30#TheSecondLife

2.1K 335 49
                                    

Sederhana namun hikmad. Didepan tuan Lyandraz yang sedang dirawat diunit gawat darurat, janji pernikahan terucap didalam akad.

Menghormati pernikahan yang tetap sakral, mereka menggunakan setelan putih ala pernikahan dimana Adeline selaku perancang busana langganan Prilly selalu siap sedia dengan rancangan yang tersedia.

"Memang aku ini ditakdirkan membuat gaun untukmu, Prila, bukan sekali aku ingin membuat rancangan tanpa diorder dan yang memakai pada akhirnya kamu, seolah aku ini seotak denganmu," bisik Adeline saat memasangkan kebaya yang ukurannya pas ditubuh Prilly.

Sungguh ini yang kesekian kali ia ingin membuat pakaian tapi tidak bertuan. Tiba-tiba punya ide, pikirnya kalau sudah dipajang pasti ada yang tertarik, tentu akan ada yang menikah entah dalam waktu dekat atau tidak, akan menghubunginya. Bagai cenayang, kebaya tinggal dipasang dan bahkan belum sempat dikenakan manekin, ia ditelpon oleh Jasmine.

"Ada rancangan kebaya terbaru tidak? Atau apa saja kebaya nikah yang kamu ada sekarang!" Ucap Jasmine diujung telpon. Membuat Adeline terperanjat dan memandang kebaya yang hampir saja ia pasang dimanekin.

"Ada yang mau nikah?"

"Prilly!"

"OMG, pria tampan mana yang mampu menaklukkan hatinya?"

"Sudah jodoh dari Tuhan, cepat, ada atau tidak?"

"Adaa, sepasang, aku buatnya juga tidak bertuan, mau buat saja!"

Dan tentu saja, Adeline segera datang ketempat yang dikatakan Jasmine. Rumah Sakit dimana tuan Lyandraz dirawat.

Meski otaknya bertanya-tanya, mendengar tempatnya saja sudah membuat Adeline sungkan untuk membuang waktu.

Ia harus segera datang sebelum penghulu datang. Terbayang betapa sibuknya persiapan pernikahan mendadak itu.

Meski Prilly sudah mengatakan setuju dan mau menikah dengan Ali sesuai permintaan ayahnya, namun Prilly juga sempat meminta ayahnya untuk sembuh dulu baru memikirkan rencana pernikahan.

"Tidak nanti!" Geleng tuan Lyandraz lirih.

"Papa-kan harus sehat dulu, kami yang memikirkan persiapan pernikahan, papa terima beres, saat sudah sehat akan kita laksanakan," ujar Prilly mengusap lengan ayahnya. Namun ayahnya tetap menggeleng.

"Se--karang, pa--pa ma--u li--hat se--karang!"

Prilly menatap papanya tak berkedip. Bukan apa-apa, ia takut sekali mendengar permintaan ayahnya yang tidak mau menunggu sampai beliau sembuh. Ia berharap ini bukan permintaan yang terakhir.

Dokter Rahdian mendukung saat mendengar permintaan tuan Lyandraz. Ia juga yang meminta izin kepada rumah sakit untuk pelaksanaan akad. Tidak ada undangan, hanya dua orang saksi dan penghulu juga disaksikan keluarga inti. Penghulu datang, mereka telah siap melaksanakan ijab dan qabul.

Mendengar namanya disebut didalam ijab yang diucapkan penghulu yang mewakili ayahnya dan qabul yang diucapkan Ali saat menerima menikahinya, riak crystal dilensa Prilly merintik tak terbendung. Akhirnya, meski dihindari Prilatusina Lyandraz tetap menjadi istri Alezandro Lionard.

"Sah?" Penghulu menoleh kepada kedua saksi yang menyimak dengan teliti dalam hikmad diruangan yang hanya terdengar monitor EKG.

"Sah!" Dua saksi yang dihadirkan mengangguk bersamaan. Mereka bersaksi kalau ijab dan kabul telah memenuhi syarat sehingga pernikahan sah, dan akad telah terlaksana sesuai dengan ketentuan yang dapat mereka pertanggung jawabkan.

Seperti pernikahan pada umumnya, tentu ada sesi istri mencium punggung tangan suami dan suami mencium kening istri. Prilly menunduk mencium punggung tangan itu dan saat mengangkat wajah, sisa air yang terpantul cahaya disudut matanya membuat Ali menyentuh dan menghapus dengan ibu jarinya. Bukan mengecup kening, setelah balas mengecup punggung tangan yang baru saja menggenggam dan dikecup olehnya, Ali justru menunduk menyatukan kening mereka.

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang