan Naresh. Selain untuk menunjukkan bahwa mereka dekat, Nara juga sebenarnya tengah mencari bantuan agar tubuhnya yang gemetar itu tidak ambruk.

"Aku keren nggak?" tangan Nara seraya mendongak pada Naresh.

Naresh tersenyum. "Licik. Belajar manipulasi dari mana?" Nara semakin lihai dalam bermain kata-kata sekarang.

"Aku sampe siapin script dulu tau buat ini. Sumpah aku gemeteran banget, nih tangan aja masih dingin. Semoga aja tadi nggak ada yang nyadar," papar Nara dengan wajah lugunya yang kembali. Nara belum pernah berdebat dengan seseorang seperti itu sebelumnya. Meskipun Nara punya motivasi yang kuat, tapi bertingkah seperti bukan biasa dirinya ternyata cukup susah.

"Nggak papa. Kalo ada yang nyadar pun pasti ngiranya karena terlalu emosi. Bukan gugup aja, orang emosi juga bisa tremor."

Naresh menadahkan telapak tangannya. "Sini mana tangan yang dinginnya."

Nara menempelkan telapak tangannya lalu memasukan jemari mereka seperti yang pernah Naresh ajarkan. Mereka pun bergandengan lalu melangkah menuju kantin.

"Makasih karena udah bantuin aku, dan maaf karena tadi ucapan aku malah terkesan seolah samain kamu sama Keysha. Mungkin juga aku ngasih kesan yang kurang baik tentang kamu. Maaf  ya?"

"Bukan masalah."

Nara tersenyum lebar. "Baik banget sih. Langit-Bumi banget kalo sama Rega. Kok bisa ya dulu aku suka sama Rega?" Jika Nara bisa mengulang waktu, dia tidak sudi bahkan hanya untuk berkenalan dengan cowok itu.

"Nggak papa, nyasar dikit biar nantinya tau jalan mana yang benar."

Nara mengangguk. Lalu tiba-tiba lengannya ditarik paksa hingga tubuhnya berputar. Pegangan dengan Naresh terlepas, Nara pun hampir jatuh jika ia tidak cepat-cepat menyeimbangkan diri.

"Ga! Apa-apaan sih?!" Nara menatap kesal pada cowok di hadapannya. Tak habis pikir dia mengikutinya sampai sini. Benar-benar tak punya muka.

"Na, dengerin aku dulu, aku bisa jelasin sama kamu semuanya," pinta Rega dengan raut yang memohon.

"'Kan gue udah bilang, gue nggak mau ambil pusing. Udahlah masing-masing aja, nggak usah ganggu lagi." Nara mengibaskan tangan, memberi isyarat agar Rega pergi.

"Aku tau, kamu kayak gini karena tau aku sama Keysha ada main 'kan? Kamu nggak bener-bener suka sama Naresh."

"Nggak usah kepedean deh, maksudnya gue masih suka sama lo gitu? Sorry deh, gue udah nggak ada rasa sedikit pun sama lo tuh."

"Na aku sayang banget sama kamu. Aku bener-bener sayang sama kamu," ujar Rega yang terlihat sangat putus aka.

"Udah-udah, gue nggak mau denger bualan."

"Aku serius, Na. Cuma kamu yang bener-bener aku sayang. Aku tau aku sama Keysha cuma khilaf, cuma buat have fun aja."

"Have fun?" Nara menatap Rega dengan raut tak percaya. "Nginjek-nginjek perasaan orang lain bagi lo heva fun, Ga?"

Nara menghela napas kasar. "Gue pikir lo itu cuma manusia yang nggak ada otak loh, tapi ternyata lo itu sampah." Jika yang tadi Nara utarakan hanya sebatas membalik-balikan apa yang telah Rega lakukan. Kali ini Nara benar-benar mengutarakan apa yang dirinya pikirkan. Bagaimana ketika sekarang dirinya begitu membenci Rega.

"Na oke! Aku salah, aku buruk. Tapi aku lakuin ini semua buat kamu."

"Buat gue? Apa yang buat gue? Gue yang minta maaf sama lo buat kesalahan yang gue perbuat? Gue yang sampe harus ngemis-ngemis cuma buat dapet balasan chat sama lo?" Nara tertawa seraya menggeleng-geleng. "Wah, makasih ya udah berusaha buat bikin gue segoblok itu."

Selingkuh, Yuk? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang