22#TheSecondLife

1.9K 326 59
                                    

"Halo tunangan, kalau kau tidak setuju aku tidak akan memperjuangkan project itu meskipun ini sangat penting bagiku!"

Prilly menarik nafasnya dalam-dalam. Ia mencoba untuk memfokuskan pikirannya. Ia ingin menjawab tanya yang dilontarkan Ali dengan bijaksana. Pilihannya begitu sulit. Ia mengerti Ali membutuhkan project itu. Prilly ingin sekali percaya ia tidak akan menerima situasi yang pahit setelah Ali melanjutkan bekerjasama dengan Perusahaan yang disebutkannya kalau yang mewakili perusahaan tersebut adalah seorang Amora Haneenia.

Yang sudah terlewatkan, project tersebut memang tidak jatuh ketangannya ataupun perusahaan Ali karena wanita itu justru membantu perusahaan lainnya bahkan saat masih bekerja padanya.

"Sayang?"

Jantung Prilly berdegup bukan hanya karna nada pertanyaan yang menantikan respon darinya, namun juga cara Ali mengurai pikiran yang berkelana. Sayang? Ada yang berdenyut diulu hatinya. Dan ngilupun melanda.

"Ii.. iyaa?" Tergagap ia menjawab Ali yang masih menunggu.

"Aku masih belum memutuskan, sekarang aku menunggu bagaimana menurut kamu?"

"Sungguh kamu ingin pendapat dariku?"

"Tentu iyaa, pendapat kamu penting, meskipun semua keputusan ada padaku," sahut Ali dengan nada suara yang sangat yakin.

Prilly tidak melihat rautnya. Tapi entah kenapa ia justru 'positif feeling', Ali bersungguh-sungguh ingin pendapat darinya. Walaupun ingatannya pada seorang 'Ale Lionard' yang pernah ia rasakan berbeda.

"Kamu masih disana bersamanya? Dia masih menunggu keputusanmu?" Tanya Prilly yang belum juga memberikan pendapatnya.

"Dia sudah pergi, aku pending keputusanku, aku berjanji akan mengabarinya lagi mengenai tawarannya itu," jawab Ali lagi.

"Jika aku keberatan, apakah kamu mempertimbangkan keberatanku?"

"Tentu saja, dan kalau boleh, tolong jelaskan alasan keberatannya sebagai bahan pertimbangan kalau aku memang lebih baik tidak berjuang mengambil project ini!"

"Satu, kamu tahu sendirikan ia mantan pegawaiku, dua, kamu sudah tahu perangainya seperti apa meskipun tidak dijelaskan, tiga, sepengetahuanku, pihak ketiga seperti perusahaan mereka belum tentu tidak menawarkannya kepada perusahaan lain, jika perusahaan lain menjanjikan lebih banyak fee untuknya, kemungkinan diujung waktu yang mendapatkan project itu bukan kamu, dan menunggu keputusan lelang hanya menyia-nyiakan waktumu saja," urai Prilly panjang.

Tak terdengar tanggapan, hanya terdengar helaan napas. Prilly menunggu reaksi Ali mendengar uraian bernada seolah paling tahu padahal belum terjadi.  Namun setidaknya tanpa ia jelaskanpun harusnya Ali sudah tahu, bagaimana seorang Amora saat masih menjadi bagian dari Lyandraz Corp, ia harusnya percaya bahwa analisanya benar.

Sementara Ali disebrang sana nampak berpikir keras. Ia memang sudah merasa tak nyaman saat ternyata utusan dari perusahaan perantara project adalah Amora Haneenia. Orang yang pernah meminta bantuan untuk membelanya dihadapan Prilly dan berjanji memberikan bantuan apapun padanya jika ia bersedia membantunya. Ia memang butuh project itu, namun ia tidak ingin salah dalam memutuskan. Beruntung ia mengetahui latar belakang wanita itu hingga ia tidak gegabah dalam memutuskan. Memang hampir saja ia berpikir ini adalah jalan dari Tuhan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaannya. Beberapa waktu ada kegagalan hingga laba perusahaan menurun hingga menyebabkan pembagian laba kepada perusahaan Lyandraz berkurang. Projectnya terjegal karna beberapa hal. Proposalnya ditolak disana-sini. Ia hampir saja depresi kehabisan pikir namun ayahnya selalu mendukungnya untuk terus bangkit.

"Sayang?"

Eh. Prilly menutup mulut dengan sebelah tangannya. Panggilan sayang yang menjiplak Ali saat  mengurai pikirannya yang sedang menganalisa berbalas. Sayang? Kenapa ia sampai mengikuti arusnya?

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang