44. Berburu

1K 147 19
                                    

Sepasang mata merah itu terbuka perlahan, kening Madava mengerut halus dan beringsut mendudukkan diri. Dimana ini? Kamar? Bukankah tadi ia berada di halaman rumah dan sang wanita akan menghabisinya? Kenapa ia bisa ada di kamar sekarang? Lalu dimana wanita-nya berada? Dengan gerakan cepat Madava turun dari ranjang, ia melesat ke kamar Friska dan menemukan hampir semua anggota keluarga disana kecuali Claudya, Grace dan Marissa. Semua mata menoleh pada Madava, mereka kaget Madava telah sadar.

"Dava? Kenapa kau cepat sekali sadar?" Heran Gaby.

Si bungsu Nathanael mengabaikan tatapan kaget mereka dan pertanyaan heran dari Gaby, ia melihat Friska berbaring di ranjang yang di sisi ranjang diduduki oleh Angela, Bella, Marcello dan Clara. Ia mendekat, Marcello segera bangun mempersilahkan sang adik untuk duduk.

"What's happend to her?" Madava bertanya dengan tatapan yang tertuju ke wajah cantik Friska.

"Dia kehilangan kesadaran tiba-tiba ketika akan mengeluarkan kekuatan petirnya, ia terlalu banyak menggunakan energi yang membuatnya lemah seketika" jawab Clara menjelaskan, Madava melirik si kekasih dari kakak tertuanya sekilas.

"Lalu kenapa aku juga bisa tak sadarkan diri?" Bingungnya.

"Aku yang membuatmu tak sadarkan diri, aku tak mau kau panik dan mengejar laki-laki tadi" Laura menyahut.

Madava menghela nafas, ia masih emosi mengingat Sylas namun saat ini keselamatan Friska jauh lebih penting dari laki-laki itu. Ia meraih jemari Friska, menggenggamnya erat.

"Dia akan baik-baik saja bukan, Clara?" Madava bergumam.

"She will, don't worry" Clara tersenyum mengusap bahu lebar adik kandung dari sang kekasih.

"Lalu dimana Claudya?" Madava menoleh ke Jared juga Jarell.

"Untuk apa kau menanyakan keberadaan adikku, bangsat?" Sinis Jared.

"Katakan dimana dia" Madava berujar dengan nada serius.

"Dia baik-baik saja, dia bersama Grace dan Marissa" Hector menjawab pertanyaan Madava.

Si bungsu Nathanael mengangguk, ia diam memandangi Friska yang setia menutup mata indahnya itu. Perlahan semua yang ada di kamar Friska melangkahkan kaki keluar dari dalam kamar itu meninggalkan Madava seorang diri. Madava diam dan merasa semakin bingung, ia ingin mencoba untuk fokus pada salah satu dari Claudya dan Friska namun tak bisa. Kemarin dia emosi akibat kedatangan Eros dan kini ia kembali emosi akibat Sylas, sial, Madava tak bisa melepaskan kedua wanita itu. Mereka memiliki tempat masing-masing bagi hidup Madava, ini membuatnya frustasi.

Si pria bergerak membaringkan diri di sebelah Friska, memeluk sang wanita dari samping dan menempatkan wajah di leher Friska. Ia menutup mata erat, menghirup aroma tubuh Friska dalam-dalam. Madava menghela nafas pelan, ia tak bisa melepaskan salah satunya. Bagaimana ini? Apa yang harus Madava lakukan agar ia dapat memilih? Seharusnya ia menepati ucapannya yang akan memilih Friska setelah gadis itu menjadi wanita-nya namun pada kenyataan-nya ia masih tak bisa memilih dengan gamblang, Madava tak siap untuk melepas Claudya. Sialan.

"What should i do now, Eve?" Lirih Madava menduselkan hidung ke leher Friska dan membenamkan wajah ke sana.

"Choose one, me or her"

🍷🍷🍷

Claudya menghembuskan nafas panjang, ia melangkah perlahan menelusuri jalanan yang sepi seorang diri tanpa rasa takut. Langkah kaki jenjang itu terhenti menatap lurus ke depan, 2 siluet bayangan melesat ke arah Claudya dan berhenti beberapa langkah di depannya.

"Eros? Harry?" Claudya mengerutkan kening.

"Oh ternyata kau, kupikir vampir mana" Harry terkekeh.

"Ada apa, Clau? Kau terlihat tak baik" Eros menampilkan raut khawatir, Claudya menarik sudut bibir mendapatkan perhatian dari sang mantan pujaan hati.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang