12. The Blue

1.4K 197 3
                                    

Di perkampungan vampir bagian Timur, Joanna duduk diam di depan rumah kecil yang dia huni. Hugo baru saja keluar, si vampir wanita menatap lurus ke depan. Mata merah itu terpejam perlahan, bayangan dan wajah Friska terlintas di otaknya membuat Joanna menarik sudut bibir. Dia merindukan si buah hati.

"Evelyne.. i miss you so much, sweetheart" lirih Joanna dengan mata yang masih terpejam.

Rasanya percuma, kemanapun Joanna berada dan sejauh apapun dia mencoba menjauh dari sang anak tetap saja perasaan sebagai seorang ibu tak akan pernah hilang di benaknya. Dia adalah ibu kandung dari Friska, mencoba untuk merelakan sang anak merupakan hal tersulit dalam hidupnya. Sudah sekali Joanna mencoba untuk rela ketika anaknya dititipkan pada Minela-Simon namun kini akankah dia sanggup merelakan si anak bersama para manusia selamanya?

Joanna paham jika putrinya itu kaget, jelas sang anak syok berat mengetahui fakta kalau dirinya terlahir dari rahim seorang vampir. Hati Joanna terluka ketika Friska dengan lantang mengatakan kalau dia bukanlah anak dari Joanna-Hugo, ada rasa marah dalam benak Joanna saat itu namun dia tak berani melakukan apapun apalagi sampai melukai anaknya sendiri. Friska tidak salah, dia berhak mengatakan hal yang tidak dia sukai.

Mata Joanna terbuka, memandangi sekitar rumah yang dipenuhi pohon cemara setinggi 11 meter hingga tak membiarkan sinar mentari masuk menyentuh tanah di sana. Kawasan yang lembab, curah hujan disini cukup tinggi. Daerah paling tepat untuk para vampir yang anti sinar matahari. Selama tinggal disini sejak hampir seminggu, tak ada hal penting yang Joanna lakukan. Dia hanya diam dirumah, sesekali berburu dengan Hugo lalu kembali pulang.

'Evelyne.. i miss you'

Joanna membatin sebelum beranjak masuk ke dalam rumah.

🍷🍷🍷

Madava tiba dirumah disaat matahari hampir menampakkan diri, ini pertama kalinya si bungsu Nathanael pulang selambat itu.

"Astaga, kau baru pulang? Darimana saja kau?"

Suara Marcello mengalihkan perhatian Madava yang duduk di depan rumah, alis Marcello menyatu tak mendapat jawaban atas pertanyaannya. Madava diam saja menatap si kakak kedua, retina merah itu kembali melihat ke depan dengan raut datar.

"I'm asking to you, Madava" Marcello berujar penuh penekanan.

"Bukan urusan-mu aku dari mana dan jangan ikut campur, Marcello" Madava menyahut sinis.

"What the? Apa yang terjadi padamu?" Marcello bergumam heran.

"Shut up" desis Madava melesat masuk ke dalam rumah.

"That kid!" Kesal Marcello.

"Ada apa, Marcello?" Suara seorang perempuan membuat Marcello menoleh, Grace muncul bersama Marissa.

"Nothing, aku ke dalam dulu" Marcello menggeleng dan melesat masuk.

"Menyebalkan" sungut Marissa.

"Kau seperti tidak tahu Marcello, dia memang menyebalkan sejak lahir" sahut Grace.

"Right" keduanya tertawa pelan.

🍷🍷🍷

Minela tersenyum melihat Friska menghampiri dirinya ke dapur, si putri ikut membantu Minela masak untuk makan siang mereka.

"Ayah makan dirumah, bunda?" Tanya Friska.

"Iya sayang" Minela mengangguk.

"Bunda, aku ijin keluar sebentar.. ada tugas kampus yang harus aku selesaikan segera, aku tidak mau telat lulus" ujar Friska.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang