Bab 25

1.1K 194 24
                                    


"Kamu bisa masak?"

"Bisa Nyonya."

"Mami kamu bisa panggil saya Mami." Sela Miska dengan wajah santainya sedangkan Prilly sudah panas dingin ditempat.

"Kalau kamu bisa masak kenapa kamu nggak masakin makan malam buat saya?" Tanya Miska menatap Prilly dengan penuh harap.

Prilly kembali terkejut sedikit gelagapan sebelum menormalkan kembali wajahnya. "Tapi saya bisanya masak makanan kampung Nyo--eh Tante." Prilly tidak mungkin memanggil Ibunda Ali dengan panggilan Mami meskipun beliau tidak mempermasalahkannya tetap saja Prilly merasa tidak enak.

Mata Miska kembali berbinar seolah-olah apa yang Prilly katakan adalah sebuah keajaiban. "Wah! Kebetulan sekali saya sudah lama sekali ingin makan makanan kampung. Kamu tahu saya juga berasal dari kampung sebelum menikah dengan Papinya Ali." Cerita Miska sambil mengenang masa lalunya.

Prilly sedikit terkejut dengan asal usul Ibunda Ali. "Kamu tidak percaya?" Tanya Miska ketika melihat wajah terkejut Prilly.

"Bukan begitu Tante." Prilly menjawab tidak enak. "Saya hanya tidak menyangka saja."

Miska mengangguk paham. "Iya sih rata-rata orang nggak percaya juga padahal saya tidak mengada-ngada saya memang berasal dari kampung meskipun saya tumbuh dan besarnya di ibukota." Jelas Miska lagi.

Prilly menganggukkan kepalanya pelan. "Iya Tante. Saya juga seperti itu, Ibu saya dari kampung lalu kami pindah ke ibukota sampai Ayah saya meninggal--"

"Ayah kamu sudah meninggal?" Potong Miska terkejut. Prilly mengangguk pelan. "Sorry sweety." Desah Miska penuh rasa bersalah tangannya meraih tangan Prilly lalu menggenggamnya lembut.

Prilly tersenyum membalas genggaman tangan Miska. "Nggak apa-apa Tante." Jawab Prilly tenang.

Miska menatap lama wajah ayu gadis didepannya. "Lama-lama saya perhatikan kamu rada-rada mirip sama putra saya ya?" Celetuk Miska yang membuat Prilly terkejut.

"Ma--sak sih Tante?"

Miska menganggukkan kepalanya. "Benar. Kalian mirip, jangan-jangan kalian emang jodoh nih." Seru Miska penuh semangat.

Prilly tertawa kering ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia pasrah saja ketika Miska mencubit pipinya karena gemas.

Miska baru akan kembali saat ponselnya tiba-tiba berdering. Perempuan itu merogoh tas coklat tua miliknya yang sering Prilly lihat dipakai oleh para artis dengan lambang huruf H yang begitu elegan. Wajar saja terlihat sangat elegan dan wah harganya saja bisa mencapai puluhan milyar.

Dulu Prilly hanya melihat tas dengan harga milyaran ini di televisi atau media sosial ketika dibawa oleh para artis tapi sekarang tas dengan harga fantastis itu tergeletak tak berdaya di dekat kakinya.

Miska mencampakkan tas itu begitu saja setelah mengambil ponselnya. Prilly menatap miris tas itu sebelum suara panik Miska menarik perhatiannya.

"Kamu baik-baik saja kan Nak? Ini kenapa kamu pakai nomor lain? Nomor siapa ini? Hape kamu kemana?" Tanya Miska beruntun. Prilly sudah menebak jika yang menghubungi Miska adalah putranya. Ali.

Miska melirik kearah Prilly sekilas lalu kembali berbicara dengan putranya sampai akhirnya sambungan telepon terputus.

"Ali sedang di rumah sakit." Jelas Miska pada Prilly. Wajah Prilly tampak terkejut, Miska bisa melihat sorot cemas di mata indah gadis didepannya ini.

"Tu-- ekhem." Prilly segera berdehem saat mulutnya nyaris menyebut Ali sebagai tua bangka. "Mas Ali kenapa Tante?" Prilly menyematkan sebutan Mas saat menyebut nama Ali sebagai bentuk hormatnya pada Miska saja.

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang