Arini dan Ayuni mengantar Yvanna sampai ke teras rumah, setelah mereka semua selesai melaksanakan shalat dzuhur. Yvanna menatap mereka berdua seraya tersenyum hangat.
"Ibu dan Bibi sebaiknya di dalam rumah saja selama aku pergi. Insya Allah aku akan pulang cepat, karena sore nanti aku sudah ada janji pergi keluar dengan Suamiku. Jadi aku akan pulang lebih awal dan memasak makan malam sebelum semua orang pulang kerja," ujar Yvanna."Aduh ... kamu itu sekali-sekali tidak usah memikirkan urusan rumah tangga terus dong, Sayang. Kalau kamu memang sudah ada janji mau keluar bersama Ben, ya pergi saja dan jangan ingat-ingat pekerjaan di rumah," ujar Arini sambil menepuk-nepuk lengan Yvanna karena gemas.
"Benar itu. Kami juga bisa kok memasak makan malam dan pasti tidak akan ada yang protes jika kami yang memasak," tambah Ayuni.
"Tidak bisa begitu, Ibuku dan Bibiku tersayang. Aku sekarang adalah bagian keluarga ini, jadi membuat Ibu dan Bibi tidak merasa kerepotan dengan pekerjaan rumah adalah tanggung jawab terbesarku. Aku akan menolak keras untuk disuruh bersantai, selama aku dalam keadaan sehat wal 'afiat."
Tika, Manda, dan Lili terkikik geli saat melihat ekspresi Arini dan Ayuni yang baru saja gagal meyakinkan Yvanna untuk tidak memikirlan pekerjaan rumah. Kedua wanita paruh baya itu kini menatap tepat ke arah Tika, Manda, dan Lili.
"Kalian tidak punya kiat-kiat khusus untuk kami berdua agar bisa membuat Yvanna sekali-sekali bertingkah egois?" tanya Ayuni.
"Mohon maaf, Bibi Ayuni. Kami juga sudah sering melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan Yvanna memikirkan pekerjaan rumah. Tapi sayang, semuanya tidak berhasil. Bahkan ketika dia dikurung sekalipun di dalam kamarnya, maka dia akan menjebol plafon rumah agar bisa menembus ke bagian rumah yang lain," jawab Tika, apa adanya.
"Oke. Mari kita tidak perlu membuat Yvanna bertingkah menjadi ninja yang akan menjebol plafon rumah ini. Sebaiknya kita pasrah saja dan ikuti saja apa maunya. Aku tidak mau mendengar Ben menggerutu karena Istrinya mendadak beralih profesi menjadi ninja dadakan," putus Arini.
Mobil yang Tika kemudikan kini telah keluar dari halaman rumah Keluarga Adriatma. Mereka berempat akan pergi ke lokasi tempat ditemukannya para korban setelah dilepas oleh orang yang menculik mereka. Yvanna mengeluarkan ponselnya dari saku jaket ketika nada deringnya terdengar. Ia membuka sebuah pesan dan membacanya dengan tenang.
MY HEAVEN
Wa'alaikumsalam, Sayang. Alhamdulillah aku sudah shalat dzhur barusan bersama Zian di mushala kantor. Sekarang aku akan makan siang. Bekal yang kamu bawakan tadi pagi akan aku habiskan. Oh ya, kamu sudah makan siang, Sayang? Apakah kamu sekarang sudah berangkat bersama Kak Tika, Manda, dan Lili?Usai membaca pesan itu, Yvanna pun segera menuliskan pesan balasan untuk Ben. Ia tak mau Ben menunggu terlalu lama dan malah menunda-nunda makan siangnya hanya karena menunggu balasan pesan darinya. Setelah selesai mengirimkan pesan balasan, Yvanna kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket. Ia berbalik ke belakang untuk memeriksa keadaan Manda dan Lili yang tampak sangat tenang sejak tadi.
"Kalian kok diam-diam saja? Ada apa?" tanya Yvanna.
"Aku sedang makan sisa choco cheese roll yang kubeli tadi, Kak," jawab Lili, yang baru saja menelan makanannya.
"Kalau aku sedang berharap bisa minum lagi ice hazelnut coffee yang tadi kubeli di Dream Cafe," jawab Manda.
"Hm ... bilang saja kamu mau ketemu Jojo lagi. Modus," sindir Tika dengan tepat.
Manda pun terkikik geli sekarang karena berhasil membuat Tika naik darah dalam sekejap. Yvanna hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, saat tahu kalau Manda hanya membuat alasan karena ingin bertemu dengan Jojo.
"Tapi aku serius soal ingin minum ice hazelnut coffee lagi, Kak. Itu minuman kopi paling enak yang pernah aku rasakan. Sepertinya aku akan menulis itu sebagai minuman favoritku pada profil di Instagram," ujar Manda.
"Enggak mau sekalian tulis namanya Jojo di profil Instagram kamu sebagai pria favorit?" tawar Yvanna. "Nama lengkapnya Jonathan Adriatma."
Lili pun tak bisa lagi menahan tawanya, padahal sejak tadi ia sudah berusaha keras untuk tidak mengeluarkan tawa sama sekali, karena takut disebut tak menjaga adab. Namun apa boleh dikata, kelakuan ketiga Kakak perempuannya terkadang benar-benar selalu tak sesuai dengan harapannya.
"Ya Allah, amphunhi hosha-hoshakhu," gumam Lili yang mulutnya masih dipenuhi choco cheese roll.
"Telan saja dulu makananmu, Li. Nanti kamu tersedak, loh," tegur Tika yang sejujurnya juga sedang menertawai tawaran Yvanna kepada Manda.
"Makanya ... lain kali bilang sama Kak Aris, kalau ngasih bonus choco cheese roll itu disertai dengan minumnya. Biar kamu enggak tersedak," saran Manda, menambahi teguran dari Tika kepada Lili.
Lili semakin tak bisa menahan tawanya, namun mulutnya masih penuh makanan. Hal itu akhirnya membuat Lili menyerah dan segera menyerang Manda dengan pukulan-pukulan manjanya yang biasa ia keluarkan jika sedang merasa kesal.
"Ya Allah Lili ... kamu itu semakin berumur kok malah semakin imut, Dek? Bingung aku sama kamu," ungkap Yvanna dengan jujur.
Mereka akhirnya tiba di lokasi tempat ditemukannya para korban penculikan, sebelum akhirnya para korban tersebut meninggal dunia di rumah sakit usai ditemukan. Mereka berempat turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah yang menjadi titik penemuan korban.
"Di sini," tunjuk Tika pada satu titik yang masih dibatasi oleh garis Polisi. "Para korban ditemukan di sini. Tidak pernah berpindah dari tempat ini, seakan si penculik merasa kalau tempat ini adalah tempat yang sangat cocok untuk mengembalikan korban yang sudah diculiknya."
"Bukan karena si penculik merasa cocok dengan tempat ini," ralat Yvanna yang saat ini telah merasakan energi negatif di tempat tersebut.
"Maksudmu bagaimana, Yv?" tanya Tika.
Manda dan Lili ikut menunggu jawaban dari Yvanna.
"Tempat ini bukanlah tempat yang diinginkan oleh si penculik untuk melepaskan para korban. Tempat ini dipilih sendiri oleh tuyul peliharaan si penculik itu. Dia baru akan berhenti menyusu dari korban yang menyusuinya jika sudah sampai di tempat ini, sehingga si penculik itu terlihat sengaja melepaskan korban-korban yang diculiknya di sini menurut pemikiran manusia pada umumnya," jelas Yvanna.
"Lalu, sekarang bagaimana caranya kita bisa menemukan si penculik yang sengaja mencari korban tumbal susuan itu Kak?" tanya Manda.
"Tadi Kak Tika bilang kalau lokasi tempat diculiknya para korban itu dekat dengan rumah Keluarga Adriatma, 'kan?" Yvanna ingin meyakinkan diri.
"Iya, itu benar," jawab Tika.
"Kalau begitu mari kita mulai menelusuri daerah sekitaran dekat rumah Keluarga Adriatma. Entah kenapa firasatku seakan menuntun untuk mencari sumber energi negatif yang sama seperti energi negatif yang kurasakan di sini pada saat ini," ujar Yvanna dengan tenang.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...