9. Who's That Girl?

1.4K 172 9
                                    

Selama beberapa malam Friska tak dapat tidur dengan tenang, sejak video dari kalungnya muncul dan Madava yang selalu datang menghampiri meskipun laki-laki itu tak berhasil bertemu dengan Friska secara langsung. Friska melihatnya dari dalam kamar, Madava berdiri di depan pagar seorang diri 4 malam berturut-turut membuat si gadis berdecak. Syukurlah 2 malam terakhir Madava tak terlihat lagi, kini Friska hanya pusing memikirkan Joanna-Hugo. Friska ingin bertemu dan menanyakan banyak hal pada mereka, saat ini Friska sepenuhnya menyadari kalau dirinya memiliki kekuatan melihat hal yang tak bisa dilihat manusia dari sang ibu kandung.

Rasa penasaran Friska hampir terjawab semua. Mata gadis manusia itu terbuka ketika merasakan kehadiran makhluk lain, Friska segera turun dari ranjang dan menuju ke balkon kamar. Di bawah sana, di pinggir jalan seberang rumah terdapat beberapa sosok yang berdiri menghadap ke arah rumahnya. Retina Friska berubah warna, warna biru dari retinanya sukses membuat semua sosok di seberang melangkah mundur dan melesat pergi. Friska menghela nafas, tenaga si gadis seperti terkuras karena dia tak menyadari apa yang dia lakukan baru saja. Friska kebingungan, kemana sosok-sosok bermata merah di seberang sana? Kenapa mereka pergi? Apa yang terjadi?

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi, nona"

Si gadis manusia berbalik segera, mata bulatnya melebar kaget melihat sosok Madava yang telah berdiri di depan pintu balkon kamar seolah berniat menghalangi Friska untuk masuk. Bibirnya tertarik membentuk senyuman yang tampan.

"Kau sengaja, bukan?" Tanya Madava.

"Sengaja apa?" Heran Friska.

"Kau sengaja tidak keluar ketika aku datang, kenapa kau membiarkan aku menunggu ketidak-munculan-mu dalam 4 malam terakhir? Are you really wanna play with me, dear?" Friska mengerjap mendengar ucapan vampir muda di depannya, dia jelas bisa menebak apa yang Friska lakukan.

"Kau diam, berarti tebakanku benar? Why i can't read your mind? What are you doing with that?" Madava berujar sedikit kesal.

"What?" Friska kaget. Madava tak bisa membaca fikirannya? Sungguh?

"Kau tidak bisa membaca fikiranku?" Tanya Friska tak percaya. Madava mengangguk. Si gadis mengerutkan kening, Madava diam di tempatnya memandangi Friska dari atas kepala hingga ujung kaki dan kembali ke atas kepala.

"Kenapa kau bisa bercahaya?" Tanya Madava.

"Hah?"

Friska menatap heran laki-laki itu, tatapan Madava lurus tertuju padanya tanpa ragu. Mata merah itu seolah tengah menelisik diri Friska, si gadis berdecak dan menggelengkan kepala.

"Stay away from me, jangan datang lagi ke rumahku" desis Friska.

"What will you do if i say no?" Alis Madava terangkat.

"Nothing" gumam Friska.

Semilir angin membuat Madava menutup hidung dengan segera, Friska menatapnya bingung. Madava berusaha keras mengendalikan naluri vampir yang bergejolak dalam tubuhnya, mata si pria menyala terang.

"Shit!" Umpat Jevano.

"Are you okay?"

Entah keberanian dari mana, Friska justru mendekat pada Madava yang kini bersimpuh di depan pintu balkon. Tangan putihnya terulur menyentuh lengan kekar Madava, sentuhan itu membuat si pria mengangkat wajah seketika. Mata merah Madava menatap lekat mata Friska yang kini telah berubah warna menjadi biru, gejolak yang ada di dalam tubuhnya perlahan meredup. Madava terduduk lemas. Si gadis masih diam di depannya, memegang lengan itu dengan sentuhan lembut.

"Kenapa kau bisa membuat gejolak itu hilang seketika?" Bingung Madava.

"Apa?" Friska mengerjap bingung. Madava menarik sudut bibirnya, si pria meraih tangan Friska yang memegang lengannya.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang