Part 16

35 3 0
                                    

Sangeet. Salah satu upacara pra pernikahan yang tidak boleh terlewatkan. Acara yang identik dengan musik dan tarian ini, merupakan salah upacara favorit semua orang. Semua orang sudah bersiap untuk menghabiskan waktu mereka semalaman untuk menari dan berbagai kegembiraan bersama.

"Semua list lagu sudah sesuai?" Dion menghampiri Daniza, yang saat ini sedang sibuk memainkan laptop mengerjakan sesuatu.

Sebuah anggukan, menjadi jawaban atas pertanyaan Dion tadi. "Efek lampu sudah selesai, tinggal menunggu DJ saja untuk saat ini. Dan selesai!" Tepat setelah berkata seperti itu, tangan Daniza menekan tombol enter sebagai penutup pekerjaannya.

"Baiklah, ayo kita lihat persiapan yang lainnya." Daniza mengangguk menyetujui, ia pun mengikuti langkah kaki Dion untuk melihat beberapa persiapan lainnya.

-
-
-
-
-

"Wah temanku! Lihat betapa tampannya dirimu malam ini!" Seru Dion ketika melihat penampilan Aarav malam ini.

Daniza yang tadinya sedang berbicara dengan seorang pekerja menolehkan kepalanya ke belakang, di liriknya Aarav yang nampak tampan dengan sherwani bewarna hitam yang di kenakan nya.

Beberapa detik mata mereka beradu, sampai Aarav yang memutuskan kontak mata terlebih dahulu.

"Aku memang tampan." Ujar Aarav cuek membalas perkataan Dion sebelumnya.

"Daniza apa kamu mendengar itu? Inilah Aarav yang sebenarnya. Cover cool yang ia tunjukkan itu hanyalah topeng, aslinya dia orangnya narsis seperti ini."

"Eum tapi menurutku dia benar, dia memang terlihat tampan malam ini."

Mendengar itu Aarav langsung beralih menatap kearah Daniza. "Excusme?" Ucapnya kemudian sembari menaikkan sebelah alisnya.

"B-bukan kah aku memujimu sir? Seharusnya kamu bahagia mendengarnya bukan." Daniza tersenyum canggung, meruntuki mulutnya yang sebelumnya telah berbicara omong kosong. Bagaimana bisa ia mengatakan hal tersebut di hadapan bossnya itu.

"Tidak biasanya."

"Jadi kamu mengakui kalau temanku nampak menawan malam ini?" Goda Dion sembari merangkul pundak Aarav dengan kedua tangannya.

"Y-ya.. Dia memang terlihat tampan dengan pakaian tradisional seperti itu."

"Kamu menyukainya?"

Daniza terdiam beberapa saat, matanya kembali beradu pandang dengan iris tajam milik Aarav. Namun bedanya kali ini dirinya yang memutuskan kontak matanya terletak dahulu. "A-ku ada urusan. Aku permisi."

Setelah mengatakan hal itu, Daniza langsung berlalu pergi meninggalkan Aarav dan Dion berduaan.

"Dia nampak gugup. Sangat menyenangkan menggodanya, dan lihat wajahnya nampak begitu lucu." Dion tertawa kecil, sembari menatap punggung Daniza yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Berhenti menggodanya seperti itu!" Aarav melepaskan tangan Dion yang sedari tadi merangkul pundaknya, di tatapnya temannya itu dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

"Mengapa aku tidak boleh menggodanya? Apa dia milikmu? Tidak, bukan? Dan mengapa kamu marah? Kamu menyukainya?"

"Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu."

"Lalu? Beritahu aku alasannya?"

"Sudahlah, sherwani ku kusut gara-gara dirimu." Aarav mencoba mengalihkan pembicaraan. Dirinya pun memilih untuk merapikan kembali sherwani yang di kenakan nya itu, daripada membalas ucapan Dion yang menurutnya pasti tidak akan memiliki ujung.

"Ohoo pengantin kita sangat mementingkan penampilannya. Ingin membuat Shanaya terpesona? Baiklah biarkan aku merapikannya untukmu." Dion pun memposisikan dirinya berdiri di hadapan Aarav. Tangannya naik, membantu merapikan sherwani yang Aarav kenakan.

A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang