27#TheSecondLife

1.9K 351 32
                                    

"Papaaa!"

Semalaman tidak bisa tidur menunggu penerbangan pagi, Prilly hanya bisa menangis mengingat ayahnya. Untung ada Jasmine yang segera mengurus tiket kepulangan mereka ke Indonesia. Tidak dapat tiket dihari itu juga karna penerbangan terakhir sudah penuh, akhirnya penerbangan diawal hari berikutnya.

"Aku banyak salah sama papa!"

Jasmine menoleh kepadanya. Sungguh apa yang ia dengar berulang-ulang tidak membuatnya jenuh namun semakin menjadi pendengar yang baik saja.

"Papa sudah kasih banyak kesempatan, kasih banyak kemudahan, hanya mengharap aku bisa berdiri sepertinya didunia bisnis tapi akunya gak bisa kaya papa yang disegani pegawainya!"

Prilly menyusut ujung hidungnya yang makin memerah. Jasmine tentu ikut sedih melihatnya. Bertahun-tahun ia mendampingi Prilly, tahun 2023 bukanlah tahun terbaiknya. Hampir sepanjang tahun 2023, bosnya itu mengisi hari dalam keadaan seakan tertekan. Namun meski terlihat banyak melamun, Jasmine juga melihat usahanya untuk terus belajar menyelesaikan S2-nya. Namun meski bukan tahun terbaik, Prilly bagi Jasmine bukanlah seperti Prilatusina seperti sebelumnya. Ia justru lebih baik. Lebih hati-hati. Tidak bar-bar. Tidak juga bertindak semaunya sendiri. Setiap apapun yang ia ingin lakukan ia selalu berpikir bukan bertindak emosi menyesuaikan dengan kemauannya. Iapun akhir-akhir ini seperti peramal saja. Menduga-duga sesuatu dan benar saja kejadian.

Sementara Prilly akhirnya terdiam dalam perjalanan menuju ketanah kelahirannya yang terasa lama meski hanya tidak sampai dua jam. Ia tidak bisa menikmati saat berada di Changi Airport yang merupakan titik fokus status Singapura sebagai pusat penerbangan kelas dunia yang telah dikenal sebagai destinasi wisata tak terlupakan menawarkan beragam aktivitas menarik, mulai berbelanja dan bersantap hingga hiburan. Hatinya sudah di tanah air, ia hanya fokus kepada tujuannya sampai kerumah sakit menemui ayahnya. Ia merasa sangat bersalah karna belum bisa menjadi pemimpin yang dapat diandalkan hingga ia memutuskan melanjutkan S2 dinegeri orang.

Dan ia sangat merasa bersalah karna alasan kepergiannya melanjutkan S2 bukan hanya sekedar merasa belum bisa memimpin, namun karna menghindari seorang pria yang pernah membuatnya terluka disuatu waktu yang pernah ia lewati.

"Menjadi leader yang baik itukan memang tidak instan, sayang, perlu proses untuk membuktikan kalau kamu bisa!" Ucap papanya waktu itu.

"Iya pap, makanya aku mau belajar, kalau aku sudah S2 setidaknya pendidikan aku lebih tinggi daripada mereka yang sudah senior dikantor kita," alasan Prilly yang ditanggapi papanya dengan anggukan pengertian.

"Bagaimana dengan Ali, apakah dia setuju?"

Meski sudah siap dengan pertanyaan itu, Prilly tetap saja merasa pita suaranya mendadak tercekat mendengar pertanyaan itu.

"Ini yang mau aku jelaskan sama papa juga!"

"Ada apa?"

"Jangan beritahukan padanya kemana aku pergi, pap!"

Tentu saja tuan Lyandraz mengeryit heran mendengar ucap putrinya. Sebulan yang telah lewat, putrinya minta ijin untuk membantu Ali, menyamar jadi office girl, tapi beliau tidak boleh membocorkannya pada siapapun, hingga mereka menemukan siapa dibalik kegagalan-kegagalan Lionard Corp. Intinya tuan Lyandraz tahu semuanya. Prilly tidak menutupi setiap tindakannya terlebih mengenai perusahaan. Bahkan sejak dulu apa maunya tinggal bilang kepada ayahnya itu, niscaya ayahnya akan mengusahakan.

"Kenapa dengan kalian? Kalau ada masalah diselesaikan jangan ditinggalkan!" Pesan tuan Lyandraz membuat Prilly menggeleng.

"Tidak, Papa, tolong bantu agar dia tak tahu dimana aku, papa tidak maukan kalau aku kenapa-kenapa kalau terus bersama dia?" Tutur Prilly diakhiri dengan pertanyaan.

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang