11#TheSecondLife

1.9K 318 30
                                    

Kelopak Prilly merapat saat empuk di spring bed yang dapat menampung 3 seperti dirinya itu beradu dengan punggungnya. Ia membuka kelopaknya, lensanya menabrak langit-langit kamar.
Hari ini melelahkan tapi sekaligus memuaskan.

"Jadi ia tidak tinggal bersama ibunya? Dia hanya tinggal seorang diri sementara ibunya, dia katakan sudah tiada?"

Prilly bertanya untuk meyakinkan apa yang sudah ia simpulkan, saat Pak Robert, manager HRD membuka data kepegawaian Amora Haneenia. Ia sebenarnya sudah tahu, namun argumen Prilly takkan lengkap tanpa data-data. Ia sudah tahu Amora berbohong tentang alasan menjaga ibunya.

Sementara tuan Lyandraz, ayahnya, mengangguk-angguk mencoba memahami perkara apa yang sedang merundung perusahaannya. Selama ini tuan Lyandraz tidak selalu ada ditempat karna ia sering melakukan perjalanan untuk urusan bernegosiasi dengan kolega ataupun pertemuan dengan rekan sesama pengusaha. Sementara perusahaannya secara sistematis sudah berjalan meski beliau tidak ada ditempat. Terlebih ia percaya kepada manager-manager yang selama ini membantunya menjalankan perusahaan.

"Kembali ke staf biasa dibagian lain atau mengundurkan diri?!"

Masih terngiang dalam benaknya saat ia mengucapkan hal tersebut dan bagaimana ekspresi Amora Haneenia mendengarnya.

Pak Robert juga mengingatkan aturan kepegawaian yang tentu menjadi pertimbangan untuk memutuskan hubungan kerja.

Menurut Prilly mengenai adab dan etika seseorang yang penting didalam perusahaan adalah nomor satu yang harus dijaga. Apabila ia mempertahankan dengan posisi lama maka ia harus siap menerima resiko kedepannya dan hal itu yang membuatnya tak ingin berspekulasi. Ia tak mau mengambil resiko akan dikhianati seperti yang telah lalu. Amora baik dan sopan karna formalitas saja ternyata. Waktu yang telah ia lewati dan saat ini kembali ia jalani sudah cukup memberinya banyak pelajaran. Ia telah memelihara duri dalam daging bertahun-tahun. Amora bukan hanya menikung project perusahaan yang dengan mudah berpindah tangan keperusahaan saingannya, namun Amora juga telah menikung orang yang ia cintai dengan membalikkan fakta kalau dialah yang menyebabkan Amora tidak dinikahi Ali sebab Ali menikahinya. Seolah-olah Prilly-lah sebagai pelakor karna ambisinya. Dan hebatnya semua benar adanya saat itu.

"Kalau dia masih disini dan memegang jabatan sebagai manager operasional, dia akan mengkhianati kita pap, dia akan membuat project yang harusnya rencana kita menjadi hak milik perusahaan lain!"

Memang cukup aneh terdengar karna Prilly terkesan hanya meramal.

"Berdasarkan apa kamu menyimpulkan begitu, anakku? Apakah ini hanya asumsi atau hanya kekhawatiranmu saja?"

Sungguh Prilly merasa tak mungkin menjelaskan kalau ia sudah pernah melaluinya. Seharusnya ia bisa memberikan argumen secara logika atau yang terdengar masuk akal ditelinga seperti yang ia lakukan saat mencari data kepegawaian Amora pada HRD. Ia tak langsung mengatakan sedemikian rupa kalau Amora sebenarnya tidak tinggal bersama ibunya.

"Ibunya yang tidak ada saja dapat ia jadikan sebagai alasan pap, apakah papa masih bisa mempercayai kejujurannya?"

Bagaimanapun tuan Lyandraz selalu menuruti apa yang putrinya mau sejak dulu. Tidak masuk akal saja bisa beliau mengerti apalagi masuk akal.

"Bagaimana miss Amora? Tetap disini sebagai staf biasa atau mengundurkan diri?"

Amora terdiam. Isi pikirannya tergambar dari wajahnya yang memerah. Tidak ada pilihan yang bagus untuknya. Tetap berada disana menjadi staf biasa akan membuat harga dirinya tercoreng.  Sementara mengundurkan diri tidak akan mendapatkan apa-apa.

'Sialan, sialan, sialan!' Rutuknya dalam hati. Mau menyesal tidak berguna karna sudah terjadi.

"Kalau saya masih disini, apakah saya masih punya kesempatan kembali keposisi semula?"

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang