35. Penenang

1.2K 173 22
                                    

"Eve!" Suara Marcello membuat Friska menoleh, alisnya terangkat mendapatkan sorot panik dari netra putra kedua keluarga Nathanael.

"What?" Gumam Friska.

"Come with me!"

Marcello tanpa ijin meraih pergelangan Friska melesat bersamanya. Kedua vampir itu berhenti di sudut halaman rumah, retina abu-abu Friska berkedip lambat. Di depan sana, ada si bungsu Nathanael dan seseorang yang Friska tahu adalah anggota TKM bernama Sylas serta 2 sosok lain dibelakang Sylas. Aura Madava terasa begitu menyeramkan, sorot mata tajam itu menatap lurus ke arah Sylas juga 2 rekannya. Sangat mencekam.

"Eve, mendekatlah dan lerai mereka" Angela mendekati Friska, berbisik pada si gadis.

"Aku? Kenapa harus aku?" Bingung Friska.

"Jika aku bisa maka kau tak akan diperlukan" sambar Claudya melirik Friska dengan tatapan sinis.

"Come on, Eve, laki-laki itu datang kemari dan menyebut namamu karenanya Madava emosi" Hector berujar.

"Kenapa juga dia harus emosi?" Heran Friska.

"My goodness, Evelyne! Kau itu telah menjadi hak milik Madava sejak dia menandai-mu, bukan hal aneh jika dia emosi saat ada laki-laki yang menyebut namamu di depannya"

Jared menjelaskan dengan ekspresi sarat akan gemas menjurus ke geram. Friska menaikkan sebelah alis usai mendengarkan penjelasan Jared, kakak dari Claudya itu tak terlihat marah padanya atas perbuatan Madava. Si vampir baru mendengus ketika Angela, Hector, Jared bahkan Marcello juga Bella ikut mendesaknya untuk melerai Madava-Sylas yang mungkin akan baku hantam alias adu kekuatan.

Sret

Sorot emosi Madava sirna seketika setelah melihat atensi Friska, si gadis menarik lengan kekarnya untuk mundur selangkah menjauh dari Sylas. Friska menghela nafas sebelum menangkup kedua sisi wajah tampan si bungsu Nathanael, mengusap lembut pipi tirus itu dan menatap lurus ke matanya.

"Calm down, okay?" Suara Friska mengalun lembut, hilang total emosi yang sempat menguasai diri Madava usai diperlakukan sehalus ini.

"That was intens.."  kekasih dari Thomas bergumam lirih.

Clara menatap tak percaya bagaimana mudahnya Friska meluluhkan emosi dari calon adik iparnya. Claudya menggeram dengan sorot mata tajam, ia tak bisa melakukan apapun karena Madava emosi bukan karena dirinya. Madava itu konsisten, jika dia emosi akibat Claudya maka Claudya sendiri adalah penenang-nya dan kini si kekasih emosi akibat Friska yang tentu jelas Friska-lah yang dia butuhkan untuk menenangkan emosinya itu. Friska menurunkan tangan dari wajah Madava, ia menghadap pada Sylas dan 2 rekannya. Alis Friska terangkat sebelah melihat raut kaget ketiga sosok itu. Friska bingung, kenapa anggota TKM ini masih saja mendatanginya bahkan setelah Friska menjadi vampir. Bukankah mereka mengawasi dirinya karena Friska tak memiliki identitas? Kini identitas Friska sudah sangat jelas, lalu untuk apa mereka masih saja datang?

"Apa yang kalian lakukan disini? Apa identitasku masih belum jelas juga di mata kalian? Are you blind?" Friska bertanya sebal.

"Sorry, you are newborn dan tak seharusnya kau tinggal bersama pada vampir" sosok di belakang Sylas menyahut, dia adalah Helen.

"You again, huh? Are you wanna die? Apa yang waktu itu belum cukup membuatmu untuk berhenti mencari tahu tentangku?"

Ucapan yang kelewat santai dari Friska membuat mereka semua membeku kaget, apa katanya? Madava menekan kedua bibir menatap tajam Helen, apa yang dia lakukan pada Friska sampai gadis-nya berniat untuk membunuh vampir asing tersebut? Tentu saja itu bukan hal yang baik, Friska tak suka diusik dan Madava sendiri tak suka gadis-nya diusik.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang