"Lu terlalu royal sama dia, segala yang dia mau lu kasih! Gimana dia gak makin jadi parasit di kehidupan lu? Harusnya lu sadar, Key! Gua kek gini tuh karena gua peduli ke elu! Abang lu marah sama lu bukan dia gak sayang, karena dia juga peduli ke elu. Sama kaya gua!" Peter terlihat seperti ingin menangis. Segelintir fakta yang perlu diingat, entitas itu sudah tak bisa menangis. Jika Peter merasuk ke dalam tubuh manusia, maka ia sudah menangis sembari berteriak.
"Hiks... lu gak tau Pet, rasanya jadi gua," ucap Keyrans sembari terisak. Peter menatap dalam raut wajah cantik teman manusianya itu.
"Gua tau-"
"ELU GAK TAU!" Peter tersentak saat mendengar Keyrans berteriak membentaknya.
"Dan elu gak akan pernah bisa tau rasanya jadi gua, karena lu udah bukan manusia lagi." Ucapan Keyrans sebenarnya membuat Peter tersinggung. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk marah padanya. Siapa yang ingin meninggalkan dunia ini untuk selamanya, meninggal dengan cara paling menyakitkan dan mengenaskan, kemudian berakhir menjadi hantu gentayangan yang penasaran? Siapa yang menginginkan hal itu? Tentu saja tidak dan Peter pun tidak.
"Lu gak akan tau ketika hatilu udah mati, terus ada seseorang yang buat hati lu hidup lagi dan ngerasain gimana indahnya jatuh cinta lagi. Lu gak akan pernah tau!"
"GUA TAU KARENA SAAT GUA HIDUP GUA PERNAH NGALAMIN POSISI LU!" teriak Peter akhirnya. Keyrans sempat tersentak. Namun ia kembali menundukkan wajahnya dan menangis.
"Gua pernah jadi lu. Bahkan lebih dari itu. Rasa kecewa gua lebih dari yang lu alami. Ketika gua deket sama salah satu cewek dan akhirnya gua suka sama dia, ternyata dia adalah 'Ayam Kampus' yang terkenal saat itu. Gua sakit. Lebih sakit mana gua atau lu? Gua yang tau kalo cewek yang gua suka ternyata bukan cewek baik-baik?" ucap Peter lirih dan berubah kembali menjadi sosok tampannya, menatap sendu gadis di hadapannya yang sedang terduduk di atas kloset duduk di dalam bilik toilet paling ujung yang selama ini menjadi 'rumahnya'.
"Udah ya, lu gaboleh kek gini lagi. Gua sama Chris Abang lu tuh sayang sama lu. Kita berdua gak pengen lu kek gini. Kalo gua mau, gua bakal bilang ke Chris masalah ini. Tapi gua gak pengen masalah lu makin rumit. Gua takutnya Chris ngga bisa nahan emosi dan ngabisin tuh bocah. Takutnya malah jadi bumerang buat dia," ucap Peter lagi, mendekatkan wajahnya pada wajah Keyrans. Gadis itu menoleh.
"Udah, lu gak boleh nangis lagi. Ntar gua temenin lu kemanapun deh biar lu gak sedih lagi." Peter tersenyum dan memegangi wajah temannya itu.
"Emang lu bisa keluar dari sini?" tanya Keyrans polos. Peter terlihat sedang berpikir.
"Semenjak gua jadi hantu, gua gak pernah tau sih apa gua bisa keluar dari area FISIP? Paling pernah nongkrong di fakultas lain ya di fakultas sebelah, fakultasnya Abang lu," jawab Peter.
"Yang gua tau sih, kalo hantu penasaran itu gak bisa pergi kemanapun. Itu dari yang gua pernah tau sih. Kek terikat tempat gitu sama tempat kejadian pas meninggal," jawab Keyrans yang sudah tak lagi menangis.
"Ya udah deh nanti gua coba-coba sendiri. Kali aja bisa," ucap Peter sembari mengendikkan bahunya.
"Kalo gak bisa?" tanya Keyrans. Peter mendelik.
"Ya kan dicoba dulu, jangan langsung bilang gak bisa!" kesal Peter.
"Ya kan gua cuma nanya." Keyrans merengut. Membuat Peter dengan gemas mencubit pipi Keyrans.
"Ish! Sakit bege!" keluh Keyrans sembari mendelik kesal. Peter terkekeh.
"Gemes!" ucapnya sembari tersenyum manis. Keyrans terpaku dan merasakan pipinya memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indi-Go! • Han Jisung ✓
Horreur[Book 1 dari Pentalogi Fanfiction Indi-Go!] Suka duka kehidupan Keyrans Bang, gadis yang mempunyai six sense sehingga menuntunnya pada sosok lelaki tampan yang hobi nongkrong sendirian di tangga lantai 3 samping sekre fotografi. [Cerita ini dilandas...