Bab 1

4.4K 255 10
                                    

Seorang gadis cantik sedang bersiap-siap menuju kedai kecil yang terletak di pasar tradisional yang tidak jauh dari kediamannya.

Gadis itu adalah Agustia Aprillyana. Gadis yatim yang tinggal dan hidup bersama Ibunya, Lena.

"Neng cepetan Nak ini udah mau siang nanti takutnya macet dijalan."

"Iya Buk sebentar!"

Gadis yang kerap disapa Prilly itu segera menggulung rambut panjangnya supaya memudahkan ia bekerja nantinya. Pagi ini harus menyambangi salah satu toko sembako besar yang ada dipusat kota. Dari toko itulah segala keperluan kedai kecilnya berasal. Pemilik toko itu merupakan kenalan almarhum Ayahnya dahulu sehingga sampai sekarang pemilik toko itu masih bersedia memasok barang untuk kedai kecil mereka.

Dari hasil kedai kecil itu Prilly dan Ibunya bertahan hidup bahkan sampai Prilly berhasil menyelesaikan gelar sarjananya. Prilly memang sudah menyandang gelar sarjananya sejak beberapa bulan yang lalu namun sampai saat ini ia masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga ia tetap membantu Ibunya berjualan.

"Ibu sudah siap?" Tanyanya pada sang Ibu.

Lela menganggukkan kepalanya. "Sudah Nak. Kamu kenapa nggak langsung ke tempah Paman Aseng aja, Ibu bisa naik ojek didepan biar kamu nggak bolak-balik Nak." Ujar Lela sambil merapikan sedikit rambut putrinya yang keluar dari cepolannya.

Prilly tentu saja menolak usulan Ibunya itu, dia tidak akan membiarkan siapapun mengantar Ibunya apalagi ojek didepan sana yang dikenal dengan kemesumannya. Ibunya masih sangat cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi dan Prilly bertekad meskipun ia seorang perempuan tapi ia akan menjaga Ibunya dengan baik.

"Nggak apa-apa Buk biar Prilly yang antar nanti baru Prilly ke tempat Paman Aseng." Jawab Prilly yang hanya diangguki oleh Lela. Putrinya ini sangat keras kepala daripada ia harus mengeluarkan tenaga untuk berdebat lebih baik ia mengalah saja.

Tak butuh waktu lama Ibu dan anak itu sudah berada di atas motor matic milik Prilly. Sepanjang perjalanan Prilly dan Ibunya terlihat bercerita tentang apa saja lalu keduanya tampak tertawa bahagia. Beginilah kehidupan yang Prilly jalani meskipun bukan berasal dari keluarga kaya raya namun kehidupannya sangat bahagia.

Prilly benar-benar bersyukur memiliki Ibu sekuat dan setabah Lela yang sejak ditinggal almarhum suaminya wanita itu tidak pernah mengeluh apalagi menyerah pada pahitnya kehidupan. Begitupula dengan Lela, wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan syukur dan terima kasih karena Tuhan menitipkan permata seperti Prilly yang begitu gigih dan tidak pernah mengeluh sedikitpun padahal gadis seusia putrinya sedang asyik-asyiknya bermain menikmati kehidupan sedangkan putrinya harus bergelut dengan kerasnya kehidupan namun sekalipun Prilly tidak pernah mengeluhkan hal itu dan Lela benar-benar bangga pada putrinya.

Tak sampai setengah jam akhirnya mereka tiba didepan kedai kecil milik mereka. Prilly menghentikan motornya berniat membantu sang Ibu membuka kedai mereka namun buru-buru Lela menghentikannya. "Kamu langsung ke toko Paman Aseng aja Nak, Ibu bisa sendiri kok." Tahan Lela pada putrinya.

Prilly tampak keberatan namun mengingat jauhnya perjalanan antara pasar ini dengan toko Paman Asep membuatnya menurut. Keadaan sekitar pasar mulai ramai dan Prilly sedikit lega.

Prilly dan Ibunya bertahan di pasar ini selain memiliki kedai disini juga lingkungan di pasar ini yang benar-benar aman para penjual disini juga ramah-ramah dan sering membantu mereka.

"Prilly pergi dulu Buk ya. Kalau Ibu nggak kuat angkat-angkat barang Ibu panggil Nino saja." Lela menganggukkan kepalanya. "Iya nanti Ibu minta bantu sama Nino. Kamu tenang saja."

Prilly kembali menghidupkan mesin motornya. "Prilly pergi dulu Buk ya."

"Iya hati-hati Nak ya." Jawab Lela yang diangguki oleh Prilly.

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang