25 | Memikirkan Firasat

887 79 0
                                    

Ayuni langsung memberi kabar pada Larasati setelah Aris benar-benar menegaskan bahwa dirinya menerima perjodohan dengan Lili. Manda meletakkan gelas kopi miliknya yang dingin pada pipi Lili, karena pipi itu terus saja memerah sejak tadi.


"Wajah kamu jadi mirip dengan strawberi, Dek," ujar Tika, apa adanya.

Lili tak menanggapi dan memilih menutup matanya sambil meringis dalam diam. Aris terus saja tersenyum dan tampak benar-benar puas ketika melihat bagaimana ekspresi Lili saat ini. Yvanna menatap ke arah Aris dan berusaha mencari tahu apakah pria itu sedang bermain-main atau tidak terhadap Lili. Jika Lili--yang ada di dalam firasatnya--bukan menangis karena Aris menolak perjodohan dengan cara yang tidak baik, berarti ada kemungkinan lain yang akan membuat Lili menangis di hadapan Aris.

"Apa mungkin justru penglihatan Lili yang diperlihatkan oleh ular putih milik Aris, yang akan menjadi penyebab menangisnya Lili di hadapan Aris?" batin Yvanna.

"Yv? Kamu kok melamun? Ada apa?" tegur Tika.

Yvanna kini menatap ke arah Tika, sementara Aris kini menatap ke arah Yvanna.

"Kamu lagi memikirkan firasat yang tadi?" tebak Aris.

Yvanna mengangguk.

"Itu jelas bukan firasat yang salah, Ris. Jadi aku masih bertanya-tanya, kenapa hal itu bisa terjadi jika memang bukan kamu penyebabnya," ujar Yvanna.

"Mungkin ada sebab lain yang membuat Lili menangis di dalam firasatmu. Aku ada di situ, tepat di hadapannya bukan karena menyakiti dia tapi sedang menenangkan dia. Firasat itu mungkin tidak berkaitan dengan hubunganku dan Lili, tapi aku dan Lili ada di dalamnya karena satu peristiwa," Aris memberikan pendapatnya.

Yvanna memikirkan pendapat dari Aris mengenai firasat yang ia dapatkan. Aris jelas benar, bahwa mungkin ada kemungkinan lain dari firasat itu. Namun hal itulah yang menjadi tanda tanya besar untuk Yvanna saat ini. Ia benar-benar merasa khawatir dan tidak ingin Lili menangis sampai segila itu di hadapan Aris. Tapi ia sendiri masih tidak tahu, apa penyebab tangisan yang akan terjadi pada Lili.

Tika yang sejak tadi hanya mendengarkan pembicaraan antara Yvanna dan Aris kini ikut menatap Lili yang masih bercengkerama dengan Manda. Manda dan Lili adalah dua orang yang paling Yvanna sayang. Yvanna selalu resah jika sudah mendapatkan firasat buruk tentang mereka berdua. Tika jelas tidak lagi merasa kaget akan hal itu. Yvanna sangat menjaga ketiga Adik mereka sejak masih kecil, terutama Manda dan Lili. Seharusnya itu adalah tugas Tika sebagai anak perempuan paling tua--setelah Tio, Sang Putra pertama--di dalam Keluarga Harmoko. Tapi Yvanna justru mengambil alih tugas itu karena Tika selalu sibuk menekuni pekerjaan rumah yang dilakukan oleh Larasati. Jadi jika sekarang Yvanna merasa sangat khawatir terhadap kesehatan Manda dan juga firasat buruk tentang Lili, hal itu jelas tidak bisa diprotes oleh Tika.

Arini dan Ayuni kembali ke teras setelah menelepon Larasati. Ayuni segera mendekat pada Lili, sementara Arini kini kembali duduk di samping Yvanna dan memeluknya.

"Lili Sayang, ini adalah cincin untuk kamu pakai mulai sekarang," ujar Ayuni seraya membuka kotak cincin berwarna biru. "Ini adalah tanda yang sudah Bibi sepakati bersama Ibumu, jika akhirnya Aris menerima perjodohan denganmu. Bibi akan memakaikannya sekarang, ya, untuk mewakili Aris."

Ayuni kini benar-benar menyematkan cincin itu pada jari manis tangan kiri Lili. Wajah Aris bersemu merah jambu, saat melihat betapa bahagianya Ayuni ketika sedang memakaikan cincin itu ke jari manis Lili. Jantung Aris mendadak berdebar hebat. Padahal sebelumnya ia tak pernah merasakan berdebar seperti itu ketika menatap Lili. Namun kali ini segalanya tampak berbeda dan hal itu membuat Aris jauh lebih bahagia.

"Alhamdulillah," sambut semua orang ketika cincin pertunangan itu telah tersemat pada jari manis tangan kiri Lili.

Wajah Lili benar-benar masih semerah tadi, rasa gugupnya terlihat sangat jelas. Bahkan Ayuni pun bisa merasakan kegugupan itu melalui kedua tangan Lili yang sangat dingin ketika ia genggam. Yvanna jelas ikut merasa bahagia dengan pertunangan antara Lili dan Aris. Baginya, Aris memang pria yang bisa dipercaya dan tidak akan pernah menyakiti Lili. Ia percaya pada Aris dan akan selamanya begitu.

"Mungkin firasatku benar-benar mengarah pada suatu hal yang lain. Intinya aku harus waspada dan harus mencegah agar Lili tidak menangis segila yang kulihat dalam firasatku," batin Yvanna, masih merasa tak tenang.

* * *

MENTARIKU
Assalamu'alaikum, Sayang. Aku mau mengabarkan bahwa Aris dan Lili baru saja bertunangan. Kami semua yang ada di rumah menjadi saksi pertunangan mereka, karena Aris mendadak memberikan jawaban bahwa dirinya menerima perjodohan dengan Lili. Oh ya, bolehkah aku bercerita tentang keresahanku hari ini? Aku mendapat firasat dan itu adalah firasat yang buruk.

Ben membaca pesan itu dengan serius. Awalnya ia tersenyum karena Yvanna menyampaikan kabar baik kepadanya mengenai Aris dan Lili yang bertunangan. Namun saat melihat akhir pesan itu, perasaan Ben mendadak berubah menjadi tidak enak. Firasat yang Yvanna dapatkan jelas bukanlah hal yang bisa dianggap main-main. Firasat istrinya tersebut selalu akurat dan merujuk pada suatu peristiwa. Hal itu membuatnya memutuskan segera membalas pesan dari Yvanna dan mengirimnya agar Yvanna bisa bercerita padanya.

MY HEAVEN
Wa'alaikumsalam, Istriku Sayang. Alhamdulillah, aku ikut bersyukur dan bahagia atas pertunangan Aris dan Lili. Mereka berdua memang cocok dan aku yakin kamu juga setuju dengan pendapatku. Sekarang berceritalah, Sayang. Katakan padaku firasat seperti apa yang kamu dapatkan, sehingga kamu berpikir bahwa itu adalah firasat yang buruk.

Pintu ruangan Ben terbuka dan sosok Zian muncul di hadapannya dengan wajah tertekuk.

"Hai, Zi. Ada apa? Apakah hari ini ada karyawan yang membuat kamu kesal?" tanya Ben.

"Aris yang membuatku kesal! Bisa-bisanya dia menerima perjodohan dengan Lili, sementara aku dan Tika belum ada perkembangan sama sekali," jawab Zian, merajuk.

Ben pun tertawa pelan, lalu memberi tanda pada Zian untuk duduk.

"Ayo, coba katakan. Di mana letak kekesalanmu terhadap Aris yang menerima perjodohan dengan Lili?" pintanya.

"Aku belum mendapatkan waktu yang pas untuk bicara berdua dengan Tika, Ben. Kamu tahu sendiri kalau aku sibuk dan Tika juga sibuk. Aku jadinya bingung harus mengatakan apa dan sekarang aku sudah didahului oleh Aris," ungkap Zian.

"Aris juga sibuk di Cafe. Lili juga sibuk bekerja bersama Kak Tika, Istriku, dan Manda. Tapi mereka berdua bisa menyempatkan diri untuk memikirkan dan memutuskan menerima perjodohan. Lalu kenapa kamu merasa tidak punya waktu? Usahakan dong. Kalau Aris saja bisa meluangkan waktu di tengah kesibukannya, masa iya kamu tidak bisa. Apa susahnya bicara dengan Kak Tika jika kalian bertemu? Toh Kak Tika sekarang tidak pernah lagi menghindari kamu, seperti saat pertama kamu mendekatinya. Dia juga tampaknya sedang menunggu kamu. Jadi apa lagi yang kamu tunggu?" saran Ben.

Zian mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda kini ia paham dengan apa yang Ben sarankan.

"Oke, kalau begitu aku akan berusaha bicara dengan Tika hari ini juga," putus Zian, yang kemudian segera beranjak dari ruangan milik Ben.

Ben menatap ponselnya yang saat itu masih tersambung pada ponsel Yvanna.

"Bagaimana, Sayang? Kak Tika sudah mendengar semuanya dengan jelas, bukan?" tanya Ben.

* * *

TUMBAL SUSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang