Tampak dua orang manusia berbeda jenis kelamin bergulung dibawah selimut yang sama. Keduanya sama-sama terlihat begitu nyaman berpelukan satu sama lain.Bahkan ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi keduanya masih sama-sama terlelap dengan posisi yang begitu dekat. Dan mereka adalah Ali Prilly.
Keadaan Prilly sudah membaik, ruam merah yang semalam terlihat memenuhi sekujur tubuhnya kini sudah menghilang meskipun tidak sepenuhnya namun kondisi Prilly benar-benar jauh lebih baik.
Prilly sudah beberapa kali mengalami kejadian seperti ini akibat kelalaiannya dalam menjaga makanan yang ia makan namun ia belum pernah merasakan kenyamanan seperti sekarang ini setelah alerginya kambuh.
Ali mengerjapkan matanya secara perlahan saat mendengar suara helaan nafas seseorang ia juga merasakan sesuatu yang empuk menekan dada bidangnya. Keduanya masih sama-sama belum sadar dengan kedekatan mereka.
Ali terlihat menyipitkan matanya ketika cahaya dari jendela kamar apartemennya terasa menusuk ke matanya. Perlahan Ali menggerakkan lehernya yang terasa kaku sampai akhirnya matanya sontak terbuka saat melihat Prilly berada dalam dekapannya.
"Astaga!" Ali melonjak kaget karena terburu-buru beranjak dari ranjang Ali nyaris terjerembab ke lantai.
Prilly ikut terbangun karena pergerakan tubuh Ali yang mendadak. Wajah gadis itu terlihat lucu sekali apalagi ketika matanya berusaha terbuka lalu memindai ke sekelilingnya. Ali masih menunggu reaksi gadis itu dan benar saja beberapa detik berikutnya tepatnya setelah mata Prilly terbuka terdengar teriakan yang benar-benar memekakkan telinga bahkan Ali sampai harus menutup telinganya.
"SIALAN! APA YANG UDAH LO LAKUIN SAMA GUE HAH?!"
Ali yang tak sigap dengan teriakan itu terlihat meringis lalu mendongak menatap Prilly bertepatan dengan bantal yang melayang kearahnya tepat mengenai wajah tampannya.
"Kalau gue kenapa-napa setelah ini tanggung jawab lo!" Marah Prilly beranjak dari ranjang. "Minggir gue mau kamar mandi kebelet gue!" Prilly kembali membuat ulah dengan mendorong tubuh besar Ali ke samping.
Ali yang memegang bantal ditangannya sekuat tenaga menahan diri untuk tidak melemparkan bantal itu kearah Prilly. "Benar-benar perempuan gila." Makinya pelan.
"Apa lo bilang?!"
Ali terkejut bukan main ketika Prilly melongokkan kepalanya dari pintu kamar mandi menatapnya dengan tajam. "Gue denger ya lo katain gue barusan." Ujar Prilly dengan tatapan tajamnya. "Awas-- aduh gue lupa kebelet pipis."
Brak!
Ali menghela nafasnya ketika pintu kamar mandi ditutup oleh Prilly. Pria itu terlihat mengacak-acak rambutnya dengan wajah tertekan. "Gila baru satu hari bersama gadis itu gue nyaris gila gimana kalau seumur hidup sama dia." Dumel Ali melemparkan bantal kearah ranjang lalu keluar dari kamar itu. Ia akan menggunakan kamar mandi satunya lagi untuk membersihkan dirinya sebelum bersiap-siap ke kantor.
***
Prilly terlihat segar setelah membersihkan dirinya. Meskipun kulitnya belum sepenuhnya kembali namun dadanya sudah tidak sesak seperti semalam.
Prilly keluar dari kamar Ali lalu mencari-cari keberadaan pria itu namun ia tidak menemukannya. Prilly memilih berjalan menuju dapur yang ada dipojok ruangan bersebelahan dengan ruang santai.
Prilly tak bisa menutupi kekagumannya saat melihat bagaimana desain dapur Ali yang terlihat seperti dapur-dapur mewah yang biasanya Prilly dilihat di televisi, lengkap dan dipenuhi dengan berbagai alat masak yang begitu modern.
Prilly yang pada dasarnya hobi memasak jelas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan penuh semangat ia berjalan menuju kulkas, lagi-lagi Prilly kembali dibuat kagum ketika melihat isi kulkas Ali yang dipenuhi dengan berbagai macam bahan makanan baik yang lokal maupun luar negeri. Prilly tidak heran lagi semalam saja pria itu bisa menghabiskan uang lima juta hanya untuk memesan makan malam.
"Orang kaya benar-benar beda ya, enak banget hidupnya." Kata Prilly sambil mencuci bahan-bahan makanan yang ia ambil dari kulkas.
Prilly terlihat kebingungan saat ingin mematikan air dari keran pasalnya semua alat yang ada disana nyaris dihidup dan matikan dengan sentuhan. "Ini kerannya gimana lagi dimatiinnya." Dumel Prilly kebingungan.
Prilly baru akan menekan sesuatu disana namun niatnya terlebih dulu dilakukan oleh seseorang yang tiba-tiba datang lalu mengulurkan tangan melalui bahunya. Prilly sontak menoleh dan matanya kembali dimanjakan dengan wajah tampan Ali.
"Jangan asal lo tekan takutnya airnya bukan mata tapi justru ngarahin ke lo." Peringat Ali dengan suara beratnya.
Prilly baru sadar jika penampilan Ali kembali berubah tidak seperti tadi malam dan entah kenapa Prilly lebih menyukai penampilan Ali tadi malam terlihat santai namun tetap saja tampan.
Ali menaikkan sebelah alisnya saat menyadari Prilly masih terus menatap kearahnya. "Lo baru sadar kalau gue ganteng ya?" Prilly buru-buru mengerjapkan matanya lalu berdecih pelan. "Ngimpi lo." Balas Prilly sebelum berbalik membelakangi Ali.
Jujur ia merasa jantungnya nyaris melorot saat ini. Prilly tidak tahu kenapa, dulu ketika masih bersama mantan kekasihnya Adrian ia memang sering merasa seperti ini tapi saat itu Prilly tentu saja tahu kenapa jantungnya berdebar dan semua itu karena rasa cintanya pada sosok Adrian tapi sekarang?
Prilly benar-benar bingung.
"Lo duduk aja gue siapin sarapan buat kita." Ujar Prilly mengabaikan keberadaan Ali yang masih berdiri dibelakangnya.
Ali yang sudah siap dengan pakaian kantornya minus jas yang belum ia kenakan terlihat bersidekap menatap punggung kecil Prilly. "Berasa keluarga kecil yang bahagia aja kita ya nggak Bol?" Goda Ali yang membuat Prilly menoleh.
"Bol?"
"Cebol." Jelas Ali santai.
Prilly sontak berdesis. "Tua bangka!" Balasnya kemudian sambil mengacungkan pisau yang kebetulan ia pegang.
Ali nyaris terjerembab saat Prilly tiba-tiba berbalik dan mengacungkan pisau kearahnya. "Pisau itu."
"Yang bilang cangkul siapa?" Balas Prilly nyinyir seraya kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Ali mendengus pelan sebelum berbalik menuju meja makan. Ali tidak tahu kenapa biasanya ia tidak pernah bangun kesiangan seperti ini.
"Lo mau minum apa kebetulan gue mau bikin teh lo mau? Atau lo mau kopi?" Suara Prilly kembali terdengar. Ali menoleh menatap Prilly kenapa posisinya jadi terbalik seperti ini bukanlah seharusnya Ali yang bersikap seperti itu selaku pemilik apartemen tapi sekarang kenapa justru Ali yang merasa dirinya sebagai tamu alih-alih Prilly.
"Mau nggak?" Prilly sedikit mengeraskan suaranya. "Biasanya aja kalau ngomong nggak usah teriak-teriak lo kira kita di hutan." Dengus Ali yang dibalas tawa oleh Prilly.
Ali sedikit terkejut saat mendengar tawa si cebol.
"Kebiasaan dirumah kalau lagi bicara sama Ibu Lela." Ujar Prilly masih dengan nada gelinya.
"Ibu Lela?"
"Emak gue."
Ali sedikit terkejut ketika mendengar Prilly memanggil nama Ibunya sesantai itu. Tapi keterkejutannya itu tidak berlangsung lama ketika Prilly datang membawa secangkir susu hangat untuknya.
"Susu? Tadi lo nawarin kopi atau teh kenapa sekarang jadi susu begini?" Tanya Ali keheranan.
Prilly mengedikkan bahunya. "Susu lebih sehat." Jawabnya lalu berbalik menuju kompor. Prilly sedang menumis sayuran juga menggoreng ayam untuk sarapan pagi mereka.
"Dasar aneh." Gumam Ali pelan. Namun begitu Ali tetap meraih cangkir itu lalu menyesap susu hangat yang Prilly hidangkan dengan penuh nikmat.
Jika ada yang melihat mereka saat ini, semua orang pasti akan berpikir jika mereka adalah pasangan suami istri yang hidup harmonis.
*****
Makin banyak vote dan komennya aku bakalan usahain update sampe 3 x tapi kalau nggak updatenya 2-3 hari sekali aja yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs Aliandra
RomanceNext Story jangan lupa baca yaaa.. Ceritanya nggak kalah seru dari cerita sebelumnya.. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..