42. My Lady

1.4K 188 31
                                    

"Clau?"

Claudya menoleh pada Jared, ia menaikkan alis melihat si kakak kedua.

"Why?" Tanya Claudya.

"Are you okay, sis?" Jared balik bertanya. Claudya mendengus kesal.

"Aku baik-baik saja, Jared, kau tak perlu khawatir berlebihan seperti itu" jawab si bungsu Stefanus.

"Jika kau memang baik-baik saja, kau tak akan melamun seorang diri di tepi hutan seperti ini" Claudya terdiam, Jared mengatakan hal yang benar. Ia sedang tak baik dan mengasingkan diri ke tepian hutan, hal yang selalu Claudya lakukan jika ada sesuatu yang mengusiknya.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir" gumam si adik membuat Jared menghela nafas.

"Madava again, huh?" Tebak kakaknya itu, Claudya hanya melirik tanpa menyahut.

"Clau, lebih baik kau menjauh dari bajingan itu" Jared berujar datar.

"I can't, Jared, i love him" Claudya menggeleng.

"Love? Kau dibutakan oleh cintamu pada si brengsek itu! Come on, Claudya! Kau pantas menerima laki-laki yang jauh lebih baik dan bisa menghargaimu tak seperti Madava sialan itu!" Jared kesal.

Claudya hanya diam, dia tahu Madava keterlaluan dan tak menghargai Claudya sama sekali. Tapi, Claudya hanya mencintai Madava. Si bungsu Nathanael adalah laki-laki yang pertama bagi Claudya sekalipun ia pernah menjalin hubungan dengan Eros dulu, Madava tetaplah yang pertama untuknya. Rasa cinta dan ketergantungan akan Madava melekat begitu kuat, ia tak mau menjauh dan tak ingin melepaskan Madava serta berharap Madava pun tak akan melepaskan dirinya demi sosok pendatang baru yaitu Friska.

"Aku tak bisa, aku tak mau melepaskan dia dan aku juga tak akan membiarkan dia melepaskan diriku" ujar Claudya yang membuat Jared merotasikan mata.

🍷🍷🍷

Friska membuka mata, ia merasakan seseorang tengah memperhatikan dirinya dan ternyata benar. Friska lupa kalau semalam ia tak tidur seorang diri melainkan dengan Madava.

"Good morning, my dear" sapa si bungsu Nathanael.

"Kenapa kau masih disini? Apa kau sudah berbaikan dengan kekasihmu?" Friska bertanya, ia hendak menjauhkan diri namun tak bisa karena pinggangnya terlebih dulu di tahan oleh si vampir.

"Not yet, she can wait. Dia malah sengaja mengomporiku akan kedatangan laki-laki sialan itu semalam" jawab Madava.

"Mengompori?" Friska bingung. Madava mengecup kilat bibir mungil si gadis dan tersenyum, ia mengangguk.

"She's like try to take a revenge, dia tak merasa bersalah dan malah berniat untuk membuatku semakin marah dengan mengungkit kehadiranmu diantara kami" ujar si vampir.

"Dia memang tak bersalah, kau yang salah" Friska menatap heran laki-laki di depannya.

"Tapi tak benar jika ia sengaja memanasiku dengan mendatangkan mantan kekasihnya kemari, itu memancing keributan namanya" Madava berujar cepat.

"Kau benar-benar egois ternyata" gumam Friska.

"Bisakah kau memilih sekarang? Aku tak suka keributan, kau tahu?" Sungut si gadis.

"You want me to pick you, isn't?" Alis Madava terangkat. Friska tak menyahut, tak mengangguk juga tak menggeleng.

"Beritahu aku, kau ingin aku memilihmu atau tidak?" Madava merapatkan diri dengan Friska, memeluk erat pinggang ramping itu.

"Kenapa kau diam saja, hm?" Bisik Madava karena tak mendapatkan sahutan dari sang gadis.

"Terserah-mu" dengus Friska kemudian.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang