..
Suasana begitu canggung sekarang, tapi melihat bagaimana mereka menikmati makanan dengan nyaman Resha rasa hanya dirinya yang merasa canggung.
Belum lama Ia terbangun setelah pergulatan yang mereka bertiga lakukan, meski hanya Resha yang terlihat kelelahan padahal kalau Resha ingat dengan benar, dirinya hanya bergerak sedikit, sisanya mereka yang melakukannya.
Resha bahkan tak bisa duduk dengan nyaman, pantatnya masih terasa kebas, dan mereka semua sadar, guna tak membuat Resha malu, mereka hanya diam, minus Arlo yang mengusap ngusap pahanya upaya membuat Resha nyaman.
..
Resha tengah duduk melingakar, bersama kedua Orang Tuanya, dan beberapa teman yang entah kenapa berada disini?
"Ini sebenernya kenapa sih?" Resha akhirnya mengeluarkan suara, bertanya apa yang sedang emreka lakukan disini.
Ada Steff, Jessica, Alliyah, Gilang, Yahsan dan kawan kawan- mengamatinya, Resha mengusak rambutnya kasar.
"Jangan bikin gue emosi ya." celetuk Resha dengan senyum kesal tergambar diwajahnya.
Mereka saling memandang satu sama lain, Resha jengah sendiri, "apasih!" Lengannya ditarik, saat ia akan berdiri untuk pergi.
Wina mendekat kearahnya- "Res- maaf ini keliatan mendadak, tapi kakak mau kasih tau kamu sesuatau" ucapan Wina terdengar aneh baginya, sejak kapan Wina menyebut namanya sendiri dengan Kakak.
"Hm?" Resha memgangkat kedua alisnya.
Wina menghembuskan nafas pelan, "Aku, kakak kandung kamu." Wina menjeda pernyataannya, jarinya terangkat saat melihat Resha akan membuka mulut.
"dengarimn baik baik ya- Kakak tau kamu mungkin kaget atau bahkan ngga terima." wina mengamati sekitar.
"Kakak bakal pergi untuk sementara keluar negri." Wina mendekat, menaruh ujung bibirnya di depan telinga Resha.
"penjahat ngga akan terlihat, jadi Resha harus berhati-hati." Wina melepas pelukannya, meninggalkan Resha dengan seribu pertanyaan melayang dikepalanya.
Kecupan ringan mengenai pucuk kepalanya, Wina meninggalkan ruangan yang sepi ini yang masih dengan keadaan canggung.
Berbeda denganya yang memandang Resha Datar.
..
T
entu kebenaran mengenai keluarga kandungnya membuatnya beberapa kali tidak fokus, apalagi pengakuan Wina terakhir, sore tadi adalah hari terakhir Wina berada dinegara yang sama dengannya , kakaknya pergi hanya untuk sementara- itu katanya,
Resha memandang jalanan datar, hidupnya harusnya tidak ada drama lagi setelah ini, memejamkan mata mengusir segala pemikiran bercabang Resha.
..
Tungkainya Ia bawa perlahan, meraih lengan kokoh Arlo yang sedari tadi menunggunya- senyumnya merekah kala Arlo memeluknya.
"Hallo fox." suara berat Arlo yang sangat nyaman di telinga Resha membuat rona merah muncul menutupi seluruh wajahnya Arlo terkekeh.
"Lucu banget sih si kecil ini."
Resha merengut, enak saja dia di panggil kecil.
"Bapak jangan gitu deh!" Resha merajuk namun senyuman muncul di belah bibirnya.
Arlo melotot tak terima, "apaan engga! Mana ada panggil pacar sendiri pake pak!"
Tidak dijawab, Reha malah berlari kearah mobil yang dibawa Arlo

KAMU SEDANG MEMBACA
Reshaya.
RandomThe one and only. Warning. -You shouldn't read it if you cant handle it. its only fiction. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai kebutuhan. Mohon kerja samanya.