Tika kembali menyetir setelah keluar dari Dream Cafe bersama Manda dan Lili. Lili kini sedang menikmati choco cheese roll yang tadi dipesannya, sementara Manda fokus menikmati ice hazelnut coffee yang Jojo buat untuknya.
"Wah ... Kak Jojo benar-benar berbakat meracik kopi yang enak," puji Manda.Tika melirik ke arahnya selama beberapa saat.
"Coba kalau memuji itu langsung di depan orangnya. Biar orangnya dengar dan aku bisa lihat bagaimana ekspresinya setelah menerima pujian darimu," sarannya.
"Sebaiknya jangan," cegah Lili dengan cepat.
"Loh? Memangnya kenapa?" tanya Tika.
"Pokoknya jangan, Kak. Nanti Kak Aris bisa mengomel pada Kak Jojo selama tujuh hari tujuh malam, kalau sampai Kak Manda memujinya secara terang-terangan," jawab Lili.
"Tapi Kak Aris juga jago kok, soal membuat banyak jenis cake. Aku suka sama cheesecake buatannya," tambah Manda, yang kini kembali meminum ice hazelnut coffee miliknya.
"Hah! Jadi ... kamu itu naksir Jojo atau Aris, Manda?" tanya Tika, to the point.
Keadaan mendadak jadi hening ketika Manda dan Lili mendengar pertanyaan itu dari Tika. Lili melirik sekilas ke arah Manda, sementara Manda kini berbalik menatap ke arah Lili.
"Kak Tika belum tahu?" tanya Manda kepada Lili.
Lili dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Selain Kak Manda, baru Ayah, Ibu, dan Kak Yvanna yang tahu," bisik Lili
"Tahu apa? Ada apa? Kalian kok jadi sering main rahasia-rahasiaan sama aku, sih?" sebal Tika.
"Enggak kok, Kak. Jangan salah paham dulu dong. Masalahnya Ayah dan Ibu yang melarangku mengatakannya pada Kak Tio, Kak Tika dan Reza," ujar Lili, apa adanya.
"Ayah dan Ibu yang melarang? Kenapa Ayah dan Ibu melarangmu mengatakannya padaku, Kak Tio, dan Reza?" Tika benar-benar merasa penasaran sekarang.
Manda pun menepuk-nepuk pundak Tika dengan lembut, sehingga membuat Tika kini menoleh ke arah Manda sekilas.
"Maka dari itulah aku mendorong Kakak untuk meluangkan waktu agar bisa berbicara dengan Kak Zian. Kalau Kakak sudah bicara dengan Kak Zian dan sudah sepakat mengenai perasaan kalian masing-masing, maka Lili akan memberitahu Kakak tentang apa yang diminta oleh Ayah dan Ibu untuk dirahasiakan. Sekarang sebaiknya Kak Tika berhenti menjadi orang yang tidak sabaran. Kesabaran Kak Tika hanya setipis kabut, tapi bukan berarti Kak Tika tidak bisa memperbaikinya. Belum terlambat bagi Kakak untuk mempertebal kesabaran," saran Manda.
Tika mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat usai mendengar apa yang Manda sarankan.
"Tumben kamu bicara sangat baik-baik padaku. Kamu lagi tidak enak badan? Kamu lagi sakit? Perasaanku enggak enak loh, karena kamu mendadak bicara baik-baik kepadaku. Jangan bikin aku gelisah Manda. Ayo ... keluarkan lidah tajam kamu yang biasanya," pinta Tika, sedikit memaksa karena perasaannya benar-benar jadi tidak enak.
Lili dan Manda pun tertawa pelan saat mendengar permintaan Tika yang konyol. Mobil yang Tika kemudikan kini berbelok dan masuk ke halaman rumah Keluarga Adriatma. Sosok Yvanna terlihat telah menunggu di teras rumah milik Arini, bersama Arini dan Ayuni. Entah siapa yang mengabari mereka mengenai kedatangan Tika, Manda, dan Lili siang itu, namun yang pasti hal itu membuat keadaan menjadi lebih hangat.
"Assalamu'alaikum," ujar Tika, Manda, dan Lili dengan kompak.
"Wa'alaikumsalam," balas Yvanna, Arini, dan Ayuni seraya menyambut mereka bertiga.
"Tadi Kak Ben telepon aku dan mengatakan bahwa dirinya serta Kak Zian bertemu kalian bertiga di Dream Cafe. Jadi dia mengabarkan padaku kalau kalian akan datang ke sini untuk membicarakan masalah pekerjaan denganku," ujar Yvanna.
"Wah ... Ben tampaknya susah diajak bekerja sama untuk menyimpan rahasia dari kamu. Padahal niat kami bertiga ingin memberi surprise padamu, Bibi Arini, dan Bibi Ayuni dengan datang ke sini tanpa memberi kabar," sahut Tika yang masih terdampar di pelukan Ayuni bersama Lili.
"Bilang saja Kak Tika ingin membuat Kak Yvanna kalang kabut, karena harus memasak secara tiba-tiba untuk menjamu kita bertiga," tambah Manda yang sedang merangkul Arini.
"Akhirnya lidah tajam kamu telah kembali, Manda. Oh ... betapa leganya hatiku ketika mendengar ketajaman lidahmu itu, Sayang," sambut Tika dengan dramatis.
Yvanna pun menatap ke arah Tika dengan penuh rasa heran.
"Maksudnya apa, Kak Tika?" tanya Yvanna.
"Itu loh, Yv ... tadi Manda mendadak memberikan saran kepadaku secara baik-baik. Aku pikir dia lagi tidak enak badan atau lagi sakit, makanya aku sedikit gelisah sejak tadi mengenai Manda," jawab Tika apa adanya.
Yvanna pun menoleh ke arah Manda dan segera menangkupkan kedua tangan di pipi Adiknya tersebut.
"Manda ... kamu baik-baik saja, 'kan? Tidak ada yang terasa aneh bagimu saat ini, 'kan? Jawab aku, Manda. Jangan sembunyikan apa pun," pinta Yvanna.
"Kak, aku baik-baik saja kok. Demi Allah aku baik-baik saja. Kakak jangan khawatir, ya. Aku sehat wal 'afiat dan sedang berdiri tegap di hadapan Kakak saat ini. Jadi Kak Yvanna tidak perlu khawatir," jawab Manda.
Arini ikut menatap Manda seperti yang Yvanna lakukan.
"Ingat, kalau memang ada apa-apa cepatlah beri tahu pada kami. Jangan diam-diam saja," pesannya.
Manda pun kemudian mengangguk seraya tersenyum kepada Arini. Mereka pun segera masuk ke dalam rumah untuk berbincang lebih lanjut bersama Yvanna. Minuman dan cemilan telah Yvanna siapkan di meja ruang tamu sejak tadi untuk Tika, Manda, dan Lili. Jadi mereka benar-benar bisa langsung membicarakan mengenai kasus yang akan mereka tangani.
Arini dan Ayuni ikut duduk di ruang tamu. Tika mengeluarkan berkas kasus yang didapatnya dari Roni ketika mereka berada di Polda Garut, tadi. Yvanna menerima berkas tersebut dan mulai mengamati foto-foto korban yang telah meninggal.
"Semua korban adalah wanita. Rata-rata mereka adalah Ibu rumah tangga yang baru saja melahirkan. Mereka semua awalnya korban penculikan, Yv. Para korban itu akhirnya meninggal dunia setelah mereka dilepaskan oleh penculiknya. Rata-rata, mereka diculik sekitar satu sampai dua minggu. Lalu ketika mereka dilepaskan oleh penculiknya, keadaan mereka sudah tidak lagi seperti keadaan sebelum diculik. Tubuh mereka kurus kering seperti tidak pernah diberi makan, minum, dan juga tampak seperti kurang gizi. Hanya saja ... keadaan mereka sama persis pada bagian payudara. Payudara mereka membengkak, tidak sesuai dengan keadaan tubuh mereka yang kurus," jelas Tika.
Yvanna pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia telah mengerti dengan penjelasan mengenai kondisi para korban yang akhirnya meninggal dunia.
"Apakah mereka tinggal di lokasi yang hampir berdekatan, Kak?" tanya Yvanna.
"Ya, mereka tinggal di lokasi yang hampir berdekatan. Lokasi tempat tinggal para korban juga sebenarnya tidak jauh dari sini, dari rumah Keluarga Adriatma," jawab Tika, sambil memperlihatkan data-data mengenai korban kepada Yvanna.
Yvanna pun terlihat seakan mulai mengedus sesuatu dari kasus yang tengah diamatinya saat itu.
"Apakah Kak Yvanna sudah memikirkan suatu kesimpulan mengenai kasus itu?" tanya Lili, yang rupanya sejak tadi benar-benar memperhatikan Yvanna dan Tika.
"Ya, aku sudah memikirkan suatu kesimpulan Dek. Para korban ini memang sengaja diculik untuk dijadikan tumbal susuan oleh si penculik. Si penculik itu tampaknya memelihara tuyul di rumahnya dan butuh disusui agar selalu menghasilkan banyak hal ketika diperintah untuk bekerja," jawab Yvanna.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL SUSUAN
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 4 Setelah Yvanna dan Ben menikah, Yvanna kini tidak lagi menyandang nama Harmoko pada namanya dan berganti menjadi Yvanna Adriatma. Yvanna juga tinggal di kediaman Keluarga Adriatma setelah menikah dengan Ben un...