Bab 20

1.2K 191 14
                                    


"Nih minum! Lap ingus lo jorok banget jadi cewek heran gue!"

Prilly menatap Ali tajam namun tangannya dengan cepat meraih tisu juga minuman dingin yang pria itu sodorkan padanya.

Setelah aksi tangis menangis juga peluk memeluk yang mereka lakukan tadi kini keduanya sedang berada di dalam mobil Ali.

Pria itu menggendong catat menggendong dirinya menuju mobil miliknya yang kebetulan ia parkir lumayan jauh dari tempat kejadian.

Ali menatap Prilly sekilas lalu kembali menatap jalanan yang mulai padat. Ia lupa jika malam ini adalah malam libur karena besok tanggal merah jadi wajar saja jika jalanan mulai padat di jam-jam seperti ini.

Tapi bagi Ali mau libur atau tidak kehidupannya sama saja jika ada proyek yang mendesak ia tetap harus terpaksa ke kantor untuk bekerja. Sudah kembali ke gadis yang sedang membersihkan wajahnya di kursi penumpang.

Ali tidak tahu kenapa tiba-tiba ia melajukan mobilnya ke jalan ini padahal niatnya tadi ia ingin mencari makan malam tapi tau-tau ia sudah berada di jalan itu dan melihat kerumunan orang.

Biasanya Ali akan abai saja karena itu bukan urusannya tapi malam ini lagi-lagi Ali tidak tahu kenapa ia merasa sangat penasaran dengan kerumunan itu hingga akhirnya ia menepikan mobilnya lalu berjalan menuju kerumunan itu.

Dan betapa kagetnya Ali saat melihat si cebol sedang menangis terisak-isak ditengah-tengah manusia yang berusaha memotret dirinya. Mengingat tangisan Prilly tadi entah kenapa rasa panas kembali menjalar di tubuhnya. Ali begitu sakit hati melihat orang-orang yang berusaha mengambil keuntungan dengan memotret Prilly tanpa memperdulikan kondisi gadis itu yang sudah tidak berdaya.

Ali akan meminta Ryan untuk memberi pelajaran pada mereka-mereka yang sudah menganggu si cebol.

Prilly sudah merasa lebih baik sekarang meskipun hatinya tetap sedih mengingat ponsel miliknya yang sudah raib.

Prilly meneguk air mineral miliknya sekali lagi sebelum menutup botolnya dan menyerahkannya pada Ali yang herannya diterima oleh Ali dengan tenang tanpa omelan.

Prilly membersihkan wajahnya dengan tisu yang ada di mobil setelah dirasa wajahnya sudah lumayan bersih ia baru menoleh menatap kearah Ali. "Terima kasih." Ucapnya penuh ketulusan.

Prilly benar-benar bersyukur Ali datang diwaktu yang tepat jika tidak ada pria itu mungkin sampai sekarang ia masih menjadi bulan-bulanan orang-orang yang penasaran dengan dirinya.

Ali tidak memberi respon apapun hanya tatapan pria terlihat begitu datar ketika menatap lurus kearahnya. "Jelasin kenapa lo bisa ada disana!" Suara Ali terdengar berat dan jujur saja Prilly sedikit cemas dengan respon Ali jika pria itu tahu dirinya ingin minggat dari apartemen.

Prilly menghela nafasnya sebelum menundukkan kepalanya ia tidak berani membalas tatapan tajam Ali. "Gue kangen sama Ibu." Jawabnya lirih, Prilly tidak sepenuhnya berbohong justru karena rasa rindunya pada sang Ibu yang membuat Prilly nekat keluar dari apartemen Ali.

Ali terdiam, ia tidak tahu kenapa tiba-tiba ia merasa bersalah juga kasihan pada gadis didepannya ini. Jika dipikir-pikir Prilly justru menjadi pihak paling dirugikan karena skandal yang melibat mereka.

Jika bagi Ali skandal itu hanya berdampak pada tertundanya pergantian kepemimpinan di perusahan Ayahnya tapi bagi gadis ini, Prilly bahkan kesulitan hanya untuk bertemu dengan Ibunya sendiri.

Ah, kenapa tiba-tiba gue jadi merasa bersalah begini? Bathin Ali galau.

Prilly mengusap sudut matanya yang terasa berair, ia tidak bermaksud untuk menangis tapi air matanya yang begitu lancang keluar. Prilly belum menaikkan pandangannya, ia masih betah menunduk menolak menatap Ali yang sejak tadi belum mengalihkan pandangannya dari gadis ini.

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang