Bab 35

1.8K 180 13
                                    


"Luka bakarnya nggak terlalu parah tapi untuk beberapa hari tolong jangan kena air dulu ya."

Ali dan Prilly serempak mengangguk padahal yang terluka hanya Prilly. Gadis itu sudah ditangani oleh Dokter yang bertugas di klinik.
Prilly juga sudah tidak merasakan sakit lagi setidaknya tidak separah tadi meskipun rasa perih itu masih ada.

Ali membantu Prilly turun dari ranjang pasien. Pria itu bahkan sampai membungkukkan tubuhnya untuk membantu Prilly memakai sandalnya. Prilly tertegun sejenak sebelum senyuman kecil terlihat menghiasi wajahnya.

"Kamu bisa jalan?"

Prilly sontak memutar bola matanya malas. "Yang sakit tangan aku bukan kaki."

"Ya siapa tahu kamu nggak kuat jalan kan bisa aku gendong lagi."

Keduanya tak sadar jika gaya mereka berbicara mulai berubah. Bahkan interaksi mereka semakin intens layaknya pasangan kekasih.

Ali memeluk pinggang Prilly ketika gadis itu mulai melangkah menuju meja Dokter yang terlihat sedang menulis beberapa macam obat untuk mempercepat kesembuhan Prilly.

Ali menarik kursi untuk Prilly dan juga untuk dirinya. "Ini obatnya sudah saya tulis dan bisa ditebus didepan atau apotik lain." Dokter menyerahkan selembar kertas pada Ali.

Prilly melirik sekilas kertas yang diterima Ali lalu kembali memfokuskan tatapannya pada Dokter yang menyodorkan dua macam salep untuk ia pakai pada luka ditangannya.

"Ini pakai siang dan malam tapi usahakan tangannya jangan terkena air dulu." Prilly mengangguk mengerti.

"Terima kasih Dokter." Ujar Prilly.

Dokter tersenyum manis pada Prilly lalu beralih pada Ali. "Istrinya sudah baik-baik saja Pak. Bapak tidak perlu khawatir lagi." Dokter muda itu masih mengingat bagaimana paniknya Ali ketika membawa Prilly ke dalam ruangannya.

Bahkan dengan begitu sabar Ali menunggui Prilly yang diobati. Kulit tangan Prilly jelas melepuh namun tidak membahayakan tapi Ali tetap saja sangat khawatir melihat wajah kesakitan Prilly.

Ali dan Prilly saling berpandangan lalu tersenyum canggung pada Dokter, keduanya terlihat sama-sama tidak membantah perkataan Dokter yang mengira mereka adalah pasangan suami istri.

Setelah berbasa-basi sebentar, Ali dan Prilly keluar dari ruangan Dokter itu menghampiri Ryan yang sedang memainkan ponselnya di ruang tunggu.

"Lo tebus obat ini dulu!" Ryan menerima kertas berisi resep Dokter yang Ali sodorkan, tanpa mengatakan apa-apa pria itu beranjak menuju apotik sebelum beranjak Ryan menyerahkan kunci mobil pada Ali.

"Kita tunggu di mobil saja." Prilly mengangguk setuju. Keduanya melangkah menuju mobil, ketika akan memasuki mobil tanpa sengaja tangan Prilly yang terluka bergesekan dengan jok mobil hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"Ck! Kamu bisa hati-hati nggak sih?" Dumel Ali sebelum meraih tangan Prilly yang terluka ke hadapannya lalu meniupnya pelan berharap rasa sakit gadis itu segera menghilang karena tindakannya.

Prilly kembali dibuat terpaku dengan sikap manis Ali. Pria ini kenapa begitu baik padanya?

"Mas.."

Ali sedikit terkejut ketika Prilly memanggilnya dengan panggilan Mas. Suara lembut gadis itu mampu menggetarkan relung hati Ali.

"Kenapa?" Tanyanya mendongak menatap Ali.

Prilly sudah duduk nyaman di jok belakang mobil sedangkan Ali masih berdiri di depan pintu mobil sambil memegang tangan Prilly.

"Kamu serius dengan perkataanmu tempo hari?" Tanya Prilly yang membuat wajah Ali sedikit memucat. "Perihal menikah?" Tanyanya memastikan.

Prilly menganggukkan kepalanya dan wajah Ali semakin pucat saja. "Kalau aku serius kamu akan menerimanya?" Tanya Ali sambil menjilat bibirnya yang mendadak kering.

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang