38. Obat Penyempurnaan

1.1K 177 18
                                    

Friska menghirup dalam-dalam udara malam hari yang sedikit lembab, hujan baru saja mengguyur Mirabella City. Lantai balkon kamar si gadis basah oleh genangan air namun ia berdiri disana, memegangi tepian balkon dan mengadahkan wajah ke angkasa yang berkabut. Tak ada bulan, tak ada bintang, hanya ada hembusan angin yang cukup membuat bulu di sekujur tubuh berdiri namun Friska tak merasa kedinginan padahal ia hanya mengenakan piyama tidur satin selengan dilengkapi dengan celana satin pendek sejengkal diatas lutut.

Rambutnya digulung ke atas dengan asal, menyisakan helaian-helaian tipis di sekitar kening dan samping telinga. Dia terlihat sangat cantik, manik birunya terpejam, bibir merah muda itu tertarik membentuk senyuman menikmati terpaan angin yang datang. Namun, Friska segera membuka mata birunya ketika merasakan kehadiran seseorang. Ia mendengus kala menangkap sosok Sylas berdiri di seberang rumah.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Friska.

"Menemuimu"

"Ada urusan apa?" Friska bergumam.

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan" Alis Friska bertaut, manik Sylas menatap lurus ke arahnya dengan sorot yang berbeda.

"Kemari, aku tak ingin ke bawah sana" ujar si gadis.

Sylas yang manusia setengah vampir dengan mudah melompati pagar juga naik ke balkon kamar Friska, kini ia berdiri berhadapan dengan si vampir baru. Alis Friska terangkat sebelah, apa yang ingin dibicarakan olehnya? Friska mencoba untuk membaca fikiran Sylas, ia tatap lurus manik keemasan laki-laki tersebut.

'Bagaimana cara aku mengatakan ini? Apakah dia akan menerimanya? Atau setelah ini aku tak akan bisa menemuinya lagi? Oh Dewata, bagaimana caranya aku mengatakan kalau aku ingin gadis ini yang menjadi obat penyempurnaan-ku?'

"Katakan apa yang ingin kau bicarakan lalu pergilah dari sini" Friska berujar, Sylas menarik nafas panjang.

"Aku.." ia terlihat ragu, Friska mendengus.

"Jika kau tak mau bicara, aku yang akan bertanya" Sylas mengerjap.

"Kenapa kau ingin aku yang menjadi obat penyempurnaan-mu? What was that mean?" Tanya Friska.

"How could you know about that?" Sylas balik bertanya.

"Just answer my question" tekan Friska.

Sylas menampilkan ekspresi tak terbaca, ia kebingungan akan pengetahuan Friska tentang hal yang hendak ia sampaikan. Apa Friska mencari tahu? Friska yang melihat Sylas terdiam hanya bisa menghela nafas dan merotasikan mata biru-nya, kenapa tak ada satupun makhluk yang bisa untuk terus bersuara ketika ditanya? Apa yang harus mereka fikirkan sebelum menjawab? Apakah pertanyaan itu sesuatu yang privasi?

"Itu.. iya" Sylas bergumam membuat alis Friska terangkat.

"Iya, apa?" Heran-nya.

"Iya, aku ingin kau menjadi obat penyempurnaan-ku" ujar si manusia setengah vampir.

"Kenapa aku?" Friska mengerutkan kening.

"Karena aku memilih-mu" Sylas menatap lurus manik biru Friska yang indah.

"Kau.. ah tunggu sebentar, kau bisa mencari vampir yang lain. Mirabella City adalah kota para vampir dan kau tak bisa mendapatkan 1 vampir pun sampai harus memilihku yang baru saja menjadi bagian dari dunia vampir? Please, choose another vampire" Friska secara tak langsung menolak apa yang Sylas inginkan.

"I know that, i've seen them and no one can catch my eyes except you. Aku juga tak ingin merepotkan dirimu akan hal ini tapi aku butuh, can you help me?" Si laki-laki bergumam.

Friska mengalihkan pandangan ke jalanan yang sepi, semilir angin berhembus menerpa kulitnya yang seputih susu namun pucat. Friska tak ingin terlibat dalam hal apapun dengan Sylas, laki-laki ini membuat Friska bimbang. Naluri manusia si gadis yang ingin membantu ada namun kini sebagai sosok vampir baru, ia punya keter-ikatan dengan Madava yang dimana jika Friska sampai ketahuan bersinggungan dengan laki-laki lain maka hal buruk akan terjadi.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang