20. Him

1.2K 160 59
                                    

Sret

Claudya menahan lengan kekar Madava ketika si laki-laki hendak turun dari ranjang, retina merah Madava menoleh pada si gadis yang masih berbaring di sebelahnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Madava.

"Where are you going?" Claudya balik bertanya.

"Bathroom, wanna join me?"

Madava menaikkan alis dengan ekspresi jahil. Claudya berdecak dan melepaskan lengan si bungsu Nathanael, Madava terkekeh. Ia mendekat pada Claudya, mendaratkan sebuah ciuman di bahu putih si bungsu keluarga Stafanus sebelum beranjak ke kamar mandi.

"Aku terus berburuk sangka padanya, ini memalukan" Claudya memeluk erat bed cover sembari menatapi pintu kamar mandi yang telah tertutup, tak lama kemudian Madava keluar dan telah mengganti pakaian. Matanya melirik Claudya, si gadis duduk bersandar ke kepala ranjang.

"Bersihkan dirimu, sayang" ujar Madava.

"Hm" Claudya mengangguk malas.

"What's wrong?" Madava menghampiri Claudya dan duduk di sampingnya, menggenggam tangan putih itu.

"Nothing, i feel a little tired" Claudya menggeleng dan menyandarkan kepala di bahu lebar Madava.

"Tired? Did i just go too hard on you?" Madava merangkul bahu polos Claudya.

"Menurutmu?" Si gadis menaikkan alis, Madava terkekeh melihat wajah Claudya yang kini merengut kesal.

"Beritahu aku jika aku terlalu kasar.. i can't control myself, you know that right?" Bisik Madava diakhiri dengan sebuah kecupan di pipi sang gadis.

Claudya memejamkan mata, Madava selalu seperti itu dan percuma jika diingatkan karena dia akan selalu melakukan apa yang otaknya katakan tanpa mendengarkan ucapan Claudya.

"Whatever" gumam Claudya akhirnya.

"Wanna try another round?" Goda Madava membuat Claudya memukul lengan kekar si laki-laki.

"No!" Claudya mendelik, Madava terkekeh geli.

"Get up and take a bath, Clau"

Madava beranjak, ia mencium kening Claudya sekilas dan melangkah keluar dari kamar. Claudya mendengus dan beranjak turun dengan melilitkan bed cover ke tubuh polosnya hingga ke kamar mandi, ia menghela nafas melihat pantulan diri di cermin dalam kamar mandi. Ada banyak bercak kemerahan di sekitar bahu juga depan dadanya, Madava benar-benar melahapnya semalaman.

"Sepertinya ini akan lama hilang" Claudya bermonolog seorang diri.

"Aish whatever!" Dengusnya segera mengguyur tubuh dengan air hangat.

🍷🍷🍷

Beberapa hari belakangan, Minela sering berada dikantor untuk membantu pekerjaan Simon dan Friska tidak merasa keberatan dengan hal itu. Si gadis melangkah menuju ke halaman rumah, ia tersenyum melihat beberapa bunga yang ia tanam tempo hari kini tumbuh dan terlihat cantik dengan banyak warna menghiasi halaman rumah barunya yang semula sangat kosong.

"It's so beautiful" gumam Friska.

"Yeah, as beautiful as you" Suara berat seorang laki-laki membuat Friska berbalik, ia mendengus setelah melihat siapa pemilik suara berat tersebut.

"Kenapa kau kemari, tuan muda?" Desis Friska.

"Menurut-mu untuk apa aku kemari?" Tanya si laki-laki menaikkan alis.

"Mana aku tahu" jawab Friska mengabaikan kehadiran si vampir dan melangkah mengitari bunga-bunga miliknya.

"Tentu saja untuk menjenguk gadis-ku" Friska meliriknya sekilas dengan raut tak senang, si vampir menyunggingkan senyuman tampan yang terlihat menyebalkan di mata Friska.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang