Bab 16

1.1K 190 16
                                    


"Kamu tahu nggak Joana kalau si Prilly katanya kawin lari sama---"

"Ya ampun Buk! Ibuk dapat gosip dari mana sih? Mana ada Prilly kawin lari dia lagi kerja Buk!" Bantah Joana ketika Ibunya mulai membahas tentang sahabatnya.

Ibu Joana sontak mendengus menatap putrinya dengan ekspresi kesal. "Ibu dengar dari Ibuk-ibuk komplek." Katanya lagi.

"Lah Ibu sendiri ngapain dengerin omongan mereka yang jelas-jelas kagak ada benarnya." Seru Joana lagi.

Mereka sedang menyantap makanan hasil masakan Prilly yang dibawa pulang oleh Joana. Joana baru saja kembali setelah seharian menemani Ibunya ke tempat saudara mereka.

Joana memiliki keluarga lengkap berbeda dengan Prilly yang tinggal bersama Ibunya saja.

"Ibu kadang kasihan juga sama si Lela." Kata Ibu Joana lagi. "Sejak putrinya nggak kembali ke rumahnya, dia jadi bahan omongan orang-orang sekomplek kita tau." Cerita Ibu Joana lagi.

Joana terdiam sejenak, ia mengerti dan paham sekali bagaimana perasaan Prilly jika tahu Ibunya menjadi bahan gosip para tetangga.

"Sebenarnya Prilly kemana sih Na? Kamu pasti tahu dia dimana kan?" Joana menatap sekilas Ibunya lalu kembali menyantap makanan didepannya.

"Prilly kerja Buk. Kan udah aku kasih tahu dari kemarin-kemarin kalau kami sama-sama ikut tes di perusahaan besar tapi yang lolos cuma Prilly." Ujarnya sebelum melahap nasi serta lauk di dalam piringnya.

"Bukan karena hamil diluar nikah makanya dia menghilang kan?"

Uhuk!

Joana seketika terdesak bahkan sampai terbatuk-batuk setelah mendengar pertanyaan Ibunya. "Ibu apa-apaan sih?!" Marah Joana dengan mata memerah, dada dan tenggorokannya sakit sekali akibat tersedak.

Ibu Joana menatap malas putrinya. "Ya kan Ibu cuma nanya doang siapa tahu---"

"Ibu bisa nggak sih diam aja." Joana mulai serius menatap Ibunya. "Ibu bisa bayangkan bagaimana perasaan Tante Lela kalau sampe beliau dengar apa yang Ibu katakan tadi?" Ibunda Joana terdiam.

Joana menghela nafasnya, ia tidak bermaksud membentak Ibunya hanya saja ia merasa kesal saat Ibunya menuduh Prilly yang bukan-bukan. Lagipula jika Ibunya bertanya seperti itu didalam forum gosipnya bisa-bisa Prilly semakin disudutkan bahkan mungkin sampai dituduh wanita nggak bener. Amit-amit.

"Aku ke kamar dulu." Joana beranjak dari kursinya.

"Makanan kamu belum habis loh Na."

"Udah keburu kenyang akunya." Jawab Joana cuek.

"Kamu marah cuma gara-gara Ibu tanya begitu? Joana kamu itu anak Ibu bukannya anak si Lela." Ibu Joana kembali bersuara kencang.

Joana berbalik menatap Ibunya dengan pandangan berkaca-kaca. "Nggak nyangka aku ternyata Ibu tidak memiliki sifat empati sama Tante Lela dan Prilly, padahal kita sama-sama perempuan Buk. Bayangkan saja jika posisi Tante Lela sekarang ada di Ibu terus orang-orang kampung ini pada ngehujat anak Ibu yang mati-matian berjuang demi kebahagian Ibu, kira-kira gimana perasaan Ibu hm?" Joana kembali membuat Ibunya bungkam.

"Aku bukannya terlalu belain Prilly Buk. Bagi orang lain Prilly memang cuma sekedar teman kecil ku tapi bagiku Prilly tidak sekedar teman Buk, dia sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri." Mata Joana tampak berkaca-kaca ketika mengingat bagaimana kenangan kecilnya dulu bersama Prilly.

"Disaat orang lain pada ngehina dan ngejauhin aku cuma Prilly yang selalu ada Buk. Aku yakin Ibu tidak lupa bagaimana sulitnya ekonomi kita dulu bahkan aku yakin Ibu masih ingat gimana baiknya Tante Lela saat nyaris setiap hari mengantarkan nasi dan lauk untuk kita makan kala itu." Joana mengusap air matanya dengan kasar.

Ia tidak tahu sejak kapan air matanya menetes. Jika mengingat bagaimana baiknya Prilly dan Ibunya dulu pada keluarganya selalu membuat sisi melow Joana keluar seperti sekarang ini.

Jadi, jangan heran kenapa Joana begitu gigih menolong sahabatnya itu karena kebaikan Prilly dan Ibunya dulu sampai kapanpun tidak akan mampu Joana balaskan.

*****

Prilly sontak menjadi pusat perhatian tatkala menapaki jalan setapak yang berada tak jauh dari apartemen Ali. Ia sudah benar-benar keluar dari apartemen Ali dan kini berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari apartemen itu.

Namun ia harus berjalan melalui jalan setapak yang kondisinya cukup temaram di malam hari supaya tidak ada yang mengenali dirinya meksipun jaraknya lebih jauh tapi tidak apa-apa yang penting bagi Prilly ia bisa menuju halte dengan selamat.

Namun sayangnya perkiraan Prilly justru meleset saat beberapa orang yang melewati dirinya tampak menatap penasaran kearahnya selain pakaian yang ia kenakan begitu aneh Prilly lupa memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya.

Prilly tak henti-hentinya merutuki kebodohannya itu, bagaimana mungkin ia melupakan bagian penting itu. Namun sebisa mungkin Prilly bersikap tenang, untuk menutupi wajahnya Prilly memilih berjalan untuk menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia hanya fokus pada kakinya yang terus melangkah.

Brak!

Prilly memejamkan matanya saat tanpa sengaja ia menabrak seseorang. "Maaf." Katanya cepat lalu berniat kembali melanjutkan perjalanannya namun sayangnya orang ia tabrak tadi tidak membiarkannya pergi begitu saja.

"Mau kemana anak manis?"

Prilly memejamkan matanya saat merasakan tangan seseorang menarik bagian belakang jaket yang ia kenakan.

"Tolong lepaskan saya Tuan." Ujarnya tanpa menoleh. "Saya tidak sengaja menabrak Anda." Lanjutnya lagi dengan penuh kesopanan.

Prilly berharap masalah ini sampai disini saja karena ia harus segera pergi dari sini sebelum keberadaannya semakin menarik perhatian orang-orang yang lewat. Meskipun jalanan setapak itu tampak sepi tapi tetap saja Prilly harus waspada, jika ada wartawan yang melihatnya bisa-bisa besok wajahnya kembali memenuhi media sosial.

Prilly sudah cukup pusing dengan kabar yang beredar tentang hubungannya dengan Ali, yang semakin kesini semakin parah saja. Kabar tentang hubungan mereka mulai kemana-mana bahkan sampai ada yang berani mengatakan jika mereka akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.

Pernikahan apanya? Mereka saja baru dua kali bertemu dan sialnya kedua pertemuan mereka ternyata sama-sama membawa musibah untuk Prilly.

"Jangan panggil Tuan dong cantik." Prilly kembali memejamkan matanya sepertinya pria yang memegang jaketnya sedang dalam keadaan mabuk.

Prilly tidak bisa menunggu lama jadi dengan cepat ia menghentakkan tangan pria itu lalu berlari meninggalkan pria mabuk itu yang berteriak memanggil dirinya.

Prilly terus memacu langkahnya sesekali ia menoleh kebelakang dan sialannya pria gila itu ternyata mengejar dirinya.

"Oh sialan kenapa gue selalu berada di situasi sulit seperti ini sih?!" Prilly masih sempat mengumpat disela kakinya yang terus bergerak cepat berlari dan berusaha mencari tempat persembunyian yang cocok untuknya karena jujur saja Prilly mulai merasa kelelahan.

Nafas Prilly mulai terengah-engah, disaat seperti ini ia kembali menyesali kebiasaan buruknya selama ini, Prilly sangat malas berolahraga karena menurut Prilly tubuhnya sudah ideal sehingga tidak perlu dipaksa untuk berolahraga namun nyatanya olahraga bukan hanya untuk menjaga bentuk tubuhnya tapi sangat dibutuhkan disaat genting seperti ini.

Prilly melihat sebuah mobil sedan berhenti tak jauh darinya, ia yakin pintu mobil itu belum sempat dikunci oleh pemiliknya yang baru saja masuk jadi tanpa berpikir panjang Prilly semakin memacu langkahnya lalu membuka pintu sedan itu dan masuk ke dalam sana.

*****

Kalau mau aku update lebih dari 1x sehari jangan malas komen dan like yaa.. Aku juga mau kasih tahu bagi siapa yang yang rajin like dan komen bakalan aku kasih free pdf ini nantinya, semakin menarik dan rajin kalian komen maka kesempatan kalian untuk dpt pdf ini Gratis semakin besar yaaa sayang2ku..

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang