Waktu shalat maghrib telah berlalu. Tantri baru membuka pintu belakang rumahnya setelah tidak lagi terdengar adzan yang berkumandang. Suara adzan jika sampai terdengar ke dalam rumah biasanya akan membuat tuyul yang ia pelihara menjadi uring-uringan dan sulit untuk disuruh bekerja. Tuyul peliharaannya pernah satu kali uring-uringan dan tidak mau disuruh pergi bekerja hanya karena Tantri lupa dan tak menunggu suara adzan berhenti, ketika akan membuka pintu belakang rumah. Hal itu membuatnya kapok, karena mau tak mau ia harus menghibur tuyul peliharaannya itu sampai berhenti uring-uringan.
Ia melangkah keluar rumah untuk memetik tujuh tangkai bunga segar berbeda-beda jenis, yang ia tanam sendiri di belakang rumahnya. Satu-persatu bunga segar itu ia potong tepat di bagian bawah kelopaknya, sesuai dengan syarat yang pernah diberitahu oleh kuncen salah satu gua yang memberinya tuyul untuk dipelihara. Semua syarat itu harus dipenuhi oleh Tantri, karena jika tidak dipenuhi jelas ada risiko yang harus diterima oleh wanita itu.Bunga-bunga itu diambilnya dengan sangat pelan dan hati-hati. Tidak ada satu pun kelopaknya yang boleh rontok ketika dipotong dari tangkainya. Jika ada satu saja kelopak yang rontok, maka akan terjadi sedikit kendala jika tuyul peliharaannya pergi bekerja nanti. Entah itu tuyulnya akan terlihat oleh salah satu penghuni rumah yang didatanginya, atau tuyul tersebut menjadi kehilangan cara kerjanya yang cepat dan menjadi lambat dengan sendirinya.
Setelah selesai memetik tujuh tangkai bunga dengan jenis yang berbeda, Tantri pun duduk di kursi panjang yang tersedia di teras belakang rumahnya untuk merontokkan semua kelopak bunga tersebut dalam sebuah wadah. Usai merontokkan kelopak-kelopak bunga tersebut, Tantri kini mulai mencampur semua kelopak bunga tersebut agar tidak lagi terpisah-pisah antara jenis bunga yang satu dengan jenis bunga yang lainnya. Setelah bunga tujuh rupa telah siap, wanita itu segera membuang sisa-sisa ujung bunga tadi ke atas tanah yang sudah ia siapkan. Setelah itu, barulah ia akan menyiapkan hal lainnya yang dibutuhkan.
Tantri menyiapkan air untuk ritual. Ia memakai air yang baru diambilnya dari sumur belakang rumah. Ia menuang air tersebut ke dalam sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat berukuran sedang. Setelah ia menuangkan air yang baru ke dalam wadah tersebut, ia meletakkan wadah itu ke atas tempat ritual yang sudah ia alasi dengan permadani mahal. Kini ia mulai memasukkan bunga tujuh rupa ke dalamnya lalu mengaduknya perlahan-lahan agar semua bunga itu tercampur rata di dalam air. Setelah itu ia mengambil sebuah botol kecil berisi wewangian, dan mencampurnya dengan air bunga tujuh rupa tadi sebanyak tujuh tetes. Ia kembali mengaduk air tersebut sambil bersenandung pelan dan ceria. Tantri tampak sangat menikmati kegiatannya yang bertujuan untuk menyenangkan tuyul peliharaannya. Air bunga tujuh rupa itu adalah tempat mandi tuyul peliharaannya ketika sudah pulang kerja nanti. Air mandi itulah yang selalu membuat tuyul peliharaannya semakin merasa betah tinggal di rumah Tantri.
Tuyul yang ia pelihara masih menyusu kembali pada wanita yang ia sekap. Tumbal susuan yang kali itu ia culik ternyata cukup tangguh dan tidak cepat kehabisan darah seperti yang lalu-lalu. Tantri menyalakan arang yang terdapat pada wadah tanah liat yang jauh lebih kecil. Ia menaburkan kemenyan di atas arang yang menyala itu sehingga asapnya menyebarkan bau yang sangat disukai oleh tuyul peliharaannya. Tuyul kecil itu muncul di hadapan Tantri setelah semua persiapan selesai malam itu. Tantri tersenyum ke arahnya sambil menyodorkan handuk kecil berwarna hitam untuk menyeka darah yang ada di sekitar mulut tuyul peliharaannya.
"Sudah kenyang?" tanya Tantri.
Tuyul itu mengangguk seraya tersenyum, lalu menyerahkan kembali handuk hitam tadi ke tangan Tantri. Tantri menerimanya dan melipatnya dengan santai.
"Persiapannya sudah selesai. Kamu mau mulai bekerja sekarang?"
Tuyul itu kembali menganggukkan kepala dengan senyumannya yang semakin lebar. Gigi-giginya yang kecil dan runcing bisa terlihat jelas oleh Tantri yang sedang memperhatikannya.
"Kalau begitu seperti biasa, simpan semua hasil kerjamu di atas permadani yang ada di ujung situ. Tumpuk yang banyak, entah itu uang ataupun perhiasan. Datangi semua rumah milik orang berada. Jangan lupa, mampir juga ke rumah Keluarga Adriatma. Ambil apa pun yang menurutmu sangat berharga di rumah mereka. Kamu tahu 'kan, yang mana rumah Keluarga Adriatma?"
Sekali lagi tuyul itu mengangguk di hadapan Tantri.
"Ya sudah, aku istirahat dulu ya. Kalau kerjamu sudah selesai, tidak usah bangunkan aku. Langsung saja menyusu sama yang Ibu susumu. Oke?"
Tuyul itu melompat-lompat beberapa kali dan juga berguling-guling di lantai, seakan sedang menunjukkan bahwa dirinya sangat senang dengan semua hal yang Tantri lakukan untuknya. Tantri pun meninggalkan ruangan itu dan menuju ke kamarnya sendiri di lantai atas untuk beristirahat. Tuyul peliharaannya telah berangkat untuk bekerja seperti biasanya dan Tantri hanya perlu menunggu hasilnya besok pagi.
"Ah ... rasanya aku sangat tidak sabar ingin segera melihat hasil pekerjaan tuyul kesayanganku itu. Apalagi malam ini dia akan ke rumah Keluarga Adriatma, duh ... semakin tidak sabar rasanya aku karena ingin melihat seberapa banyak hasil yang bisa dia dapatkan dari rumah itu," gumam Tantri sambil berbaring di tempat tidurnya.
Tantri memutar lagu-lagu lama untuk memberinya hiburan malam itu sebelum tidur. Senyuman tercetak jelas di wajahnya dan sama sekali tidak pernah meredup sejak tadi. Ia benar-benar bahagia karena tak perlu lagi memikirkan harus kerja apa setelah memelihara tuyul di rumahnya. Ia selama ini merasa lelah karena terus-menerus harus mencari pekerjaan dan berulang kali terkena PHK dari tempat kerjanya. Ia benar-benar muak menjalani hidup seperti itu dan akhirnya memilih hidup dengan jalan pintas. Memelihara tuyul adalah hal paling mudah yang bisa ia jalani, sehingga kini kehidupannya telah berubah seratus delapan puluh derajat.
"Aku akan menunjukkan pada semua orang, bahwa akhirnya aku bisa sukses dan tidak perlu lagi hidup di tengah kesusahan," gumam Tantri, penuh kepuasan.
Tuyul peliharaan Tantri kini sedang bergeriliya di luar rumah. Mendatangi satu persatu rumah-rumah orang kaya di daerah tersebut. Ia tidak terlihat dan selalu bergerak cepat saat sedang bekerja. Yang selalu diambil olehnya ketika bekerja adalah uang tunai, perhiasan, dan bahkan sampai emas batangan yang biasanya disimpan di dalam brankas milik orang-orang kaya yang tidak percaya pada bank. Semua itu akan Tantri terima ketika pagi tiba dan tuyul tersebut sudah selesai bekerja. Atas hasil yang benar-benar tidak pernah mengecewakan itulah, Tantri jelas rela mencarikan tumbal susuan untuk menyusui tuyul peliharaannya agar bisa tetap kenyang.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...