Pagi harinya seperti biasa, rutinitas Aarav sebelum berangkat bekerja adalah sarapan bersama dengan kedua orang tuanya. Namun pagi ini menjadi sedikit berbeda, di karenakan ada Shanaya dan juga keluarganya yang turut bergabung bersamanya di meja makan.
"Selamat pagi." Sapa Aarav seadanya kemudian mendudukkan tubuhnya, siap untuk menyantap sarapan paginya. "Aku bisa sendiri." Serunya menghentikan pergerakan tangan Shanaya yang hendak menaruh nasi goreng pada piringnya.
"Aarav, itu bagus. Shanaya sedang belajar untuk menjadi istri yang baik." Sahut Dyra yang melihat interaksi antara Aarav dan Shanaya.
"Mama tanganku masih berfungsi, aku bisa melakukannya sendiri." Balas Aarav mengabaikan ucapan Mamanya. Kemudian ia pun lanjut mengambil nasi goreng untuk dirinya sendiri.
"Tante it's okey." Shanaya menampilkan senyuman manisnya, walaupun di dalam hatinya ia sedikit merasa kesal. Aarav masih sama, belum bisa ia jinakkan. Pria itu masih tetap saja bersikap cuek padanya.
"Oh ya Shanaya, hari ini kita akan pergi untuk fitting baju pertunangan mu. Tante sudah bicara dengan Aarav, dia juga akan menyusul nantinya." Ujar Dyra pada Shanaya yang duduk di seberangnya.
"Baik Tante." Shanaya tersenyum, mengikut patuh pada setiap perkataan Dyra.
"Dan untukmu Aarav, Mama harap kamu tepat waktu nanti."
Aarav hanya mengangguk sebagai balasan.
***
"Tante Dyra? Welcome.. welcome!" Ucap Dion menyambut hangat kedatangan Dyra di kantornya. Ia pun menarik sebuah kursi, mempersilakan ibu dari sahabatnya itu untuk duduk.
"Hai Shanaya!" Sapanya juga pada Shanaya yang turut ikut hadir di kantornya pada pagi hari ini. Tak lupa ia pun menarik satu buah kursi, untuk wanita itu.
"Hai Dion!" Sapa Shanaya dengan senyuman manisnya.
"Ada yang ingin Tante bicarakan denganmu Dion." Ujar Dyra kemudian.
"Ada apa Tante, tidak biasanya Tante datang langsung ke kantorku."
"Wanita yang mengatur acara kemarin.."
"Maksud Tante Daniza?"
"Iya benar, dia bekerja padamu bukan?"
"Benar. Tapi ada apa Tante?"
"Aku ingin dia yang mengatur acara pertunangan Aarav lusa nanti. Tante sangat menyukai hasil pekerjaannya."
"Baik akan aku bicarakan dengannya nanti. Oh ya Tante ingin minum apa? Biar aku menyuruh seseorang untuk menyiapkannya."
"Tidak perlu Dion, Tante harus segera pergi. Oh ya, nanti setelah kamu berbicara dengan Daniza suruh saja dia untuk datang ke mansion nanti. Katakan bahwa, Tante mengundangnya untuk makan malam."
"Hanya Daniza? Tante tidak mengundang ku?"
"Kamu boleh datang Dion. Biasanya juga kamu datang tanpa di undang."
Dion terkekeh mendengar balasan dari Dyra. "Baiklah kalau begitu aku akan menyampaikannya pada Daniza nanti."
"Tante pamit, terima kasih Dion." Dyra bangkit dari duduknya, kemudian berlalu pergi dari hadapan Dion. Di susul Shanaya yang mengikuti langkahnya.
"Kisahmu dengan Daniza belum berakhir Aarav." Batin Dion sambil menatap punggung Dyra yang mulai menjauh dari pandangannya.
***
Aarav melirik arloji yang melingkar di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Ia telat tiga puluh menit, dari waktu yang ia janjikan pada Mamanya. Sekarang disini lah dia berdiri, di sebuah butik yang Mamanya kirim kan alamatnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia pun berjalan masuk ke dalam butik tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Secret
RomancePrameswari Series 3 Pada siapa harus ku tanyakan, mengapa jadi begini. Seluruh dunia membisu. Kemana harus ku cari momen kebahagiaan. Bahkan sang waktu pun tidak meninggalkan jejak disini.