17#TheSecondLife

2K 341 53
                                    

"Tunangan?"

Def menatap lekat tidak percaya ucap Prilly yang menyebut pria yang baru datang mendekat kearah mereka adalah tunangannya.

"Iya, sebenarnya mau diam-diam, tapi karna kau memaksa maka aku mengatakannya padamu!" Sahut Prilly menatap Def lalu menunjukkan cincin dijari manisnya dan mengalihkan tatapnya pada Ali yang mudah sekali untuk diartikan olehnya.

"Ale Lionard, tunangannya!" Ucap Ali saat mengulurkan tangan kanannya disambut dengan genggaman tak berdaya Def sementara tangan kirinya mengeratkan selipan jari dijemari Prilly yang dingin.

"Selamat!" Ucap Def sportif.

"Terima Kasih!"

Tak menghabiskan banyak kata dan waktu lagi, Def mundur dan berbalik lalu melangkah menjauh menuju Lift.

Prilly melonggarkan selipan jari mereka namun Ali mengeratkannya sambil menoleh.

"Jangan dilepaskan dulu, dia belum masuk kedalam lift, kalau dia masuk, dia akan mengarah kesini, jika ia melihat kita saling jauh ia akan mengira kita hanya pura-pura!" Lirih ucap Ali dengan ekspresi seolah mengatakan sesuatu yang manis dengan tatapan cinta meski ia sedang memperingatkan Prilly agar tidak gegabah melepaskan segera selipan jari mereka.

Prilly tersadar ucapan Ali benar lalu membalas senyum Ali dengan sipu. Mereka mengayunkan jari mereka yang saling menyelip. Ternyata jika kita panik lalu ada yang lebih tenang, ia dapat menularkan ketenangannya. Meski ia bingung dengan ucap Ali, 'ia akan mengira kita hanya pura-pura', bukankah memang hanya pura-pura?

"Pucat sekali, memangnya keluar rumah tidak berdandan dulu?" Ucap Ali sambil menyentuh rahang Prily dengan jemari kanan lalu ibu jarinya menggesek pipinya membuat Prilly merasa aliran darahnya melonjak cepat.

"Akuuu... kan tadi harusnya dirumah saja perawatannn, baru juga selesai facial, terapisnya ada masalah ayahnya mendadak masuk rumah sakittt, terus tahu-tahu juga ada kabar Jasmine dirumah sakit, ya aku buru-buru sampe pakai ojek online, sudah gitu ternyata bukan Jasmine yang dirawat, hapenya berpindah tangan, tidak tahu dicuriii atau tercecer, aku kesini nyamperin si Jasmine, diaa..."

Kalimat Prilly terhenti karna tersadar ia sudah tak sengaja curhat seperti pada orang yang teramat sangat dekat. Apalagi Ali nampak menyimak dengan menatap tak berkedip bahkan sempat menyisih rambut yang jatuh dikeningnya. Jantungnya terasa jatuh sampai keginjal. Tapi sebelah tangannya yang bebas malah refleks menyentuh bibirnya bukan mengusap dimana letak jantung yang serasa jatuh ke ginjal itu.

"Terus hmm?" Ali menarik tangan Prilly dari bibirnya yang tanpa polesan.

Sudah terlanjur menyimak curhatan dengan nada suara yang belum pernah ia dengar selama berinteraksi dengan Prilly, manja seperti kepada orang yang paling dekat dengannya, tanpa ada jarak baik secara fisik maupun emosional seperti sebelumnya. Tidak ada unsur menjaga image dan Ali merasa ini sesuatu yang langka selama ini, mengingat Prilly selalu menjaga jarak dan tidak pernah membiarkan mereka semakin akrab dan dekat.

"Mmhh, kam..kamu sendiri kenapa ada disini?" Prilly balik bertanya tanpa meneruskan curhatannya seperti pinta Ali.

"Tidak ada yang kebetulan sampai aku berada disini bukan? Apakah kamu percaya ini adalah takdir?" Sahut Ali balik bertanya tanpa menjelaskan kenapa ia bisa berada ditempat itu.

Takdir.
Berbicara takdir. Sudah takdir keberapa yang tetap terjadi meski sudah ia hindari? Meski jalannya tak sama, namun takdir tetap mempertemukan mereka dimalam ini dalam edisi bertunangan meski itu hanya sebagai penyelamat dan ide spontan yang terpikir dalam keadaan panik karna tertekan dengan desakan seorang Def yang keluar dari bibirnya. Dari mana semua itu berasal selain dari kehendak Tuhan?

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang