Bab 29

1.2K 197 12
                                    


Semakin hari hubungan Prilly dan Ali semakin dekat, intensitas pertengkaran di antara keduanya juga mulai berkurang. Ali juga semakin sering mengunjungi Prilly yang sampai saat ini masih menempati apartemen miliknya.

"Mami nanyain nanti malam lo ada waktu nggak?" Ali sedang menyantap cemilan rumahan yang Prilly siapkan untuknya.

Sudah seperti sebuah kewajiban bagi Prilly untuk menyediakan segala macam cemilan rumahan untuk pria ini. Hari ini, Prilly membuat cemilan bola-bola coklat yang bahan dasarnya pisang sebagai cemilan untuk Ali.

"Kenapa emangnya?" Tanya Prilly setelah membuat secangkir kopi susu untuk Ali. Prilly meletakkan cangkir itu dihadapan Ali.

Mereka sedang berada di balkon apartemen menikmati suasana sore yang terlihat begitu indah.

Ali tak langsung menjawab pria itu sibuk dengan makanan yang ada didepannya. "Ngapain Tante Miska nanyain waktu gue kosong apa nggak?" Ulang Prilly lagi.

Ali terlihat mengedikkan bahunya dengan acuh. "Kangen sama lo kali." Jawabnya enteng.

Prilly tampak menganggukkan kepalanya. "Nanti malam rencananya gue mau pulang."

Ali menghentikan kunyahannya lalu mendongak menatap Prilly. "Pulang kerumah lo?" Tanyanya memastikan dan ketika Prilly menganggukkan kepalanya membenarkan seketika ia merasa lumeran coklat di dalam mulutnya terasa begitu hambar tidak semanis tadi.

Melihat keterdiaman Ali membuat kedua alis Prilly menyatu menatap bingung perubahan ekspresi wajah pria ini. "Gue cuma mau pulang sebentar jenguk Ibu." Kata Prilly yang kembali menarik perhatian Ali. "Terus lo balik kesini lagi?" Dan ketika melihat kepala Prilly mengangguk seketika ia merasa coklat didalam mulutnya kembali manis.

"Cemilan bikinan lo enak. Besok bikin lagi ya." Ujarnya dengan ekspresi yang lebih cerah tidak muram seperti tadi.

Prilly menggelengkan kepala, luar biasa sekali pria ini. Bagaimana bisa Ali bisa berubah moodnya dalam hitungan menit seperti ini.

"Pisangnya habis."

"Nanti malam kita beli lagi."

"Tapi gue mau ke tempat Ibu." Prilly berkata pelan. "Ya nggak apa-apa pulang dari rumah lo kita belanja." Sahut Ali kembali melanjutkan acara makannya.

Prilly menoleh menatap Ali, darahnya berdesir saat melihat wajah tampan Ali yang semakin terlihat mempesona karena rambutnya yang mulai memanjang tampak berantakan ditiup angin yang sore ini berhembus lumayan kencang.

Merasa diperhatikan akhirnya Ali mendongak hingga mata keduanya bertemu. Keduanya tampak terdiam dengan pandangan saling menyatu. Ali tidak tahu kenapa jantungnya tiba-tiba berdebar kencang begitupula dengan Prilly, sudah lama sekali sejak ia berpisah dengan Daniel ia tidak pernah lagi merasakan debaran yang menggila seperti ini.

Drt..drt..

Keduanya tersentak kaget saat suara deringan ponsel Ali terdengar begitu nyaring ditengah keheningan mereka. Prilly segera mengalihkan pandangannya menatap langit sore yang mulai gelap sedangkan Ali mengumpat lirih saat melihat nama Ryan tertera di sana.

"Halo!" Ali tidak tahu kenapa ia begitu kesal pada Ryan yang menghubungi dirinya disaat tidak tepat.

"Lo kenapa?"

"Cepat ngomong lo mau apa nelpon-nelpon gue hah? Ganggu aja lo!" Ali melirik kearah Prilly yang beranjak dari tempatnya. "Mau kemana?" Tanyanya pada Prilly namun justru Ryan yang menjawab ia tidak kemana-mana diseberang sana.

"Gue nggak ngomong sama lo monyet!" Marah Ali lagi yang membuat Ryan mengusap dada diseberang sana.

Prilly tertawa pelan, ia tidak tahu apa yang menyebabkan pria ini marah-marah pada si penelpon yang ia yakini adalah Ryan.

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang