15 Oktober 2025
Ruangan itu terasa dingin. Tubuhnya terasa beku. Tatap mata disampingnya tak berkedip. Dingin. Lebih tepatnya tegang. Saat ini ia dalam keadaan pasrah, dikelilingi orang-orang yang seolah bagaikan menjadi perantaranya antara hidup dan mati. Tuhan. Inikah akhir dari segalanya? Mungkinkah ini sudah takdirnya? Hidupnya bagai diujung tanduk. Keadaannya mirip seperti waktu yang telah lalu. Ia diujung kematian, disisi orang yang paling ia cinta.
"Jangan memejamkan mata, nyonya!"
Rasanya ia sudah tak cukup kuat. Lelah. Mengantuk disela sakit tak tertahankan hingga keubun-ubunnya menahan efek adanya dorongan untuk mengejan karena seperti ada sesuatu di dalam tubuhnya yang hendak keluar.
"Tarik nafas, nyonya kalau kontraksi tahan dulu," titah dokter yang berada didepan kakinya yang terangkat.
'Tahan sampai kapan?" Pekik Prilly dalam hati.
Ya, ia berada dimeja persalinan sekarang. Ali mendampinginya dengan wajah tegang. Mengeratkan genggamannya saat ia merasakan kontraksi didalam perutnya. Saat pembukaan awal sakit yang masih berjeda, ia masih bisa berdiri dan menggunakan bahu Ali untuk menyandarkan dahi menahan sakitnya. Ia juga masih bisa berjalan-jalan sambil dituntun Ali dengan sabar. Sungguh wajah Ali nampak tegang. Setegang saat itu, seperti waktu yang pernah ia lewati.
Ia memejamkan mata meski diingatkan agar tidak melakukan itu. Sekelebat bayangan waktu yang pernah ia lewati bagaikan menonton disebuah layar lebar. Dingin menguar dari kulitnya. Tatap terakhir Ali sebelum ia memejamkan mata terekam jelas. Pasrah dan menunggu timah panas melayang entah dibagian tubuhnya yang mana. Nafasnya sesak, lehernya tercekat, tak bisa berteriak tubuhnya bagaikan limbung dan melayang.
"Tunggu!"
Saat ia tak sadar ia melihat Jasmine datang bersama dengan bang Ben pengacara yang ditunjuknya. Ali yang memegang senpi siap memuntahkan timah panas tapi belum juga ia lakukan. Pria itu nampak menarik napas lega lalu menyongsong tubuhnya yang lunglai sebelum menerima hukuman.
Rupanya tim pengacara menemukan bukti baru didetik-detik terakhir. Dalam diam Ali ternyata mencoba untuk menyelidiki lebih dalam tanpa berkoordinasi dengannya.
Ali sengaja mengulur waktu saat akan tiba eksekusi dirinya yang terlanjur pasrah setelah semua jalan dirasa buntu. Tidak menunggu puluhan tahun sampai ia berkelakuan baik yang tadinya tak diharap Ali, baginya penjahat berdarah dingin harus segera mendapat balasan. Iapun sempat merasa dirinya penjahat tak berperasaan meski ia tidak pernah membunuh Haneenia. Prilatusina Lyandraz yang dulu memang pantas mendapatkan hukuman setimpal akibat tekanan yang menyebabkan ia berpikir dirinya benar-benar penjahat. Kutukan demi kutukan ia peroleh dari orang-orang yang pernah ia sakiti.
"Kau telah menumpahkan rezeki keluargaku akibat egoismu, kau pantas dihukum mati!" Maki seorang yang pernah ia hentikan paksa dari pekerjaannya karna ia anggap mengganggu hubungannya dengan Ali.
"Kau telah merusak adik perempuanku karna keegoisanmu, kau pantas dikubur hidup-hidup!" Caci seorang kakak dimana adiknya pernah terlibat cinta segitiga dengannya, dan ia membayar oranglain untuk menodai perempuan yang dianggapnya mengganggu pendekatannya dengan pria itu.
"Kau biadab sudah membuat orangtuaku sekarat karna serangan jantung akibat fitnahmu!" Umpat seseorang yang ia fitnah melakukan hal diluar batas dan hamil dengan pria yang ia sukai didepan orangtuanya.
Sungguh banyak dosa-dosanya diwaktu yang pernah ia lewati hingga ia pasrah dihukum mati disebabkan oleh pembunuhan yang sesungguhnya tidak ia lakukan. Ia pasrah tidak ada yang bisa membelanya karna mereka tidak percaya padanya termasuk suaminya sendiri.
Namun apa yang ia lihat sekarang? Tubuhnya terbujur diruang ICU karna sekarat akibat terlanjur depresi sebelum timah panas benar-benar menyentuh tubuhnya. Dan ia melihat Ali yang menungguinya dengan gelisah. Sesekali menatap wajahnya yang memucat dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Life
FantasíaBeralur Cerita mundur dari tahun 2025 ke 2021, dimana 4tahun yang lalu Prilatusina Lyandraz (Prilly) adalah seorang gadis cantik nan ambis, egois, arogan dan kaya raya karna memiliki 90% saham di perusahaan milik ayahnya. Ia berhasil menjatuhkan sem...