Part 9

40 6 4
                                    

Pada pagi harinya, mansion milik keluarga Aarav begitu ramai. Banyak orang berdatangan untuk mulai mendekorasi mansion itu sesuai dengan arahan seorang wanita. Dan wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Daniza.

"Bagaimana? Apa dia bagus dalam bekerja?" Tanya Dion pada Aarav yang saat ini berdiri di sampingnya.

Aarav yang tadinya fokus melihat Daniza yang sedang memberi arahan, beralih menatap kearah Dion yang kini juga sedang menatapnya. "Dari penglihatanmu sebelumnya, bagaimana menurutmu?" Bukannya malah menjawab, Aarav malah kembali bertanya.

"Sangat tidak sopan! Selalu saja begini! Selalu mengajukan pertanyaan kembali ketika aku bertanya padamu!"

"Tunggu sampai acara ini selesai, baru aku akan menjawab pertanyaanmu itu."

"Oke lupakan tentang ini. Ceritakan tentangmu." Dion merangkul bahu Aarav, kemudian tersenyum penuh makna kearah sahabatnya itu.

"What?" Balas Aarav seraya menaikkan sebelah alisnya kearah Dion.

"Sejauh ini apa yang sudah kamu lakukan bersama dengan Shanaya? Berpelukan? Ciuman? Atau lebih dari itu?" Tanya Dion menyipitkan matanya sambil mencubit gemas pipi Aarav. 

"Menjauh dariku!" Aarav menepis tangan Dion yang sedang mencubit gemas pipinya. Dan sebelah tangannya mendorong tubuh Dion sehingga menyebabkan rangkulan dari pria itu terlepas dari bahunya.

"Kamu terlihat begitu gugup. Sepertinya tindakanmu sudah jauh dari apa yang aku pikirkan."

Aarav langsung mengurungkan niatnya yang hendak membalas perkataan Dion, dikarenakan ia melihat Shanaya yang sedang berjalan melangkah kearahnya.

"Lihat pemeran pendampingnya sudah disini." Ucap Dion ketika melihat sosok Shanaya yang baru saja datang dan langsung memeluk lengan Aarav.

"Hai Dion!" Sapa Shanaya dengan senyuman manis di wajahnya.

"Hai pretty!" Balas Dion ikut tersenyum ramah.

"Baby i need your help." Ucap Shanaya seraya beralih menatap kearah Aarav.

"Oho.. baby?" Celetuk Dion hendak menggoda Aarav ketika mendengar ucapan Shanaya yang memanggil sahabatnya itu dengan sebutan 'baby'.

"Shut up!" Peringat Aarav menatap Dion dengan tatapan tajamnya.

"Okey, aku akan diam." Dion menurut ia pun memilih untuk menutup mulutnya. Tidak lagi mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Ada apa?" Tanya Aarav kemudian mengalihkan pandangannya kearah Shanaya.

"Aku ingin meminta bantuanmu."

"Apa?"

"Temani aku berbelanja nanti sore. Aku ingin membeli baju untuk aku kenakan nanti malam."

"Aku tidak bisa."

"Aarav aku ingin kita menghabiskan waktu bersama. Kita tidak pernah pergi hangout berdua."

"Pergi dengan Mama saja."

"Aarav turuti saja permintaan Shanaya." Sahut Dion setelah sekian lama terdiam menyimak percakapan diantara Aarav dengan Shanaya.

"Baiklah." Ujar Aarav kemudian mengiyakan ajakan Shanaya.

"Dia selalu menuruti perkataanku." Ucap Dion yang di tujukan untuk Shanaya.

"Itu karena keinginannya, bukan karena perkataanmu." Balas Shanaya yang tidak suka mendengar ucapan Dion sebelumnya. "Aku pergi dulu, bye baby." Tambahnya kemudian menyempatkan dirinya untuk mengecup pipi Aarav di hadapan Dion sebelum dirinya pergi.

A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang