"Dion berapa lama lagi waktu penerbangan kita?" Tanya Daniza pada Dion yang saat ini duduk di sampingnya. Saat ini dirinya dan juga Dion sudah berada di bandara, menunggu waktu keberangkatan mereka yang sebelumnya mengalami masalah.
Dion mengecek arloji yang melingkar di tangannya, kemudian berkata. "Sekitar lima belas menit lagi."
Daniza mengangguk mengerti.
"Oh ya ada seseorang juga yang akan ikut bergabung dengan kita."
"Siapa?" Daniza mengernyit alisnya, merasa bingung.
"Lihatlah kesamping kananmu."
Mendapatkan instruksi seperti itu, Daniza langsung menolehkan pandangannya. Dan dilihatnya Aarav sedang berjalan kearahnya sembari mengobrol dengan seorang pria, membahas sesuatu.
Pria yang baru saja menyatakan perasaannya padanya itu terlihat tampan dengan style kasualnya. Hanya dalam balutan kaos bewarna putih dengan jeans sebagai bawahan. Tak lupa topi menghiasi kepalanya, dan alas kakinya dibalut sneaker bewarna yang senada dengan baju yang ia kenakan. Tangannya menenteng sebuah buku, dan sebelahnya lagi membawa sebuah cup coffee. Sepertinya pria ini merupakan orang yang termasuk coffee addict.
"Hai!" Sapa Aarav pada Dion ketika sudah berada dihadapan pria itu."Kamu hanya menyapaku? Tidak menyapa Daniza?" Goda Dion pada Aarav.
"Apa yang kamu katakan." Bisik Daniza pelan sembari menyikut pelan perur Dion.
Mendengar itu Aarav beralih menatap Daniza, dilihatnya wanita itu namun tidak menyapanya.
"Cih merasa malu?" Dion kembali bersuara.
"Ayo sebentar lagi kita akan take off." Sela Aarav mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah, ayo kita pergi."
Namun baru satu langkah Daniza berjalan, tubuhnya langsung mematung ketika merasakan ada sebuah tangan besar yang tiba-tiba menggenggam sebelah tangannya. Diliriknya kearah sampingnya, dan ia melihat Aarav berdiri dengan ekspresi datarnya.
"Berjalan bersamaku."
Setelah mendengar Aarav mengucapkan kalimat itu, degub jantung Daniza tiba-tiba menggila. Sikap kecil yang Aarav berikan, ternyata sangat berefek besar pada dirinya. Tangannya tiba-tiba terasa dingin. Ia gugup bukan main. Mungkin ini dikarenakan baru pertama kalinya ia berpegangan tangan dengan pria itu. "Ah iya..." Ucapnya. Di detik berikutnya ia pun melanjutkan langkah kakinya dengan berjalan beriringan sembari berpegangan tangan dengan pria itu.
-
-
-
-
-
-Daniza memelintir jemari tangannya. Rasa gugupnya masih belum menghilang. Bahkan ia masih dapat merasakan dengan jelas bagaimana tangan besar Aarav memegang tangannya, walaupun saat pria itu sudah tidak lagi menggenggam tangannya. Saat ini dirinya sudah berada di dalam pesawat, dalam perjalanan pulang ke Indonesia, dengan Aarav yang duduk disampingnya. Pria itu terlihat fokus membaca buku yang sebelumnya dibawanya. Diperhatikannya pria itu dengan lekat, sebelum sebuah suara membuyarkan lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Secret
RomancePrameswari Series 3 Pada siapa harus ku tanyakan, mengapa jadi begini. Seluruh dunia membisu. Kemana harus ku cari momen kebahagiaan. Bahkan sang waktu pun tidak meninggalkan jejak disini.