1 | Ben Cemburu

1.5K 90 0
                                    

"Kalau Ibu boleh jujur, semua hal yang kamu lakukan masih saja membuat Ibu merasa takjub. Padahal Ibu sudah sangat sering melihat kamu melakukan semua hal, entah itu di rumah Keluarga Harmoko ataupun di sini," ujar Arini, yang sejak tadi hanya diminta duduk dengan tenang oleh Yvanna pada kursi yang ada di meja makan dapur.


"Itu benar. Bibi pun ingin sekali mengatakan itu setiap saat tentang kamu. Lihatlah ... Bibi dan Ibumu tampaknya hanya kekurangan mahkota saja agar bisa disebut 'Ratu', setelah kamu memanjakan kami seperti ini," tambah Ayuni, yang juga tak bisa menahan-nahan komentarnya untuk Yvanna.

Yvanna pun berbalik setelah mengecilkan api pada kompor gas, lalu meminta Arini dan Ayuni mencicipi menu sarapan terakhir yang baru saja matang.

"Bagaimana Ibu ... Bibi ... apakah masih ada yang terasa kurang dari rasa ayam goreng kremesnya?" tanya Yvanna.

Arini dan Ayuni mengunyah ayam goreng kremes yang tengah mereka cicipi pagi itu sambil menarik nafas berulang-ulang, seakan mereka belum pernah memakan makanan itu sebelumnya.

"Kamu enggak mau buka restoran atau membuka jasa katering, gitu? Masakan buatanmu itu benar-benar tidak ada yang mengecewakan sama sekali. Akan sangat bagus kalau kamu memanfaatkan keahlianmu itu. Nanti Bibi dan Ibumu akan membantu," tawar Ayuni.

Yvanna hanya tersenyum seadanya tanpa memberikan tanggapan atas tawaran yang Ayuni berikan. Ben masuk ke dapur tak lama kemudian dan tampak sudah siap untuk sarapan.

"Istriku enggak boleh mengerjakan hal-hal yang melebihi batas kemampuannya, Bibi. Aku tidak akan mengizinkan," ujar Ben, seraya mendekat kepada Yvanna.

Arini pun tertawa saat mendengar apa yang Ben katakan.

"Itu hanya alasan kamu saja, 'kan? Bilang saja kalau kamu takut Yvanna kekurangan waktu untuk memperhatikan kamu," godanya secara terang-terangan.

Ben pun langsung mengulum senyum sambil menyembunyikan wajahnya dengan cepat. Ayuni tertawa ketika melihat Ben bertingkah seperti anak remaja yang sedang kasmaran. Bagus masuk ke rumah itu bersama ketiga putranya yang sudah siap akan pergi ke tempat kerja masing-masing. Arini langsung mengarahkan mereka menuju ke meja makan agar bisa segera sarapan. Nania dan Jojo keluar dari kamar mereka masing-masing lalu ikut bergabung. Yvanna membawa ayam goreng kremes yang baru saja ia pindahkan ke atas piring saji, lalu meletakkannya ke atas meja makan untuk disandingkan dengan soto banjar yang tadi dibuatnya.

"Wah ... makanan favoritku akhirnya tersaji pagi-pagi sekali. Luar biasa, kamu memang nomor satu kalau sudah melaksanakan urusan dapur," ujar Jojo sambil memperlihatkan kedua ibu jarinya ke hadapan Yvanna.

Yvanna tak menanggapi apa yang Jojo katakan dan hanya tersenyum seperti biasanya, seraya hendak beranjak kembali ke dapur untuk membuat teh.

"Kamu tidak memanggil Yvanna dengan panggilan Kakak? Dia sudah jadi Kakak iparmu sekarang," ujar Aris.

Yvanna pun mendadak menghentikan langkahnya dan kembali berbalik.

"Jangan coba-coba, Jojo ... dan kamu Aris, jangan menyuruh dia memanggilku Kakak. Cukup panggil aku seperti biasanya," Yvanna memberi ultimatum.

Aris mengangkat kedua tangannya, seakan baru saja akan menyerahkan diri pada Polisi, sambil tersenyum manis ke arah Yvanna.

"Mau kupangggil memakai panggilan yang mana? 'Yv'? 'Yvanna Sayang'? 'Sweet heart'?" tawar Aris.

Ben--yang baru saja muncul dari dapur--mendadak menyipitkan kedua matanya ke arah Aris.

"Kamu mau kulempar memakai tatakan cangkir?" tawar Ben.

Aris pun langsung meringis saat mendapat tawaran kejam dari Ben. Damar, Zian, dan Bagus langsung tertawa saat melihat tampang Ben yang tampak benar-benar sebal ke arah Aris. Yvanna segera mengusap-usap pundak Ben untuk menenangkannya.

"Sudah, jangan diambil hati. Kenyataannya memang Aris sejak dulu sering memanggil aku dengan sebutan 'Yv', 'Yvanna Sayang', dan juga 'Sweet heart'," ujar Yvanna dengan tenang.

Ben menoleh ke arah Yvanna sambil menunjukkan wajah cemberutnya.

"Kamu sekarang sudah jadi Istriku. Jadi kalau ada yang memanggilmu begitu aku berhak marah," tegas Ben.

"Iya ... iya ... aku paham. Sudah dong marah-marahnya. Tidak enak sama Ibu, Paman, dan Bibi. Ayo cepat sarapan, nanti makanannya dingin kalau tidak cepat kamu makan," saran Yvanna.

Ben pun segera duduk di meja makan bersama yang lain, sementara Yvanna kembali ke dapur untuk membuat teh seperti rencananya tadi. Nania menatap Ben sambil mengambil ayam goreng kremes sekali lagi dari piring saji.

"Kamu cemburunya telat. Nyata-nyata Aris sudah sering sekali memanggil Yvanna seperti tadi selama kita ada di rumah Keluarga Harmoko, eh ... baru hari ini kamu marah-marah sama dia," ujar Nania.

"Kemarin-kemarin aku tidak punya hak untuk marah, meskipun aku mendengar Aris memanggil Yvanna dengan panggilan semanis itu. Lagi pula, saat Aris memanggil Yvanna begitu aku bukan siapa-siapanya Yvanna. Kami memang dekat tapi cuma berteman. Tapi sekarang keadaannya sudah berbeda, jadi aku berhak mengomeli Aris kalau dia berani memanggil Yvanna dengan panggilan semanis itu," jawab Ben, datar seperti biasanya.

"Kak Ben enggak mau tanya, dulu Jojo sering memanggil Yvanna seperti apa?" tawar Aris.

"Ris! Diam kamu!" tegur Jojo.

Tatapan Ben kini terarah kepada Jojo. Jojo memucat di tempatnya dan tampak takut ditanya oleh Ben. Damar dan Zian tampak siap menertawai Jojo yang mungkin akan terkena amukan dari Ben sebentar lagi.

"Kamu juga punya panggilan manis untuk Yvanna?" tanya Ben kepada Jojo.

"Duh ... Kakak enggak punya pertanyaan lain? Kalau aku jawab, aku takut kamu marahi. Kalau aku bohong, nanti aku dosa," balas Jojo.

"Jawab saja," gemas Ben.

Jojo pun mengangguk tanpa bersuara.

"Oh ya? Panggilannya semanis apa, Jo?" tanya Nania yang tampak antusias ingin tahu.

Ben menunggu, Aris sudah tak sabar ingin melihat Jojo mendapat omelan dari Ben seperti yang ia dapatkan pagi itu.

"Mm ... itu ... dulu aku memanggil Yvanna saat masih SMP ... 'Bidadari mungilku'," jawab Jojo sambil memperagakan bagaimana caranya ketika menyebut panggilan untuk Yvanna.

Semua orang tertawa, Ben seketika bangkit dari kursinya untuk menghampiri Jojo. Namun gerakan Jojo jelas jauh lebih cepat daripada Ben. Dia melarikan diri lebih awal agar tak bisa dikejar oleh Ben yang siap menerkamnya.

"Sini kamu! Sini!" panggil Ben.

"Enggak mau! Ibu ... tolong aku, Bu!" mohon Jojo, sambil berlari mengitari meja di ruang depan.

Yvanna yang baru saja selesai membuat teh, kini bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh Ben dan Jojo di ruang depan.

"Astaghfirullah, Arisyad Adriatma!" tegur Yvanna sambil menatap ke arah Aris.

Aris berjingkat kaget saat nama lengkapnya disebut oleh Yvanna, meski tidak dengan suara yang keras.

"Kenapa aku yang kamu tegur? Yang sedang kejar-kejaran itu Suamimu dan Adik iparmu, bukan aku," balas Aris.

"Iya, aku tahu. Tapi kamu pasti yang menjadi penyulutnya. Kamu itu tidak ada bedanya dengan Lili yang hobi sekali memancing Manda dan Kak Tika untuk bertengkar. Sekarang cepat bangun dari kursimu dan lerai mereka berdua biar tidak ada yang terlambat pergi kerja," titah Yvanna, yang tampaknya tak mau mendengar bantahan dari Aris.

Damar, Nania, dan Zian benar-benar tertawa lepas saat melihat Aris yang akhirnya menjadi wasit untuk Ben dan Jojo pagi itu. Arini dan Ayuni meminta Yvanna untuk segera duduk di antara mereka berdua.

"Sabar ya, Yv. Mereka memang selalu begitu sejak kecil," hibur Nania, yang berharap Yvanna tetap betah tinggal di rumah Keluarga Adriatma.

* * *

TUMBAL SUSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang