50. Hutang

1.1K 153 50
                                    

4 Part lagi menuju Ending 🙏❣️

🖤🖤🖤

Sret

Madava berhasil meraih lengan putih Friska, menghentikan aksi melesat si wanita. Friska menatapnya datar, sangat datar hingga Madava merasa ada rasa tak suka menguar diantara mereka. Si bungsu Nathanael menghela nafas pelan, ia memegangi kedua lengan Friska dan balas menatap tatapan datar itu dengan sorot yang lembut.

"What's happend with you? Kenapa kau jadi seperti ini, sayang?" Madava bertanya pelan.

"Kenapa jika aku seperti ini? Apa sikap-ku mengganggu ketenangan-mu dan kekasih-mu, Madava?" Friska balik bertanya, alis kirinya terangkat. Si lelaki berkedip lambat, ia menggeleng singkat sebelum kembali menghela nafas.

"Jangan seperti ini" gumam Madava.

"Jangan mengaturku" ketus Friska.

"Evelyne, i'm begging you"

"Jangan berusaha untuk bersikap baik padaku, kau bahkan tak bisa menepati ucapan-mu sendiri dan kini kau hendak mempengaruhi aku? You are the real bastard, you know?" Desis Friska di akhiri tatapan tak senang.

"Aku bukan tak bisa menepati ucapanku, aku hany--"

"Hanya apa?!" Friska mendelik, Madava memejamkan mata sejenak.

"Kau pantas mendapatkan sebutan bajingan, kau memang seorang bajingan!" Friska tersenyum remeh.

"Omongan-mu tak ada yang bisa dipercaya! Kau menarik-ku secara paksa masuk ke dunia vampir, mengubahku tanpa ijin hingga mengambil sesuatu yang bukan milikmu dariku! And now what? You said that you choose me, don't you? Kau menyuruhku untuk menjaga jarak dengan semua laki-laki, and i did that. How about you? Aku meminta-mu untuk menjauhi dan berhenti memperhatikan dia, apa kau melakukannya? Tidak, bukan? Kau masih memperhatikan dia, kau masih membelanya, kau masih menginginkan dia! Haruskah aku tertawa karena tertipu oleh janji manis-mu itu, tuan muda Nathanael?"

Madava tertegun. Friska menampilkan ekspresi santai, berbanding terbalik dengan semua ucapan yang ia lontarkan. Madava merasa bersalah, semua ini berawal darinya dan Friska juga Claudya memanglah korban dari semua hal akan tingkah bejat Madava. Ia menarik nafas panjang, jemari itu mengusap lembut lengan Friska yang masih ia pegang.

"I'm sorry.." gumam Madava.

"Aku tak butuh maaf-mu" sinis Friska, ia menarik tangannya.

Raut Madava berubah tegang merasakan kehadiran sosok lain di dekat mereka, ia menoleh ke sisi kanan membuat Friska ikut menoleh. Seseorang berdiri dengan jarak cukup dekat dengan keduanya, retina merah Madava memicing tak suka melihat sosok itu. Friska menaikkan alis, ia menarik sudut bibir.

"Halo, Sylas" sapanya ramah.

"Halo, Eve" balas Sylas melambaikan tangan.

"Pergi dari sini sebelum kau mati di tanganku" desis Madava.

"Kau tak punya hak mengusirnya, dia temanku" Friska menyahut, Sylas menarik sudut bibir mendengar itu sementara Madava menatapnya datar.

"Eve, aku tidak ingin bermain-main" Madava berujar datar.

"Kau fikir aku main-main? Kau yang terlalu banyak main-main denganku!" Sambar Friska lengkap dengan ekspresi tak suka-nya, Sylas menampilkan senyuman miring. 

"Let's go home" Madava meraih pergelangan Friska.

"I won't go to your home!" Friska menepis tangan Madava.

"Aku tak ingin menyakiti-mu, Eve, ayo pulang sekarang" si bungsu Nathanael bersuara pelan, sarat akan nada peringatan.

"Kau berfikir kau tidak menyakiti-ku? That's funny" kekeh Friska.

[✔️] HALF OF METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang