14. Meet The Real Family

1.3K 181 3
                                    

Waktu berlalu, Friska sering menghabiskan waktu luang untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahnya. Menyibukkan diri dengan hal apapun agar tak terlalu memikirkan hal yang aneh-aneh tentang Hugo-Joanna, jujur, Friska merindukan mereka. Apakah Friska tak bisa melihat keduanya lagi? Ia ingin meminta maaf atas sikapnya tempo hari, sikap yang tak seharusnya ia lakukan pada kedua orang tua kandungnya sendiri.

Simon-Minela selalu mengatakan kalau Joanna-Hugo pasti akan datang lagi namun beberapa minggu telah berganti dan tak ada tanda-tanda kedatangan keduanya, setelah hampir 6 minggu berharap akan kunjungan orang tua kandungnya yang hanya menjadi sebuah mimpi, Friska tak lagi berharap banyak. Kini si cantik lebih memilih untuk melakukan hal apapun yang tidak membuatnya duduk diam, dia jelas akan melamun lagi jika duduk tak bergerak.

"Sayang" Minela menghampiri Friska yang tengah merapikan bunga-bunganya di halaman rumah.

"Bunda? Kenapa?" Si anak menoleh.

"Bunda dan ayah harus pergi nanti malam" ujar Minela. Friska berdiri dari aksi jongkoknya, Minela tersenyum pada si putri yang menampakkan wajah bertanya.

"Ada yang harus kami selesaikan di rumah lama kita, hanya 3 hari" gumam si bunda.

"Okay then, setelah selesai bunda langsung pulang kan?" Sahut Friska.

"Iya, apa kau mau ikut?" Minela meraih lengan putrinya itu.

"Aku tidak bisa bunda, siapa yang akan menjaga rumah?" Friska bergumam.

"Bunda tidak tenang kau sendirian" Minela mengeluarkan nada khawatir.

"Don't worry, aku akan baik-baik saja" Friska tersenyum menggenggam tangan sang bunda.

"Promise?"

"Promise"

"Allright, jangan keluar rumah saat malam hm? Jika ada yang datang dan kau tidak kenal, jangan bukakan pintu" peringat Minela.

"Iya, bunda" Friska mengangguk.

Hari beranjak malam dan matahari telah digantikan oleh sang penerang malam yang berbentuk sabit, sinarnya yang lembut menyinari seluruh area. Minela-Simon telah berangkat sekitar 2 jam lalu. Di kamar, di pintu balkon kamar ada Friska yang menatap ke langit sambil memeluk kedua lengan dan bersandar ke daun pintu. Bibir kecil itu tertarik membentuk senyuman simpul, helaan nafas pelan keluar dari bilah bibirnya.

Hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambut Friska yang tak terikat, matanya terpejam merasakan hawa dingin dari angin yang datang. Friska lebih menyukai musim panas namun entah mengapa belakangan ini dia merasa akrab dengan hawa dingin, dulu Friska tak menyukai hujan dan sekarang hujan menjadi salah satu saat yang ia tunggu kedatangannya. Mata bulat Friska terbuka dengan cepat ketika merasakan kehadiran beberapa sosok asing di depan rumahnya.

Di depan pagar sana ada sekitar 6 siluet berdiri melihat ke arahnya. Para vampir, mata mereka berwarna merah. Friska tak bergerak di tempatnya sebelum ia menyadari kalau 2 dari 6 vampir disana adalah 2 sosok yang ia nantikan kehadirannya, Hugo dan Joanna ada disana. Friska menegakkan tubuh seketika, retina coklat terangnya beradu pandang dengan sang ibu kandung yang menatapnya. Friska berbalik, berlari ke bawah dan membuka pintu depan lanjut berlari hingga ke pagar. Pagar rumah terbuka lebar, Friska terengah tiba di depan 6 vampir itu.

Grep!

Friska berhambur memeluk Joanna erat, si vampir tersentak kaget mendapatkan pelukan yang begitu erat dari putri kandungnya. Ada rasa bingung namun rasa bahagia lebih mendominasi perasaannya, apalagi setelah mendengar Friska memanggilnya 'mommy' sambil bergumam dengan nada lirih dan terisak pelan.

"Mommy.. maafkan aku.. hiks"

Tiffany-Dominic, Jason-Esme mengerjap terkejut namun tidak untuk Hugo yang kini tersenyum, Joanna bergerak membalas pelukan sang putri. Ia tersenyum senang mengelus pelan rambut panjang Friska, rasa hangat dari tubuh putrinya mengalir ke tubuhnya yang dingin.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang