20 | Saran Untuk Waspada

900 78 0
                                    

Setelah Tantri dan Ningsih benar-benar pergi dari rumah Keluarga Adriatma, Arini dan Ayuni masih saja menatap ke arah hadiah yang tadi dibawakan oleh Tantri untuk mereka. Tika, Manda, dan Lili keluar dari tempat mereka mengawasi sejak tadi, lalu mendekat pada Yvanna yang kini sedang menatap ke arah ular putih milik Aris.


"Kamu bicara apa pada Bu Tantri? Kok tampaknya dia sangat kesal padamu, meskipun dia tetap tersenyum," Tika merasa penasaran.

"Dia mencoba memprovokasi aku, agar merasa iri kepada Ibu dan Bibi Ayuni. Dia pikir, aku akan mudah dibuat iri hanya karena tidak dibawakan hadiah olehnya seperti bagaimana dia membawakan Ibu dan Bibi Ayuni hadiah-hadiah itu. Jadi saat dia menjanjikan akan membawakan aku hadiah pada lain kesempatan, aku langsung memberi penolakan kepadanya. Aku bilang padanya, 'Mungkin sebaiknya saya menolak hadiah pemberian dari anda, sebelum anda benar-benar membawakannya untuk saya. Selain mungkin hadiah dari Bu Tantri tidak akan cocok untuk saya yang selalu bergaya casual, akan ada kemungkinan hadiah itu tidak akan terpakai oleh saya dan menjadi mubazir. Jadi memang sebaiknya Bu Tantri tidak perlu membawakan apa-apa untuk saya', lalu dia langsung merasa kesal terhadapku. Mungkin ... dia merasa marah karena ternyata tidak semudah itu membuat hubunganku dengan Ibu dan Bibi Ayuni merenggang," jelas Yvanna.

"Bukankah itu sudah jelas, Nak Tika?" tanya Bagus, yang baru saja keluar bersama semua orang.

Yvanna, Tika, Manda, dan Lili kini menatap ke arah Bagus setelah mendengar suaranya.

"Mana mungkin ada orang yang bisa membuat hubungan antara semua orang di dalam keluarga ini merenggang? Yvanna adalah bagian dari keluarga ini, jadi tidak mungkin dia akan merasa iri hanya karena tidak mendapat hadiah yang tidak seberapa nilainya. Keluarga ini jelas lebih berharga bagi Yvanna, dan kami pun merasa bahwa Yvanna adalah sosok yang berharga. Jadi dengan pemahaman perasaan kami yang seperti itu, tidak akan ada satu orang pun yang akan berhasil memecah belah keluarga ini," jelas Bagus.

"Itu benar," tambah Ayuni. "Kalau hanya karena perkara hadiah biasa seperti ini, tidak ada yang perlu dirisaukan sama sekali. Bibi bahkan masih mempertimbangkan ingin menyimpannya atau tidak. Bibi takut menyimpannya, karena itu adalah pemberian dari orang yang memelihara tuyul. Bagaimana kalau hadiah mewah itu ternyata hasil jarahan si tuyul yang semalam kita lihat? Lalu bagaimana kalau pemilik asli barang mewah itu ternyata mengenali barangnya yang hilang ketika Bibi pakai, terlebih karena barang mewah itu kalau tidak salah adalah barang limited edition? Uh ... Bibi jelas tidak bisa membayangkan bagaimana menakutkannya kejadian seperti itu."

Arini mengangguk-anggukan kepalanya.

"Itu jelas benar. Pantas saja sejak tadi aku merasa agak aneh dengan dua barang mewah ini. Ternyata itu karena aku pernah melihatnya satu kali di suatu tempat yang khusus untuk barang limited edition," selanya.

"Makanya sejak tadi aku tidak berani menyentuh hadiah itu, Kak. Aku memang langsung ingat dengan barang limited edition yang pernah kita lihat bersama, ketika tadi Bu Tantri memperlihatkannya isi hadiah itu pada kita berdua," Ayuni terlihat benar-benar sedikit takut dengan hadiah dari Tantri.

"Kalau begitu buang saja hadiahnya, Bu. Selain karena kita harus menghindari tuduhan buruk dari pemilik asli barang itu, kita juga harus menghindari adanya sesuatu yang mungkin disisipkan oleh Bu Tantri ke dalam kedua hadiah itu," saran Aris.

Lili berbalik dan menatap ke arah Aris.

"Maksud Kakak, ada kemungkinan bahwa Bu Tantri memberikan sesuatu yang gaib pada hadiah itu?" tanyanya.

Aris pun tersenyum ke arah Lili, lalu kemudian mengangguk.

Arini dan Ayuni pun langsung berdiri dengan kompak dari kursi teras untuk menjauhi hadiah yang tadi Tantri bawakan. Mereka berdua langsung bersembunyi di belakang punggung Aris, karena Aris adalah pencetus kemungkinan tentang adanya sisipan gaib pada hadiah-hadiah tersebut.

"Duh, Aris ... kamu jadi membuat Ibuku dan Ibumu takut! Kenapa sih harus membicarakan hal seperti itu secara terbuka? Lain kali kalau bicara itu pakai bahasa kiasan saja, biar tidak perlu ada yang merasa takut," tegur Jojo.

"Terus bagaimana caranya Ibu dan Bibi Ayuni bisa menghindari sesuatu hal yang jahat, jika Aris atau aku harus bicara menggunakan bahasa kiasan?" tanya Yvanna, seraya meraih tas kerja milik Ben beserta tangan pemiliknya untuk digenggam. "Aris jelas benar karena mengutarakan apa yang dipikirkannya secara terbuka. Hal itu jelas menunjukkan bahwa dia bisa waspada dalam keadaan apa pun dan juga di mana pun dia berada."

Yvanna segera mengantar Ben menuju ke mobilnya, sementara saat ini Jojo sedang menatap sengit ke arah Aris.

"Pasti kamu merasa bahagia karena baru saja dibela oleh Yvanna," cibirnya.

Aris terkekeh pelan, lalu segera berpamitan pada Ayuni dan Arini. Nania ikut tertawa sambil mengacak pelan rambut Jojo.

"Sudah, jangan cemburu kepada Aris. Yvanna itu miliknya Ben, bukan milik kalian berdua," ujarnya, mengingatkan.

"Iya ... iya ... paham aku, Kak," balas Jojo, masih dalam mode mengomel.

Ben menatap Yvanna selama beberapa saat sebelum masuk ke mobil. Yvanna balas menatapnya dan membiarkan Ben mengecup kening serta kedua pipinya.

"Kamu harus hati-hati ketika menghadapi apa pun. Hubungi aku jika ada hal yang sangat mendesak. Hubungi aku juga meski hanya untuk mengingatkan shalat dan makan. Aku ingin kamu menggangguku sesekali. Tapi kalau kamu justru lebih sibuk daripada aku, jangan marah kalau aku yang akhirnya akan lebih sering menggangu kamu," ujar Ben.

Yvanna pun tersenyum tertahan.

"Biasanya juga begitu. Kamu memang selalu meluangkan waktu untuk mengganguku sejak kita mulai dekat. Kenapa harus minta izin lagi? Bahkan Kak Tika, Manda, dan Lili juga sudah tahu kalau kamu memang hobi menggangguku ketika sedang bekerja," balasnya, mengingatkan Ben pada semua kebiasaannya.

Ben merasa gemas ketika mendengar apa yang Yvanna katakan dan hampir memeluk istrinya tersebut jika saja sebuah teriakan tidak membuatnya segera sadar.

"Hei! Lupa dirinya bisa ditunda dulu, tidak? Kami punya pekerjaan yang harus diselesaikan bersama dengan Istrimu tercinta itu loh!" omel Tika sambil berkacak pinggang.

Zian tertawa lepas ketika melihat tampang Ben yang memerah akibat malu. Manda dan Lili hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka dengan kompak sambil menatap ke arah Tika.

"Kalau suatu hari nanti Kak Tika punya Suami dan Suami Kak Tika hendak bermesraan sebelum berangkat kerja, aku akan membangunkan tembok cina agar kalian berdua tahu diri dan tidak bisa bermesraan," ancam Manda.

"Hm ... setuju! Kali ini aku benar-benar setuju dengan ancamanmu, Kak Manda!" dukung Lili.

Tika pun langsung berjengit ngeri saat mendengar ancaman dari kedua Adiknya.

"Sekarang aku tanya sama kalian berdua, memangnya kalian tidak merasa risih kalau melihat Yvanna dan Ben bermesraan di depan umum?" tanya Tika.

"Tidak!!!" jawab Manda dan Lili dengan kompak.

"Kok bisa?" Tika benar-benar tak bisa mempercayai jawaban Manda dan Lili.

"Karena kami sudah sering melihat contohnya," jawab Lili sambil menunjuk ke arah Ayuni dan Bagus yang juga tengah bermesraan.

Arini pun tertawa geli usai melihat Tika mendapatkan kekalahan yang telak.

"Sudahlah, Nak Tika. Ayo sini, bantu Bibi membuang hadiah-hadiah dari Bu Tantri itu," ajak Arini.

* * *

TUMBAL SUSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang