Part 2

68 6 4
                                    

Seorang wanita berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya. Bola matanya bergerak ke kiri dan kanan, memperhatikan situasi sekitar. Sepi, rumahnya saat ini terlihat seperti tidak memiliki penghuni. Bahkan lampu rumahnya dinyalakan temaram.

"Sepertinya ayah dan ibuku masih tertidur." Monolog seorang wanita yang tadi berjalan mengendap-endap. Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Daniza.

Daniza sendiri baru saja mendarat dengan selamat di Indonesia. Setelah melewati perjalanan yang panjang, akhirnya dirinya kembali menginjakkan kakinya di tempat tinggalnya yang sederhana ini. Rumah yang hanya berisikan dirinya, Ibu dan juga Ayahnya.

Ceklek.

Lampu yang tadinya di nyalakan temaram, langsung berubah menjadi terang benderang. Di hadapannya Daniza kini berdiri sepasang suami istri yang sudah lumayan berumur menatapnya dengan tatapan yang tidak terbaca.

"Eh Ibu Ayah, kupikir kalian masih tertidur." Ucap Daniza di barengi dengan cengiran di wajah cantiknya.

Hening. Tidak ada balasan yang Daniza dapatkan dari kedua orangtuanya.

"Daniza baru saja sampai. Kalian tidak ingin memeluk Daniza? Daniza merindukan kalian."

"Kamu ingin pelukan? Ini pelukan untukmu!" Sontak Daniza langsung mencari tempat bersembunyi ketika melihat Ibunya mulai membuka sendalnya dan hendak memukulnya menggunakan sendal tersebut.

"Bu Daniza ingin pelukan, bukan pukulan awh!" Ringis Daniza Ibunya berhasil memukul pantatnya menggunakan sendal.

"Kamu pergi diam-diam dan tanpa memberi tahu kami! Apa kamu tahu, kami sangat mengkhawatirkan dirimu!"

"Maaf, Daniza tidak akan mengulanginya lagi Bu awh..awh.."

Citra, Ibunya Daniza menghentikan pukulannya. Wanita yang lumayan berumur itu, menatap Daniza dengan tatapan sendunya. "Kamu putri Ibu satu-satunya. Ibu sangat khawatir ketika kamu pergi tanpa memberi tahu Ibu dan Ayah."

"Maaf Bu, Daniza tidak bermaksud. Daniza hanya ingin pergi liburan sebentar. Jika Daniza memberi tahu Ibu dan Ayah, kalian pasti tidak akan mengizinkan Daniza untuk pergi."

"Tapi Nak, dengan kamu pergi tanpa izin seperti itu kamu malah semakin membuat Ibu khawatir. Apa kamu tahu, Ibu sangat menyayangimu. Ibu tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Terima kasih kepada Tuhan, bahwa kamu pulang dengan selamat pagi ini."

Daniza mengambil langkah mendekat kearah Ibunya, tersenyum hangat dan langsung mendekap tubuh Ibunya dengan erat. "Daniza juga sangat menyayangi Ibu dan Ayah. Maaf, lain kali Daniza tidak akan melakukannya lagi. Daniza berjanji, akan meminta izin kalian terlebih dahulu."

"Baiklah, kalau begitu ibu tidak akan memarahimu lagi."

"Love you Mom." Balas Daniza lalu mengecup puncak kepala Ibunya.

"Daniza kamu tidak ingin memeluk Ayah?" Ujar Adi, Ayahnya Daniza.

Daniza melerai pelukannya dengan Ibunya, mengalihkan pandangannya dan menatap kearah Adi Ayahnya yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berada.

"Tentu saja, Daniza ingin memeluk Ayah juga!" Ucap Daniza lalu mengambil langkah mendekat kearah Adi, dan langsung memeluknya dengan erat.

"Ibumu sudah memarahimu, jadi Ayah tidak akan memarahimu lagi."

"Daniza sayang Ayah." Ucap Daniza sambil menyengir. 

"Ayah juga menyayangimu. Oh ya, Ayah membawakan brosur lamaran pekerjaan. Lihatlah nanti, siapa tahu kamu berminat."

"Benarkah Yah? Kalau begitu Daniza ingin melihatnya segera." Daniza melerai pelukannya, dan kemudian menatap Ayahnya dengan mata berbinar.

"Ayah menaruhnya di atas meja makan. Ayo kita lihat bersama." Daniza mengangguk semangat, lalu berjalan beriringan bersama dengan Ayahnya menuju kearah meja makan.

A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang